Friday, October 31, 2014

NASKAH DRAMA DIADOPSI DARI CERPEN IBU AMPUNKANMU, MIRA !


naskah drama
IBU AMPUNKAMU, MIRA !
Pemain :
1.        Mira
Mira adalah seorang anak bungsu yang selalu berbuat tidak baik dan tidak menyayangi Ibunya.
2.        Ibu
Ibu adalah wanita yang sangat menyayangi anak-anaknya terutama Mira anak kesayangannya, meskipun Mira selalu bersikap tidak baik tapi Ibunya selalu sabar dan tidak pernah marah, bahkan ia rela memberikan kedua matanya untuk Mira anak kesayangannya.
3.        Along
Along adalah anak yang baik, ia selalu mengerti keadaan Ibunya, ia pun selalu bekerja keras untuk membantu Ibunya menafkahi keluarganya.

BABAK 1
Mira Merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Ibunya seorang penyapu sampah yang sudah tua. Ia sering sakit-sakitan karena telalu keras bekerja untuk mengidupi anak-anaknya. Ayah mereka yang selama ini mencari nafkah untuk mereka telah meninggal dunia karena terlibat dalam suatu kemalangan ketika baru pulang memotong getah. Kehidupan mereka ibarat kais pagi makan pagi, kais petang makan petang. Suatu hari Mira pulang sekolah dan menuju ke dapur .
Mira
Ibu, kenapa ibu tidak masak lagi kan sudah tahu Mira  pulang sekolah tengah           hari Mira cape bu. Uang jajan Mira saja tak cukup umtuk membeli nasi, Mira sudah muak hidup melarat seperti ini bu, ibu dengarkan bu?.
Mira sangat marah kepada Ibunya, ia pun menghampiri ibunya yang berbaring di sofa dan tidak mengetahui bahwa Ibunya sedang demam tinggi.
Mira
Ibu bangun, malah enak-enakan tidur Mira lapar bu, lapar., Ibu tidak pernah mengerti Mira sama sekali
Ibu
Mira lapar ya sayang? Sebentar ibu masakkan ya..
Mira
Sudah jelas-jelas Mira lapar masih banyak tanya, ayo cepetan sebelum Mira mati kelaparan bu.
Ibu
Astagfirullahaladzim, jangan berkata seperti itu nak (dengan suara yang pelan)
Ibu segera bangun dan memasak untuk anak kesayangannya, tidak lama kemudian anak sulungnya Along datang setelah ia bekerja seharian. Along adalah anak yag berhati mulya dan sangat memahami keadaan ibunya yang sudah tua dan tidak berdaya lagi.
Along
Ibu sebaiknya istirahat saja, Ibu tidak boleh terlalu cape.
Ibu
Biarkan saja nak, Ibu hanya memasak. kamu saja istirahat, kamu kan cape baru pulang kerja.
Along
Sudahlah bu biar aku saja yang masak, Ibu istirahat ya !
Ibu
Baiklah kalau begitu nak.
Mira datang menghampiri Along
Mira
Along Ibu dimana?
Along
Dia sedang beristirahat di sofa ruang tamu, kamu mau apa?
Mira
Ahh, aku mau minta uang kepada ibu.
Mira menghampiri ibunya yang sedang tidur di sopa ruang tamu.
Mira
Ibu... Ibu....(berteriak)
Ibu (kaget)
Ada apa nak? Kakakmu sudah memasak untukmu, segeralah makan nak !
Mira
Basi Bu, sekarang Mira sudah tidak lapar lagi, sekarang Mira minta uang Bu!
Ibu
Untuk apa nak? Ibu tidak punya banyak uang nak. Baru saja kemarin kamu minta uang sama ibu.
Mira
Ibu memang tidak sayang pada Mira, Ibu tidak pernah memberikan kebahagiaan untuk Mira . mira tidak ingin hidup seperti, Mira hanya ingin seperti teman-teman Mira, mereka selalu mendapatkan apa  yang mereka inginkan,. Mana uangnya?
Ibu
Iya Ibu mengerti sebentar nak, Ibu ambilkan.
Along datang menghampiri Ibu dan Mira, Along sangat marah kepada Mira
Along
Mira, kamu hanya bisa meminta uang kepada Ibu saja, apakah kamu tidak kasian ibu kan sedang sakit?
Mira
Memangnya tidak boleh seorang anak minta uang kepada ibunya? Apakah salah? Wajar saja itu kan sudah kewajibannya seorang ibu menafkahi anaknya, lagipula Ibu kan tidak pernah memberi uang lebih selalu saja kurang dan kurang...
Along
Jaga mulutmu, ibu selalu bekerja keras banting tulang untukmu. Tapi kau (menunjuk kepada Mira) tidak pernah memikirkan penderitaan ibu, kau hanya memikirkan kesenanganmu saja.
Mira
Siapa suruh Ibu miskin sehingga ia tidak bisa mencukupi kebutuhan anaknya, coba kalau Ibu kaya hidup kita pasti akan senang dan tidak akan melarat lagi, huh menyebalkan Tuhan tidak adil.
Along
Kamu sudah keterlaluan Mira (sambil melayangkan tangannya ke arah muka Mira).
Ibu segera menahan tangan Along dan melerai pertengkaran mereka
Ibu
Sudahlah Along, kamu jangan memarahi adikmu, dia hanya meminta uang untuk membeli buku bersama teman-temannya, lagipula SPM sudah dekat, Ibu ingin kelak ia menjadi orang yag sukses.
Along
Tapi Bu, dia sudah keterlaluan. Kita berusaha bekerja keras untuk menyekolahkannya agar ia mempunyai masa depan tetapi ia sama sekali tidak punya tatak rama, dia tidak pernah bisa menghargai ibu dan saya sebagai kakaknya.
Ibu
Sudahlah nak, tidak baik berkata seperti itu kepada adikmu sendiri
Ibu masuk ke kamarnya dan mengambil uang dari saku baju kerjanya, Mira menurut ibunya dari belakang..
Ibu
Ini nak uangnya, supaya kamu bisa membeli buku dengan teman-temanmu.
Mira
Apa? Cuma Rp.30.000 bu? mana cukup, itu masih ada (sambil merebut uang dari tangan ibunya).
Ibu
Jangan Mira, itu uang untuk.....
Ibunya belum habis berkata-kata tapi dia langsung pergi ke luar rumah. Dan terdengar jelas suara mira dari luar.
Mira
Ibu, uang bisa dicari lagi, jangan khawatir !
Mira tidak mengetahui bagaimana Ibunya bekerja keras untuk menafkahi keluarganya. Tapi Ibunya tidak pernah marah kepada Mira. Tak lama kemudian jam sudah menunjukkan pukul 11. 00 malam. Mira masih belum pulang ke rumahnya, Along dan Ibunya sudah khawatir. Tidak lama kemudian telepon berbunyi dan Along mengangkatnya, alangkah terkejutnya pada saat ia ia mendengar bahwa adik satu-satunya kecelakaan.
Along
Bu, Mira Bu, Mira (dengan terbata-bata)
Ibu
Ada apa dengan Mira long? Cepat katakan.
Along
Mira kecelakaan Bu, dia sekarang ada di rumah sakit.
Ibu
Bagaimana keadaan dia sekarang? cobaan apalagi ini(dengan meneteskan air mata)
Along
Jangan menagis Bu, ayo kita ke Rumah Sakit sekarang.
BABAK 2
Ibu yang sangat terkejut dengan berita tersebut kemudian ia mencari orang untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Ibu begitu sedih melihat anaknya menangis histeris
Mira
sudah tidak guna lagi aku hidup di dunia ini, aku sudah tidak mampu melihat lagi. (berteriak-teriak)
Ibu
Nak kamu tidak apa-apa kan, ini Ibu nak jangan sedih Ibu akan selalu ada di dekatmu bagaimanapun keadaanmu.
Mira
Ibu, aku sudah tidak bisa melihat lagi . untuk apa aku hidup Bu aku ingin mati saja bu... (menangis terhiba-hiba sambil berontak).
Ibu
Jangan berkata seperti itu nak, ibu sangat menyayangimu. Kamu sungguh berarti dalam hidup ibu.
Ibu  tidak sanggup melihat buah hatinya hidup dalam kegelapan selama-lamnya.
Ibu
Bagaimanapun aku harus mencari cara agar Mira bisa melihat kembali. Bagaimanapun caranya.
Seketika seorang dokter menhampiri Mira
Dokter
Mira, kamu jangan khawatir, kami telah menemukan seseorang yang sanggup untuk mendonorkan matanya untukmu.
Mira
Benarkah dokter? ada yang  mau mendonorkan matanya untuk Mira? Sungguh Mira senang sekali. Mira akan bisa melihat kembali indahnya dunia.
Dokter
Iya , saya juga turut berbahagia dan operasinya akan segera dilaksannakan.
suatu hari operasipun dilakukan oleh dokter dan memakanbeberapa jam. Hari ini menjadi sangat berarti untuk Mira karena hari penentuan apakah dia akan bisa melihat kembali atau tidak. Dokter membuka balutan pada mata Mira.
Dokter
Sabar ya de Mira, sekarang buka matanya.
Mira
Dokter saya bisa melihat kembali, terima kasih dok saya sangat bersyukur (menangis terharu)
Dokter
Iya de, kamu harus bersyukur bahwa ada orang yang rela mendonorkan matanya untuk kamu..
Mira
Iya, Mira juga ingin berterima kasih pada orang itu. Siapa oramgnya dok?
Dokter
(Hanya tersenyum dan tak berkata apapun).
Mira
Along, di mana ibu? Mira ingin bertemu dengan Ibu. Mira ingin mencium tangan Ibu dan meminta maaf kepadanya.
Along
(hanya menangis, air matanya begitu deras mengalir).
Mita
Mengapa menangis? Ibu mana? Ibu mana long.
Mira terus bertanya kepada Along, tetapi Along tetap saja menangis. Hati Mira semakin bertanya-tanya
Along
Ia sudah meninggalkan kita Mira !! Ibu mengalami komplikasi semasa operasi mendonorkan matanya untukmu. Dia mengambil resiko untuk menjalani operasi walaupun usianya sudah lanjut. Ibu sudah melakukan suiatu pengorbanan besar untukmu Mira !!!
Mira
Ini tidak mungkin, semua ini tidak mungkin aku tidak percaya (menangis histeris).
Along
Bersabarlah, ini semua adalah takdirNya. Kita harus bisa menerimanya. Sebelum ibu meninggal ia menitipkan sepucuk surat untukmu dan ini suratnya.
Mira membaca surat dari ibunya
“Mira
Di saat kau membaca surat ini,
Mungkin ibu telah pergi meninggalkan dunia ini.
Andai kata ibu pergi sebelum berjumpa dengan mira.
Mira pasti sudah melihat
Ibu mau kamu dapat melihat dunia ini dan kebesaran Ilahi
Ibu sudah memaafkan segala dosa-dosa Mira
Terimalah sepasang mata ini dari ibu.”
Mira
Maafkan aku Ibu, sekarang aku menyesal sangat menyesal. Andai saja waktu bisa terulang kembali aku akan menyayangi ibu, aku tidak akan berbuat jahat kepada Ibu. Ampunilah dosaku Tuhan....(tangisannya semakin menjadi-jadi).














cerpen
ibu ampunkanmu, MIRA !
karya : mohd. kasim
Mira merupakan seorang anak bongsu dari dua orang adik beradik. Ibunya seorang penyapu sampah yang sudah tua. Beliau sering sakit-sakit kerana terlalu kuat bekerja untuk memperbaiki taraf hidup merka sekeluarga. Ayah mereka yang selama ini mencari nafkah buat mereka sekeluarga telah meninggal dunia kerana terlibat dalam suatu kemalangan ketika baru pulang dari memotong getah.
Kehidupan mereka daif; ibarat ‘kais pagi makan pagi, kais petang makan petang’. Suatu hari Mira pulang dari sekolah dan terus menuju ke dapur lalu membuka tudung saji di atas meja. Alangkah marahnya Mira apabila melihat tiada satu pun makanan di atas meja. Lalu ibunya yang tua menjadi sasaran kemarahannya.
“Ibu, kenapa Ibu tak masak lagi? Kan dah tahu Mira kan balik sekolah tengahari. Dah la bagi duit saku pun tak cukup untuk Mira beli nasi kat sekolah. Ibu! Mira dah tak larat hidup macam ni! Ibu di rumah tahu tidur jer.” Begitulah kata-kata Mira kepada Ibunya yang kebetulan pada hari itu tertidur di atas sofa lusuh di ruang tamu.
Mira tidak tahu bahwa Ibunya mengalami demam yang panas kerana tidak cukup rehat dek kerana mencari nafkah buat mereka sekeluarga. Mira hanya mementingkan dirinya sahaja. Ibunya diam mendengar leteran puteri kesayangannya itu. Tidak lahir satu pun rasa marah kepada Mira pada waktu itu. Padanya, memang salah dirinya kerana gagal untuk memasak juadah untuk anaknya yang baru pulang dari sekolah. Ibunya teringat pesan arwah suaminya supaya menjaga anak-anak mereka dengan baik.
“Mira, lapar ya sayang? Sebentar ibu masakkan ya.”
Lantas, Ibu pun segera bangun menyediakan juadah untuk anak kesayangannya. Mira menghentak kaki dan segera masuk ke dalam biliknya tanda protes kerana Ibunya gagal menyediakan makanan buatnya apabila beliau balik dari sekolah. Ibu hanya diam melihat gelagat anaknya namun beliau tahu Mira hanya ingin meluahkan perasaan marahnya kerana kesalahannya sendiri.
Sedang Ibu memasak, pulang anaknya yang sulung, Along, yang baru sahaja pulang dari tempat kerja. Melihat ibunya yang masih belum lega demamnya sedang memasak, Along lantas menyuruh ibunya berehat dan dia mengambil alih tugas ibunya memasak. Along tahu bahawa ibunya sudah penat untuk melakukan semua itu tambahan dengan demam yang dialaminya belum lagi sembuh.
Along seorang anak yang amat berhati mulia dan amat memahami kondisi ibunya yang sudah tua dan sudah tidak berdaya lagi. Sedang asyik Along memasak, Mira datang dan bertanya di manakah ibu. Lantas along menjawab bahawa ibu sedang tidur di sofa lusuh di ruang tamu, mungkin ibu penat agaknya.
Mira dengan pantas menuju ke ruang tamu dan mengejutkan ibunya untuk meminta wang kerana dia mahu keluar bersuka-ria bersama kawan-kawannya. Along begitu marah melihat gelagat adiknya yang mengejutkan ibu yang sedang lena tidur semata-mata untuk meminta wang. Along memarahi Mira. Namun Ibu dengan segera meleraikan pergaduhan mereka.
“Along, janganlah kamu memarahi adik kamu, dia hanya mahu meminta wang untuk membeli buku rujukan bersama rakan-rakannya, lagipun SPM pun dah dekat. Ibu mahu dia berjaya kelak,” lantas ibu masuk ke dalam biliknya dan meyeluk saku baju kerjanya. Mira hanya menurut ibunya dari belakang. Ibu memberi Rp. 30.00 kepada Mira namun itu belum cukup bagi Mira, dia merampas wang lebihan yang ada di tangan ibunya.
“Jangan Mira, itu wang untuk…..”
Belum habis ibunya berkata-kata Mira terus keluar dari rumah. Suara Mira dari luar jelas didengari oleh ibunya.
“Ibu, duit kita boleh cari lagi. Jangan risau,” dia tidak tahu ibunya bertungkus-lumus mencari wang untuk mereka sekeluarga.
Namun, ibunya tidak menaruh sebarang perasaan marah kepada anaknya itu kerana anak merupakann kurniaan Allah yang tidak boleh dijual beli baginya. Along tidak melihat apa yang berlaku kerana asyik memasak di dapur.
Hari ini tidak seperti hari yang sebelumnya, jam sudah menunjukkan jam 11.00 malam. Mira masih belum pulang ke rumahnya. Ibu dan Along sudah mula risau. Tidak lama kemudian, telefon berbunyi dan Along segera mengangkatnya. Alangkah terkejutnya dia apabila mendengar satu-satu adiknya telah mengalami kemalangan yang mengakibatkan penglihatannya menjadi buta. Ibu yang mendengar berita itu amat terkejut lalu mencari orang untuk menghantar mereka berdua ke hospital dengan kadar segera. Setibanya di hospital, Ibu melihat teriakan Mira yang amat sedih akibat hilang keupayaan untuk melihat.
“Sudah tidak guna lagi aku hidup di dunia ini, aku sudah tidak mampu melihat lagi.”
Ibu sudah tidak sanggup untuk melihat cahaya matanya yang kedua itu hidup dalam kegelapan selama-lamanya. Dia harus mencari cara untuk mengembalikan penglihatan anaknya semula. Seketika kembali seorang doktor datang ke arah Mira dan berkata bahawa. “Mira, awak jangan risau, kami telah menemui seorang penderma yang sanggup mendermakan matanya kepada awak.” Mira merasakan dirinya orang yang paling bertuah setelah mendengar berita yang gembira itu.
Hari pembedahan sudahpun tiba, pembedahan semuanya berlaku dengan lancar. Pembedahan itu mengambil masa selama hampir 4 jam. Hasilnya juga mengembirakan. Hari ini hari yang penting buat Mira kerana balutan pada matanya akan dibuka dan menandakan samada beliau berjaya melihat kembali ataupun tidak. Hasilnya amat memberangsangkan. Mira dapat melihat semula.
Orang yang pertama dilihatnya ialah Along. Dia tertanya-tanya dimanakah Ibu. Dia mahu meminta maaf kepada Ibu atas semua kesalahan yang telah beliau lakukan. Mira sudah insaf.
“Along, di mana Ibu? Mira hendak mencium tangan ibu dan meminta maaf kepadanya. Tangisan air mata jelas kelihatan mengalir di pipi Along.
“Along, mengapa menangis? Ibu mana?” pertanyaan itu ditanyakan kepada Along berkali-kali tetapi hanya linangan airmata dapat dilihat mengalir di mata Along. Berbagai persoalan bermain di minda Mira saat itu.
“Ibu sudah meninggalkan kita Mira!!! Ibu mengalami komplikasi semasa pembedahan mendermakan matanya kepadamu adik. Dia mengambil risiko untuk menjalani pembedahan walaupun usianya sudah lanjut adik. Ibu telah melakukan satu pengorbanan yang sangat besar kepada kamu Mira!!!”
Along cuba menenangkan Mira dan memberikan sepucuk surat kepada Mira.
“Mira, Di saat kau membaca surat ini,Mungkin Ibu telah pergi meninggalkan dunia ini,
Andai kata Ibu pergi sebelum sempat berjumpa dengan Mira,
Ibu pasti Mira pasti sudah boleh melihat…
Ibu mahu kamu dapat melihat dunia ini dan kebesaran Ilahi…
Ibu sudah mengampunkan segala dosa-dosa Mira…
Terimalah sepasang mata ini daripada ibu…”

No comments:

Post a Comment