CINTA PENUH MISTERI
Di pagi hari sinar mentari pancarkan sinarnya menerobos
dedaunan dan pepohonan. Semua orang sibuk beraktivitas, mereka bergegas menuju
sawah dan ladang, anak- anak sudah bersiap pergi ke sekolah. Di beberapa ruas
jalan tampak beberapa orang berpapasan, mereka berbincang sebentar. Sementara
itu Indah seorang gadis remaja ia begitu tak sanggup untuk beraktivitas, kedua
matanya tak seperti biasa karena semalaman ia menangis. Air mata yang keluar
dari sepasang bola matanya itu adalah air mata kehilangan sosok yang berarti
dalam hidupnya. Ia tak menyangka bahwasannya kekasih yang sangat ia cintai
sampai hati menghianati cintanya. Hari-hari ia lalui dengan kehampaan, pikirpun
serasa melayang. Ia tak begitu peduli dengan keadaan sekitarnya, ia hanya
peduli akan kesembuhan untuk hatinya. Terlebih lagi setiap hari ia melihat
pujaan hatinya jalan berdua dengan wanita lain. Pedih amat pedih, sakit sungguh
sakit yang ia rasakan sekarang karena sekian lama menjalin cinta harus berakhir
sia- sia.
Suatu ketika seorang pemuda yang dikenal dengan sederhana,
yang belum pernah menebarkan pesona kepada wanita- wanita di sekelilingnya. Tapi
entah kenapa, sosok pemuda tersebut begitu tertarik untuk mendekati Indah,
terbersit dalam benaknya bahwa ia ingin sekali dapat mengobati luka hati yang
dialami Indah yang dikenal sebagai gadis cantik dan anggun. Pemuda itu bernama
Putra, ia mencoba mendekati Indah dengan perlahan dan berhasil mereka pun
menjalani sebuah ikatan. Tapi bagaimana dengan perasaan Indah? Apakah benar dia
mencintai Putra? Tenyata tidak, dia tidak merncintai Putra. Dia hanya ingin
melupakan sosok laki- laki yang menyakitinya. Pada awalnya Putra tidak
mengetahui hal itu tetapi seiring berjalannya waktu Putra merasakan sesuatu
yang ganjil, dia melihat sikap Indah yang aneh. Hati Putra bertanya- tanya “
apakah benar dia mencintaiku? Tapi mengapa sikapnya begitu aneh padakau?.” Hati
Putra mulai dilanda keresahan. Semuanya ia jalani dengan penuh keraguan, begitu
juga dengan Indah dia begitu merasa bersalah, selintas terpikir dalam benaknya “
mengapa aku harus melibatkan orang lain dalam kehidupanku yang sedang kacau
balau, padahal dia tidak bersalah apa-apa.” Sesungguhnya ia tak ingin semua ini
terjadi, tapi mengapa semua telah terjadi.
Waktu terus merambat, hari berganti minggu, dan minggu
berbilang bulan. Mereka bertemu untuk kesekian kalinya, mereka jarang sekali
bertemu karena terpisahkan oleh jarak antara Garut-Jakarta, pada pertemuan itu
Putra begitu bergembira ia hendak mengajukan pertanyaan- pertanyaan terhadap
Indah, tapi Indah menjawab dengan ala kadarnya, Indah pun tak banyak berkata-
kata. Putra membaca bahwa ada ketidaknyamanan dalam hati Indah. Putra semakin
yakin bahwa Indah memang tidak mencintai dirinya. Sampai pada akhirnya, Putra
mengutarakan keresahan yang ada dalam hatinya, ia tak ingin memaksakan perasaan
Indah dan juga membebani Indah dengan kehadirannya, meskipun Putra sangat
mencintai Indah. Pada suatu malam dengan rintikan hujan Putra mengirim pesan
kepada Indah.
“Kamu lagi ngapain dah?”
“Lagi nonton ajah”.
Indah menjawab dengan singkat.
“Bolehkah aku bertanya kepadamu?”
“Silahkan saja, aku tidak keberatan”
“Apakah benar kamu mencintaiku?”
“Mengapa kamu bertanya seperti itu?”
“aku hanya tidak ingin membebanimu dengan kehadiranku,
sungguh aku ingin kamu berterus terang padaku”
“Benarkah aku harus jujur padamu?”
“Iya, lebih baik kamu jujur daripada membohongi hatimu
sendiri”
“Sejujurnya aku masih belum bisa melupakan masa laluku,
entah kenapa aku telah berusaha melupakannya tetapi tetap saja tidak bisa,
maafkan aku”
“Tenang saja aku tidak apa-apa, maafkan aku yang telah
lancang memasuki kehidupanmu”
“Aku yang bersalah, kamu sungguh tidak bersalah”. Tak
terasa air matapun melintasi pipinya, ia merasa bingung. Tak tahu apa yang
harus ia lakukan.
“Sekarang kamu inginnya bagaimana?”
“Aku tak tahu semua terserah padamu sajah, karena kamu
telah mengetahui perasaanku sebenaranya”
“Sungguh jika kamu mengizinkan, aku akan tetap menemani
hari-harimu. Tapi jika kehadiranku membebanimu, maka pergilah dan carilah
kebahagiaanmu di luar sana, karena yang menentukan kebahagiaanmu adalah dirimu
sendiri”
“Aku tak ingin lebih jauh melibatkanmu dalam kehidupanku,
aku tak ingin menyakitimu lebih dari ini”
“Baik kalo begitu,
aku akan pergi dari kehidupanmu. Tapi kamu harus berjanji untuk membuka
hatimu untuk yang lain dan carilah orang yang benar- benar menyayangimu”
“Sungguh kamu lelaki yang baik, kamu pantas mendapatkan
wanita yang baik pula, bukan seperti aku yang selalu menyakitimu”
“Jangan berkata seperti itu, aku iklas dengan semua ini,
mungkin ini adalah jalan terbaik untuk kita berdua. Sampaikan permintaan maafku
pada kedua orangtuamu”
Mereka
sepakat untuk tidak melanjutkan hubungan mereka, Putra adalah lelaki yang baik
bahkan ia rela melepaskan wanita yang sangat ia cintai demi kebahagiaan wanita
itu. Indah merasa sedikit lega karena ia telah berkata jujur kepada Putra,
bukan Indah yang merasa sedih dan kehilangan Putra, tetapi Ibunya Indah yang
begitu sedih, ia tak menginginkan perpisahan itu terjadi Ibunya sering kali
menangis di hadapan Indah dan berkata “Mengapa kamu tega memutuskan hubunganmu
dengan Putra, padahal ia adalah anak
yang baik dan ia benar- benar menyayangimu”
Indah tak berkata-kata, hanya senyuman yang ia tampakkan
dengan mata yang berkaca-kaca. Indah juga merasa heran dari sekian lelaki yang
pernah dicintainya hanya Putra yang bisa mengambil hati Ibunya..
Sesekali
Putra menyatakan perasaannya kembali kepada Indah, tetapi Indah menolak dengan
lembut dan menyatakan bahwa ia hanya ingin sendiri, ingin menenangkan hati
meskipun pada saat itu Ibunya terus mendesak agar Indah mau menerima Putra
kembali. Indah tetap yakin dengan pendiriannya bahwa ia yakin suatu hari nanti ia
akan menemukan sosok lelaki idaman yang benar- benar mencintainya. Putra begitu
terpukul dengan semua ini, hari-hari ia lalui tanpa kekasih yang sangat
dicintainya. Dadanya serasa sesak mendesak, hatinya dibalut duka.
Beberapa
bulan kemudian, Indah bertemu dengan seorang lelaki yang bernama Radit. Radit
adalah seorang lelaki yang tajir dan sikapnya yang lucu membuat hati Indah merasa
terhibur, sehingga keduanya pun saling mencintai dan menjalani sebuah hubungan.
Indah sedikit lupa dengan masa lalunya.
Putra
tidak berani menghubungi Indah lagi, ia hanya melihat foto dan mengetahui
keadaan Indah dari jejaring sosial facebook, Putra berpikir bahwa ia harus
mampu melupakan Indah dan segera menemukan penggantinya. Ia bertemu dengan
seorang gadis yang bernama Hana, Hana sedikit menghiburnya meskipun ia tak bisa
membohongi dirinya bahwa Ia masih mencintai Indah. Kini Indah dan Putra telah
memiliki kekasih, kecil kemungkinan untuk mereka bersatu kembali.
Tapi
bukan kebahagiaan yang Indah dapatkan, setiap hari yang dilalui Indah, setiap
dentingan jam yang ia lewati beriring dengan air mata karena Orang tua Indah
tidak menyetujui hubungan Indah dengan Radit. Orangtuanya tetap menginginkan
Indah bersama kembali dengan Putra, semuanya begitu menekan mendesak bagi
Indah. Indah memang mencintai Radit tetapi orang tua Indah tidak menyukai
Radit, karena Radit berasal dari keluarga berada, berasal dari kota, cara
kehidupannya pun berbeda. Radit begitu mengenal dunia luar bahkan ia sudah
berkecimpung dengan balapan liar, itulah yang dikhawatirkan Ibunya Indah. Seringkali
Ibunya Indah memasang muka yang begitu murka di hadapan Indah sambil berkata
“Putuskan saja kekasihmu itu, ia tak pantas untukmu”. Hati Indah dilanda pilu,
terlebih lagi sikap Radit yang begitu mengherankan, sikapnya begitu sulit untuk
ditebak. Ia sering bersikap acuh tak acuh, bahkan terkadang ia tak memberi
kabar satu minggu lamanya bahkan lebih dari satu minggu sehingga pertengkaran
di ponsel pun sering terjadi.
“lagi apa say? Hehe”
“lagi menunggu kabarmu, kamu dari mana saja?”
“Maafkan aku, aku begitu sibuk dengan pekerjaanku sehingga
aku tak sempat mengabarimu”
“Apa? Memangnya begitu sibuk ya? kamu tidak pernah
mengerti dengan perasaanku, apakah kamu tidak pernah berpikir tentang hal itu?”
“Tentu saja aku berpikir, tapi pekerjaan begitu melilitku sehingga
aku tak bisa brbuat apa-apa”
“Alasan saja, jika memang kehadiranku begitu mengganggumu
silahkan saja kamu urus pekerjaanmu dan jangan pernah pedulikan aku lagi”
Wajah Indah tampak memerah, ia merasa kesal karena bukan
pertama kali Radit menghilang tanpa kabar. Indah merasa keadaannya tak begitu
dihargai dan begitu dipermainkan. Berulang kali Radit berjanji untuk tidak
mengulanginya tapi janjinya tak pernah ia tepati.
Radit menjawab dengan serius “ko kamu berbicara seperti
itu, padahal aku sangat menyayangimu”
“kamu tak perlu berkata-kata, aku hanya perlu pembuktian,
camkan itu!”
Radit
begitu terkejut dengan pernyataan Indah, sekarang dia pasrah dengan segala
keputusan Indah, jika memang berpisah adalah jalan terbaik maka ia terima
dengan lapang dada. Keadaan begitu menyudutkan Indah yaitu dengan orang tua
yang tak merestui hubungannya serta Radit yang tak pernah mengerti dengan
perasaannya. Akhirnya Indah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan
Radit, ia berharap bahwa akan ada orang yang lebih baik lagi serta dapat restu
dari orangtuanya. Setelah itu ia begitu kesepian tak ada yang menghiburnya
lagi. Ia sempat dekat dengan beberapa lelaki tetapi hatinya belum bisa
tersentuh, ada seorang lelaki yang ia
suka pun orangtuanya tak menyetujuinya, dia hanya bertawakal dan tetap berusaha
agar bisa mendapatkan calon seorang imam yang baik menurut Allah. Orangtuanya
tetap menginginkan agar Indah bersama kembali dengan Putra, tapi Indah bersih
keras menolaknya karena tidak mau menyakiti Putra lagi yang memang tak
dicintainya. Terdengar kabar, bahwa Putra sudah tidak berhubungan lagi dengan
Hana karena Hana dengan tega menghianati Putra. Putra tak begitu sedih ia
menerima dengan ikhlas karena ia tak mempunyai perasaan yang begitu dalam
kepada Hana. Indah dan Putra tak memiliki kekasih lagi, tetapi tetap saja mereka
tak pernah berkomunikasi lagi ataupun saling menanyakan kabar sekalipun. Mereka
saling mencari pengganti tak pernah ada hasrat bagi Indah untuk kembali kepada
Putra, tapi Putra yakin jika memang Indah adalah jodohnya maka ia akan
dipertemukan dan dipersatukan kembali.
Yang
membuat hati Indah sedih bukanlah karena kesendiriannya ataupun perpisahannya
dengan Radit, tapi Ibunya yang sering kali menangis di hadapannya ia selalu
berkata “Kalau kamu memang menyayangi ibu, kamu harus menuruti apa kata Ibu,
sungguh Ibu menyayangimu dan Ibu ingin kamu dapatkan yang terbaik dalam
hidupmu”. Indah tak begitu mengerti dengan perkataan Ibunya dan maksud
pembicaraannya itu, karena terlalu banyak beban yang dipikirkan oleh Ibunya,
ibunya jatuh sakit hingga berbulan- bulan. Indah begitu sedih, tetapi semakin
lama ibunya sering membahas tentang Putra di hadapan Indah, padahal Indah sudah
tidak mengingatnya lagi, ia sudah melupakan Putra sejak satu tahun yang lalu.
Terkadang Indah merasa kesal jika Ibunya terus saja membahas Putra terus
menerus, sungguh Ibunya tidak bisa mengerti dengan apa yang Indah rasakan, tapi
Indah tak berani memasang muka kesal di hadapan Ibunya, ia takut sakit ibunya
lebih parah.
Sampai pada suatu hari sepupu Indah datang dari kota
karena ingin merayakan Idul Fitri bersama keluarga besarnya di rumah Indah,
mereka bertemu dengan riang saling berbagi cerita satu sama lain, Indah dan
keponakannya terlihat akrab karena memang usia mereka tak jauh berbeda.
Keponakannya pun mengajak Indah untuk berlibur ke pantai Pangandaran setelah
hari raya Idul Fitri, Indah pun bersedia menerima ajakan keponakannya itu untuk
berlibur ke pantai. Hingga pada waktunya ia pergi bersama keponkannya itu, tapi
Indah begitu terkejut ketika melihat bahwa yang datang menjemputya adalah
Putra, ia begitu malu dan tak menyangka bahwa Putra akan ikut ke Pantai, itu
semua adalah rencananya Ibu Indah bersama keponakannya agar Indah dan Putra
bisa bertemu kembali, Indahpun pergi dengan hati yang tak karuan ia tak tahu
apa yang harus ia lakukan , ia tak tau harus berkata apa kepada Putra yang
pasti dia tak ingin menunjukkan rasa malu ataupun canggung di hadapan Putra, ia
bersikap sewajarnya tapi di perjalanan yang jauh Indah dan Putra begitu banyak
berbincang- bincang mereka tidak seperti dulu lagi apabila bertemu tak banyak
berkata- kata, terbersit dalam pikiran Indah bahwa Putra tak nampak seperti
dulu lagi dengan rambut yang kribo dan penampilan ala kadarnya, kini Putra
merubah penampilannya lebih rapih. Entah
apa yang dirasakan Indah saat itu ia merasa senang dan lupa dengan pikiran yang
selalu menggangunya selama ini, ketika di perjalanan itu pula Indah memandang
Putra dari kejauhan sambil memanjatkan sebuah permohonan dalam hatinya “Ya
Allah jika memang dia yang terbaik untukku, dan dia adalah jodohku maka beri
aku rasa meski hanya sedikit saja”. Dengan mata yang berkaca- kaca.
Setelah
menghabiskan perjalanan panjang dengan sukaria Indah bersama keponakan dan
Putra pulang ke rumah, Putra pun mampir ke rumah Indah terlebih dahulu, Ibu
Indah begitu berbahagia melihat Indah pulang bersama Putra dan menjenguknya,
Indah pun masuk ke kamar sebentar untuk berganti pakaian, sementara Putra duduk
manis sambil berbincang bersama ayahnya Indah, tak sengaja Indah mendengar pembicaraan mereka
ayah Indah berkata kepada Putra agar Putra mendekati Indah kembali dan harus
bisa mendapatkan hati Indah, ayahnya juga berkata Ibu Indah sakit karena
terlalu banyak beban pikiran dan salah satunya adalah Indah yang sampai saat
ini belum menemukan lelaki yang bebar-benar mencitainya dan Ibu Indah yakin
bahwa Putra lah yang bisa membahagiakan anaknya serta menyayangi anaknya dengan
tulus. Indah hanya terdiam mendengar itu semua, Perasaan Putra begitu bercampur
baur, ia merasa senang bila harus mendekati Indah tapi di sisi lain ia merasa
malu untuk mendekati Indah, ia takut menjadi beban untuk Indah dan mengira
bahwa dirinya memanfaatkan simpati orang tua Indah agar bisa mendapatkan Indah
kembali.
Keesokan
harinya ayam berkokok dengan merdunya, dan saat itu pula Putra berpikir bahwa
ia harus mnenyampaikan sesuatu kepada Indah, Putra mengajak Indah untuk bertemu
di suatu tempat hingga mereka pun bertemu. Indah sudah mengira bahwa Putra akan
membicarakan tentang hal yang dibicarakan oleh ayahnya Indah kepada Putra, tapi
Indah bersikap seolah- olah ia tidak mengetahui apa-apa. Pada saat itu
pembicaraan yang begitu serius terjadi antara Indah dan Putra.
“Hal apa yang ingin kamu bicarakan terhadapku?”
“semalam ayahmu berkata kepadaku, bahwa aku harus
mendekatimu dan ia menginginkan agar kita bisa bersatu kembali, aku tak au apa
yang harus aku lakukan”
“Memangnya benar ayahku berkata seperti itu?”
“Iya benar, sekarang kamu mau bagaimana?”
“Aku takut kamu keberatan dengan semua ini karena sungguh
aku telah bersalah di masa lalu terhadapmu”
“Jangan berkata seperti itu, aku tidak merasa keberatan
justru aku takut kamu yang keberatan”
“Aku tidak keberatan, justru berterima kasih kepadamu”
“berterima kasih untuk apa, jika memang kamu keberatan aku
rela kita hanya berpura-pura menjalani sebuah hubungan di hadapan Ibumu, semat-mata
agar Ibumu tidak sait-sakitan terus dan tanpa sepengetahuan Ibumu kamu bisa
memilih pria yang kamu suka, aku tidak ingin sesuatu terjadi kepada Ibumu”
“Tapi aku tidak ingin berpura-pura, aku ingin
bersungguh-sungguh mencintaimu dan menjalani hubungan denganmu”
“Benarkah seperti itu?”.
Putra terkejut dengan pernyataan Indah dan seolah-olah ia
tak percaya bahwa Indah bersedia untuk menjalani hubungan dengannya
“Iya, aku tidak berbohong”.
Mereka
pun saling mengutarakan perasaan, dan akhirnya mereka bersatui kembali. Tak ada
lagi cara yang bisa Indah lakukan untuk membahagiakan orangtuanya, selain ia
bisa bersama kembali dengan Putra, “mungkin ini adalah jawaban atas do’aku
selama ini” Indah bergumam dalam hati.
Indah tak
merasa begitu keberatan karena sejak pertemuannya dengan Putra ia mulai
merasakan suatu hal yang berbeda seperti getaran-getaran cinta. Mereka pulang
kembali ke Rumah, Ibu Indah begitu gembira mendengar bahwa Indah telah bersama
kembali dengan Putra, Indah bersama Ibunya menangis bahagia. Sungguh Indah tak
pernah menyangka sebelumnya,ia yang dulu tak pernah mencintai Putra dan tak
menuruti orang tuanya sekarang keadaan telah berbeda Indah telah mencintai
Putra dan bersatu kembali dengan Putra dengan bahagia. Begitulah hati nurani
seorang Ibu, ia selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, dan dengan hati
nuraninya seorang Ibu bisa melihat kesungguhan dan ketulusan cinta yang
dihadirkan untuk anaknya, Sungguh cinta itu penuh misteri yang tak pernah tahu kapan
datang dan perginya, tak pernah tau siapa orang yang akan kita cintai di masa
mendatang. Allah begitu mudah untuk membalikkan hati manusia, tidak ada yang
mustahil bila Allah telah berkehendak. Bersyukurlah atas semua penderitaan,
bersyukurlah atas semua air mata yang membuat kita berduka karena dibalik semua
itu ada sebuah rencana pembahagiaan.
No comments:
Post a Comment