Nama : Hera Herliana
Nim : 12211007
Kelas : Ia
Tugas : Membuat Puisi Hasil Karya Sendiri
Mata Kuliah : Apresiasi Puisi
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Sandiwara
Mengapa
dunia penuh dengan sengsara
Yang
seakan membuat kita berbunga
Tapi
kini aku percaya
Dunia
memang penuh prahara
Manusia
yang penuh dengan kata berirama
Tapi
apa mau dikata
Itu
hanya sebatas rencana
Yang
membuat ku terperdaya
Sandiwara
yang tak pernah berjaya
Hanya
kepedihan mengiris luka
Sungguh
kau bukan pengiba
Yang
tak pernah meraba rasa
Aku
manusia yang tak berwibawa
Berharap
berjaya tapi terdusta
Semoga
aku tak terperdaya
oleh
dunia sandiwara
Impian
Malam
tiba dengan rintikan hujan
ombak
gemuruh dilautan
Aku
yang termangu dalam kegelisahan
Seperti
batu karang yang tak terpecahkan
Meski
aku tak seindah bintang yang berkelipan
Tak
seterang bulan yang mereka impikan
Tak
seelok hamaparan lautan
Tak
seperti mentari yang terangi bumi
Aku
hanya miliki sebuah mimpi
Cita
dan angan yang akan ku daki
dengan
langkah yang ku lalui
Meski
jalan terjal mendaki
Biarlah
waktu yang bersaksi
Jangan
pernah kau halangi
Dengan
penuh kata rayu dan ragu
Aku
kan tetap melaju dengan keyakinan teguh
Rindu
Rindu
kelabu yang membuat ku terpaku
Hati
ku seakan pilu bagai teriris sembilu
Suasana
memburu mendesak ke dalam kalbu
Sosok
mu yang selalu ku rindu di setiap waktu
Akankah
semua ini berlalu ?
Padamu
tanpa berlugu
Rindu
itu bisu
Rindu
itu syahdu
Jangan
biarkan telinga untuk mendengar
Tapi
siapkan hati untuk menjawab
Sepi
Aku
rasa malam ini tak berbintang
Hanya
sehelai kertas dan pena yang ku pegang
Coretan
kecil yang bermakna bagi ku
Bisa
luapkan segala sepi ku
Naluri
ku melayang terbang
Raut
wajah mu yang terbayang
Akan
kah disana kau sama rasa
Terlilit
sepi yang tiada arti
Mengguncang
jiwa yang tak bisa berbagi
Berharap
diri mu yang temani
Hanya
bayangmu yang hinggap di pelupuk mata
Hingga
bibir ini tak mampu berkata.
Kalbu
mendayu pada waktu
Kiranya
dahulu pelangi nan indah
Berselimutkan
awan kelam
Kerlipan
bintang tak bercahaya
Pada
langit yang memuram
Mentari
pun tak seperti menari
Hanya
sengat nya yang menali
Pada
rongga jemari hati
Melambung
tinggi di pucuk mimpi
Kini
pelangi cumbui hari
Membiaskan
warna nan megah di pagi hari
Menyingkap
langit yang memuram
Menyingkir
pada celah hati yang suram
Kalbu
mendayu pada waktu
Mengiring
langkah yang tertuju
Rasa
bertahta dalam relung ku
Temukan
insan hingga bersatu
Harapan
Waktu
terus bergulir
Aku
yang sendiri dihantui mimpi
Hanya
bayang masa lampau yang terkenang
Mengusung
hari-hari yang berputar
Celotehan
tak akan ku hiraukan
Aku
tantang dengan harapan
Masa
depan yang penuh kecerahan
Begitu
ku dambakan
Aku
terus mencoba dan mencoba
Berdiri
meski tertatih
Berjalan
meski meronta
Berjuang
meski menentang
Harapan
tak akan pernah mati
Untuk
meraih mimpi
Semangat
pun tak kan jua padam
Sampai
pada saat semuanya ku genggam
Laut
lepas
Panorama
nan megah di laut lepas
Mengukir
indah masa silam
Kala
kita jumpa saat telah terpisah sekian lama
Semilir
angin menyejukkan kalbu yang gundah
Ombak
menghanyutkan dalam buaian mesra
Hamparan
laut biru meluaskan pandangan semu
Perahu
mengantarkan pada tujuan
Tegarnya
Batu karang yang di hempas lautan
Serta
pasir putih yang mengikuti jejak langkah
Di
lautan ini ku curahkan segala rasa
Tawa
canda lepas ceria
Semuanya
ku tuangkan dalam potret bertajuk cinta.
Cerita
Hari Ini
Mentari
pancarkan sinar nya
Sementara
aku masih berpijak melangkah di atas bumi
Tanpa
perduli akan sengatnya yang menusuk
demi
mencari segenggam ilmu
Ketika
mulai maju dengan kendara
Kantuk
pun datang bertumpuk-tumpuk
Tapi
aku tahan dengan berunjuk
Meski
ingin sebenarnya aku melumbuk
Air
mata dari langit pun turun ketika aku hendak pulang
Tak
sengaja aku bersimpang di ruas jalan yang terpampang
Aku
pun makan dengan riang
Aduhai
perut ku kenyang
Ketika
aku mulai melaju dengan kendara jua
Aku
lihat di sisi sudut mata
Ada
seorang pria menatap ku
Aduhai
hati ku malu.
Angka
yang Tak berwarna
Rasa
hati ingin menangis
Ketika
aku pandang angka yang tak berwarna
Pikir
ku terasa kelam
Membuat
ku tak bermakana
Angka
yang tak berwarna
Membuat
pilu semakin beradu
Menulusuri
mimpi-mimpi
Menghantui
hari-hari
Angka
yang tak berwarna
Membuat
ku merenung ketika ku mengingat mu
Terjerembab
dalam kubangan air mata
Hati
meriuk beralun-alun semu
Ketika
orang lain sibuk memperbaikinya
Aku
hanya bisa meratapi
Tapi
pilu tak harus tinggal di semak hati
Jadikan
cambuk yang penuh arti
Jalan
Berliku
Sulit
sekali tapaki jalan berliku ini
Selalu
saja berduri
Goresan
duri memang tak begitu nampak
Entahlah
jika sampai ke puncak
Aku
tak pernah tau titik temu
Apakah
aku mampu melaju
Atau
haruskah ku pergi menjauh
Aku
tak tau ....
Tuhan...
Jika
memang jalan berliku itu
Hanya
membuat ku rapuh
Aku
ingin semuanya cepat berlalu
Tanpa
da rasa ragu
Tapi
jika saja masih ada titik temu
Hingga
penghujung waktu
Kuatkanlah
aku tuhan
Agar
tak terhanyut
Roda
dua
Sebauh
tragedi di masa lampau
Tertoreh
dalam benak ku
Kala
ku tungganginya
Perasaan
was-was silih berganti
Ketika
aku melaju di sebuah jalan
Mobil-mobil
itu seakan ingin menelan
Membuat
ku semakin tertunduk
dengan
penuh rasa takut
tangan
ku begitu erat mencengkram
mata
ku terpejam
mulut
pun seakan membungkam
bagaikan
di suasana tepi tebing yang curam
jika
takut tak lagi terbendung
jika
was-was semakin meluas
sesekali
ku luapkan teriakan
dengan
nada yang tak beraturan.
Ibu
Sungguh
berat beban yang kau pikul
Hingga
kau berjalan meronta-ronta
Berdiri
walaupun lelah menghampiri
Tetap
saja kau berjuang untuk anak mu
Ibu..
Aku
terteguh memandangmu
Dengan
penuh rasa takjub
Apa
guna jika aku tanpa mu
Tak
kan mampu aku berdiri tegak
Ibu...
Setiap
untaian do’a yang kau haturkan
Selalu
terselip nama ku
Setiapa
kata yang kau lontarkan
Disitulah
mura kasih mu
Ibu...
Setiap
nasihat yang kau tibakan
Bak
fajar yang memancar
Meski
batin mu bergejolak kau selalu tampakkan senyuman
Meski
hati mu menangis cinta mu tak pernah terkikis
Ibu..
Kau
mampu lalui hari dengan cahyamu yang tak pernah padam
Kau
mampu hiasi mimpi dengan keindahan malam
Kau
sanggup sejukan hati tanpa ilusi
Kaulah
wanita yang begitu berarti
Ibu..
Kasih
mu sungguh sejati tak kan bisa terganti
Sekali
pun ku suguhkan berlimpahan materi
Engkau
kan selalu terkenang
Pahlawan
dengan penuh kasih sayang.
Sang
Pejuang
Kau adalah sosok
pejuang dalam hidupku
Kau rela menghabiskan
waktumu
Kau rela menumpahkan
energimu
Kau rela bekerja keras
tanpa batas
Kala fajar telah
menyinglar
Kau beranjak hingga
petang pun datang
Kala malam menyapa
bintang
Kau hadapi meski penuh
rintang
Kau adalah sesosok kaum
adam
Di beranda dunia yang
bahtera
Kau adalah sesosok imam
Di belantara kehidupan
alam
Saat ini aku sampaikan
pada dada malam
Jangan kau serukan kelam
!
Kutitipkan rindu
bersapa salam
Untukmu ayah ku ....
Rasa
yang Mengental
Hening
bening
Senyap
menggigil sukma
Gejolak
yang mewarnai asa
Rasa
yang mengental dalam jiwa
Sinarnya
semakin terpancar
Mengikuti
hari-hari yang menguap
Kuda-kuda
rindu pun semakin mendera
Mengerat
dalam dada
Makna
Cinta
Seuntai kata
bertuliskan cinta
Seikat cinta
merangkaikan cerita
Sebuah cerita mewarnai
asa
Cinta berawal dari
sebuah perhatian
bersemi karena
perkenalan
Jua bertahan karena
kesetiaan
Sungguh aku mencintai
bukan karna rupa
Aku menyayangi bukan
karena harta
Melainkan karena rasa
yang bertahta
Kata cinta yang ku
miliki
Ingin memberi semua
yang terbaik
Berharap ku tak
berlebih di hatimu
Keraguan
Aku ingin tahu seberapa
berhaga aku untuk mu
Aku ingin tahu
berartikah kehadiran ku bagimu
Aku ingin tahu seberapa
besar kau memperdulikan ku
Aku ingin tahu seberapa
mampu kau menerima kekurangan ku
Aku ingin tahu seberapa
lama kau mampu bertahan
Aku ingin tahu seberapa
besar kesetiaan mu
Aku ingin tahu seberapa
besar kau menyayangi ku
Aku ingin tahu seberapa
takutkah kau kehilangan ku
Dan aku tak pernah tau
setinggi apa posisi ku di hati mu
Selamatkanlah
aku
Ya Rabb demi
kemuliaan-Mu yang maha sempurna
Jangan pernah aku
terjatuh dalam kehinaan
Selamatkanlah aku dari
cobaan yang mengikat hati ku
Sebab engkaulah yang
maha memiliki diriku
Aku mencintai-Mu dengan
kelemahan ku
Tapi engkau mencintai
ku dengan kesempurnaan mu
Aku memulyakanmu dengan
menyebut keagungan-Mu
Tapi engkau memuliakan
ku dengan menyembunyikan aib-aib ku.
Sepatu
baru
Enak dipandang tapi tak
nyaman disandang
Membuat kaki ku penuh
derita
Lecet pun kian mendera
Apakah aku harus
tinggalkannya?
Terkadang aku menyesal
telah merogoh kocekku untuknya
Aku juga menyesal telah
memilihnya
Aku terpikat bodinya
yang memukau
Padahal bikin kacau
balau
Aku pikir dia akan
membuatku merasa sempurna
Tapi nyatanya malah
merana
Lebih baik aku
tinggalkannya
Hanya untuk hiasan
semata.
Anugrah
Aku
bersyukur kepada Tuhan yang telah menciptakanmu
Aku
berterima kasih pada ibu mu yang telah melahirkanmu
Aku
jua berterima kasih padamu yang telah hadir dihidupku
Kau
telah bisa membuat hati ku luluh
Menghapus
jejak-jejak ku di masa lalu
Hingga
aku pun mampu menebarkan tawa disetiap sudut langkah ku
Kini
aku tak lagi hampa
Karena
hati telah bersua
Tak
kan ku sia-sia meski prahara menerpa.
Hilang
Cinta......
Kau
hilang dalam ucap ku
Tapi
tak hilang dalam benak ku
Kau
hilang diragaku
Tapi
tak hilang dalam jiwaku
Cinta......
Kau
tanamkan keindahan
Tapi
mengapa kau pergi dengan kepedihan
Kau
tancapkan senyuman
Tapi
mengapa kau pergi dengan deraian air mata
Cinta.....
Harapan
hilang sudah
Keinginan
lenyap sudah
Semuanya
hanya tinggal kenangan
Yang
menyisakan kepedihan.
Mawar
Melati
Melati
indah nan beseri
Tak
pernah sekalipun ku sirami
Sungguh
kau yang selalu pahami
Segala
isi hati
Mawar
indah nan berduri
Kau
yang selalu ku sirami
Kau
tak pernah mengerti
Atas
segala yang ku beri
Ku
campakkan melati
Ku
arungi mawar berduri
Ku
kira melati telah layu
Ternyata
dia selalu menunggu
Kini
melati telah kembali
Hilangkan
sayatan karna duri
Sungguh
setia kau melati
Membuat
ku menyadari
Hidup
tanpa Cinta
Sunyi
senyap malam
Kelam
tanpa bintang
Jiwa
terasa hampa
Hati
seakan luka
Hidup
tanpa cinta
Bagai
dunia gelap gulita
Tiada
setitik cahaya
Yang
menerangi
Hidup
tanpa cinta
Kekosongan
yang ku rasa
Dalam
relung hati dan jiwa
Menusuk
ke rongga dada
Penghianatan
Sakit
ku menggoyahkan ku
Harapan
ku menghancurkan ku
Cinta
ku membunuh ku
Rasa
ku menyiksa ku
Percaya
ku hanyalah sia-sia
Pengorbanan
ku tak berguna
Kini
hanya luka yang ku rasa
Kenangan
yang tersisa
Kau
terbuai cintanya
Kau
terpikat pesona
Kau
tergoda dia
Hingga
diriku kau campakkan
No comments:
Post a Comment