Monday, October 27, 2014

Cerpen Kisah Cinta


CINTA PENUH MISTERI
Di pagi hari sinar mentari pancarkan sinarnya menerobos dedaunan dan pepohonan. Semua orang sibuk beraktivitas, mereka bergegas menuju sawah dan ladang, anak- anak sudah bersiap pergi ke sekolah. Di beberapa ruas jalan tampak beberapa orang berpapasan, mereka berbincang sebentar. Sementara itu Indah seorang gadis remaja ia begitu tak sanggup untuk beraktivitas, kedua matanya tak seperti biasa karena semalaman ia menangis. Air mata yang keluar dari sepasang bola matanya itu adalah air mata kehilangan sosok yang berarti dalam hidupnya. Ia tak menyangka bahwasannya kekasih yang sangat ia cintai sampai hati menghianati cintanya. Hari-hari ia lalui dengan kehampaan, pikirpun serasa melayang. Ia tak begitu peduli dengan keadaan sekitarnya, ia hanya peduli akan kesembuhan untuk hatinya. Terlebih lagi setiap hari ia melihat pujaan hatinya jalan berdua dengan wanita lain. Pedih amat pedih, sakit sungguh sakit yang ia rasakan sekarang karena sekian lama menjalin cinta harus berakhir sia- sia.
Suatu ketika seorang pemuda yang dikenal dengan sederhana, yang belum pernah menebarkan pesona kepada wanita- wanita di sekelilingnya. Tapi entah kenapa, sosok pemuda tersebut begitu tertarik untuk mendekati Indah, terbersit dalam benaknya bahwa ia ingin sekali dapat mengobati luka hati yang dialami Indah yang dikenal sebagai gadis cantik dan anggun. Pemuda itu bernama Putra, ia mencoba mendekati Indah dengan perlahan dan berhasil mereka pun menjalani sebuah ikatan. Tapi bagaimana dengan perasaan Indah? Apakah benar dia mencintai Putra? Tenyata tidak, dia tidak merncintai Putra. Dia hanya ingin melupakan sosok laki- laki yang menyakitinya. Pada awalnya Putra tidak mengetahui hal itu tetapi seiring berjalannya waktu Putra merasakan sesuatu yang ganjil, dia melihat sikap Indah yang aneh. Hati Putra bertanya- tanya “ apakah benar dia mencintaiku? Tapi mengapa sikapnya begitu aneh padakau?.” Hati Putra mulai dilanda keresahan. Semuanya ia jalani dengan penuh keraguan, begitu juga dengan Indah dia begitu merasa bersalah, selintas terpikir dalam benaknya “ mengapa aku harus melibatkan orang lain dalam kehidupanku yang sedang kacau balau, padahal dia tidak bersalah apa-apa.” Sesungguhnya ia tak ingin semua ini terjadi, tapi mengapa semua telah terjadi.
Waktu terus merambat, hari berganti minggu, dan minggu berbilang bulan. Mereka bertemu untuk kesekian kalinya, mereka jarang sekali bertemu karena terpisahkan oleh jarak antara Garut-Jakarta, pada pertemuan itu Putra begitu bergembira ia hendak mengajukan pertanyaan- pertanyaan terhadap Indah, tapi Indah menjawab dengan ala kadarnya, Indah pun tak banyak berkata- kata. Putra membaca bahwa ada ketidaknyamanan dalam hati Indah. Putra semakin yakin bahwa Indah memang tidak mencintai dirinya. Sampai pada akhirnya, Putra mengutarakan keresahan yang ada dalam hatinya, ia tak ingin memaksakan perasaan Indah dan juga membebani Indah dengan kehadirannya, meskipun Putra sangat mencintai Indah. Pada suatu malam dengan rintikan hujan Putra mengirim pesan kepada Indah.
“Kamu lagi ngapain dah?”
“Lagi nonton ajah”.
Indah menjawab dengan singkat.
“Bolehkah aku bertanya kepadamu?”
“Silahkan saja, aku tidak keberatan”
“Apakah benar kamu mencintaiku?”
“Mengapa kamu bertanya seperti itu?”
“aku hanya tidak ingin membebanimu dengan kehadiranku, sungguh aku ingin kamu berterus terang padaku”
“Benarkah aku harus jujur padamu?”
“Iya, lebih baik kamu jujur daripada membohongi hatimu sendiri”
“Sejujurnya aku masih belum bisa melupakan masa laluku, entah kenapa aku telah berusaha melupakannya tetapi tetap saja tidak bisa, maafkan aku”
“Tenang saja aku tidak apa-apa, maafkan aku yang telah lancang memasuki kehidupanmu”
“Aku yang bersalah, kamu sungguh tidak bersalah”. Tak terasa air matapun melintasi pipinya, ia merasa bingung. Tak tahu apa yang harus ia lakukan.
“Sekarang kamu inginnya bagaimana?”
“Aku tak tahu semua terserah padamu sajah, karena kamu telah mengetahui perasaanku sebenaranya”
“Sungguh jika kamu mengizinkan, aku akan tetap menemani hari-harimu. Tapi jika kehadiranku membebanimu, maka pergilah dan carilah kebahagiaanmu di luar sana, karena yang menentukan kebahagiaanmu adalah dirimu sendiri”
“Aku tak ingin lebih jauh melibatkanmu dalam kehidupanku, aku tak ingin menyakitimu lebih dari ini”
“Baik kalo begitu,  aku akan pergi dari kehidupanmu. Tapi kamu harus berjanji untuk membuka hatimu untuk yang lain dan carilah orang yang benar- benar menyayangimu”
“Sungguh kamu lelaki yang baik, kamu pantas mendapatkan wanita yang baik pula, bukan seperti aku yang selalu menyakitimu”
“Jangan berkata seperti itu, aku iklas dengan semua ini, mungkin ini adalah jalan terbaik untuk kita berdua. Sampaikan permintaan maafku pada kedua orangtuamu”
            Mereka sepakat untuk tidak melanjutkan hubungan mereka, Putra adalah lelaki yang baik bahkan ia rela melepaskan wanita yang sangat ia cintai demi kebahagiaan wanita itu. Indah merasa sedikit lega karena ia telah berkata jujur kepada Putra, bukan Indah yang merasa sedih dan kehilangan Putra, tetapi Ibunya Indah yang begitu sedih, ia tak menginginkan perpisahan itu terjadi Ibunya sering kali menangis di hadapan Indah dan berkata “Mengapa kamu tega memutuskan hubunganmu dengan Putra, padahal ia adalah  anak yang baik dan ia benar- benar menyayangimu”
Indah tak berkata-kata, hanya senyuman yang ia tampakkan dengan mata yang berkaca-kaca. Indah juga merasa heran dari sekian lelaki yang pernah dicintainya hanya Putra yang bisa mengambil hati Ibunya..
            Sesekali Putra menyatakan perasaannya kembali kepada Indah, tetapi Indah menolak dengan lembut dan menyatakan bahwa ia hanya ingin sendiri, ingin menenangkan hati meskipun pada saat itu Ibunya terus mendesak agar Indah mau menerima Putra kembali. Indah tetap yakin dengan pendiriannya bahwa ia yakin suatu hari nanti ia akan menemukan sosok lelaki idaman yang benar- benar mencintainya. Putra begitu terpukul dengan semua ini, hari-hari ia lalui tanpa kekasih yang sangat dicintainya. Dadanya serasa sesak mendesak, hatinya dibalut duka.
            Beberapa bulan kemudian, Indah bertemu dengan seorang lelaki yang bernama Radit. Radit adalah seorang lelaki yang tajir dan sikapnya yang lucu membuat hati Indah merasa terhibur, sehingga keduanya pun saling mencintai dan menjalani sebuah hubungan. Indah sedikit lupa dengan masa lalunya.
            Putra tidak berani menghubungi Indah lagi, ia hanya melihat foto dan mengetahui keadaan Indah dari jejaring sosial facebook, Putra berpikir bahwa ia harus mampu melupakan Indah dan segera menemukan penggantinya. Ia bertemu dengan seorang gadis yang bernama Hana, Hana sedikit menghiburnya meskipun ia tak bisa membohongi dirinya bahwa Ia masih mencintai Indah. Kini Indah dan Putra telah memiliki kekasih, kecil kemungkinan untuk mereka bersatu kembali.
            Tapi bukan kebahagiaan yang Indah dapatkan, setiap hari yang dilalui Indah, setiap dentingan jam yang ia lewati beriring dengan air mata karena Orang tua Indah tidak menyetujui hubungan Indah dengan Radit. Orangtuanya tetap menginginkan Indah bersama kembali dengan Putra, semuanya begitu menekan mendesak bagi Indah. Indah memang mencintai Radit tetapi orang tua Indah tidak menyukai Radit, karena Radit berasal dari keluarga berada, berasal dari kota, cara kehidupannya pun berbeda. Radit begitu mengenal dunia luar bahkan ia sudah berkecimpung dengan balapan liar, itulah yang dikhawatirkan Ibunya Indah. Seringkali Ibunya Indah memasang muka yang begitu murka di hadapan Indah sambil berkata “Putuskan saja kekasihmu itu, ia tak pantas untukmu”. Hati Indah dilanda pilu, terlebih lagi sikap Radit yang begitu mengherankan, sikapnya begitu sulit untuk ditebak. Ia sering bersikap acuh tak acuh, bahkan terkadang ia tak memberi kabar satu minggu lamanya bahkan lebih dari satu minggu sehingga pertengkaran di ponsel pun sering terjadi.
“lagi apa say? Hehe”
“lagi menunggu kabarmu, kamu dari mana saja?”
“Maafkan aku, aku begitu sibuk dengan pekerjaanku sehingga aku tak sempat mengabarimu”
“Apa? Memangnya begitu sibuk ya? kamu tidak pernah mengerti dengan perasaanku, apakah kamu tidak pernah berpikir tentang hal itu?”
“Tentu saja aku berpikir, tapi pekerjaan begitu melilitku sehingga aku tak bisa brbuat apa-apa”
“Alasan saja, jika memang kehadiranku begitu mengganggumu silahkan saja kamu urus pekerjaanmu dan jangan pernah pedulikan aku lagi”
Wajah Indah tampak memerah, ia merasa kesal karena bukan pertama kali Radit menghilang tanpa kabar. Indah merasa keadaannya tak begitu dihargai dan begitu dipermainkan. Berulang kali Radit berjanji untuk tidak mengulanginya tapi janjinya tak pernah ia tepati.
Radit menjawab dengan serius “ko kamu berbicara seperti itu, padahal aku sangat menyayangimu”
“kamu tak perlu berkata-kata, aku hanya perlu pembuktian, camkan itu!”
            Radit begitu terkejut dengan pernyataan Indah, sekarang dia pasrah dengan segala keputusan Indah, jika memang berpisah adalah jalan terbaik maka ia terima dengan lapang dada. Keadaan begitu menyudutkan Indah yaitu dengan orang tua yang tak merestui hubungannya serta Radit yang tak pernah mengerti dengan perasaannya. Akhirnya Indah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Radit, ia berharap bahwa akan ada orang yang lebih baik lagi serta dapat restu dari orangtuanya. Setelah itu ia begitu kesepian tak ada yang menghiburnya lagi. Ia sempat dekat dengan beberapa lelaki tetapi hatinya belum bisa tersentuh, ada  seorang lelaki yang ia suka pun orangtuanya tak menyetujuinya, dia hanya bertawakal dan tetap berusaha agar bisa mendapatkan calon seorang imam yang baik menurut Allah. Orangtuanya tetap menginginkan agar Indah bersama kembali dengan Putra, tapi Indah bersih keras menolaknya karena tidak mau menyakiti Putra lagi yang memang tak dicintainya. Terdengar kabar, bahwa Putra sudah tidak berhubungan lagi dengan Hana karena Hana dengan tega menghianati Putra. Putra tak begitu sedih ia menerima dengan ikhlas karena ia tak mempunyai perasaan yang begitu dalam kepada Hana. Indah dan Putra tak memiliki kekasih lagi, tetapi tetap saja mereka tak pernah berkomunikasi lagi ataupun saling menanyakan kabar sekalipun. Mereka saling mencari pengganti tak pernah ada hasrat bagi Indah untuk kembali kepada Putra, tapi Putra yakin jika memang Indah adalah jodohnya maka ia akan dipertemukan dan dipersatukan kembali.
            Yang membuat hati Indah sedih bukanlah karena kesendiriannya ataupun perpisahannya dengan Radit, tapi Ibunya yang sering kali menangis di hadapannya ia selalu berkata “Kalau kamu memang menyayangi ibu, kamu harus menuruti apa kata Ibu, sungguh Ibu menyayangimu dan Ibu ingin kamu dapatkan yang terbaik dalam hidupmu”. Indah tak begitu mengerti dengan perkataan Ibunya dan maksud pembicaraannya itu, karena terlalu banyak beban yang dipikirkan oleh Ibunya, ibunya jatuh sakit hingga berbulan- bulan. Indah begitu sedih, tetapi semakin lama ibunya sering membahas tentang Putra di hadapan Indah, padahal Indah sudah tidak mengingatnya lagi, ia sudah melupakan Putra sejak satu tahun yang lalu. Terkadang Indah merasa kesal jika Ibunya terus saja membahas Putra terus menerus, sungguh Ibunya tidak bisa mengerti dengan apa yang Indah rasakan, tapi Indah tak berani memasang muka kesal di hadapan Ibunya, ia takut sakit ibunya lebih parah.
Sampai pada suatu hari sepupu Indah datang dari kota karena ingin merayakan Idul Fitri bersama keluarga besarnya di rumah Indah, mereka bertemu dengan riang saling berbagi cerita satu sama lain, Indah dan keponakannya terlihat akrab karena memang usia mereka tak jauh berbeda. Keponakannya pun mengajak Indah untuk berlibur ke pantai Pangandaran setelah hari raya Idul Fitri, Indah pun bersedia menerima ajakan keponakannya itu untuk berlibur ke pantai. Hingga pada waktunya ia pergi bersama keponkannya itu, tapi Indah begitu terkejut ketika melihat bahwa yang datang menjemputya adalah Putra, ia begitu malu dan tak menyangka bahwa Putra akan ikut ke Pantai, itu semua adalah rencananya Ibu Indah bersama keponakannya agar Indah dan Putra bisa bertemu kembali, Indahpun pergi dengan hati yang tak karuan ia tak tahu apa yang harus ia lakukan , ia tak tau harus berkata apa kepada Putra yang pasti dia tak ingin menunjukkan rasa malu ataupun canggung di hadapan Putra, ia bersikap sewajarnya tapi di perjalanan yang jauh Indah dan Putra begitu banyak berbincang- bincang mereka tidak seperti dulu lagi apabila bertemu tak banyak berkata- kata, terbersit dalam pikiran Indah bahwa Putra tak nampak seperti dulu lagi dengan rambut yang kribo dan penampilan ala kadarnya, kini Putra merubah penampilannya  lebih rapih. Entah apa yang dirasakan Indah saat itu ia merasa senang dan lupa dengan pikiran yang selalu menggangunya selama ini, ketika di perjalanan itu pula Indah memandang Putra dari kejauhan sambil memanjatkan sebuah permohonan dalam hatinya “Ya Allah jika memang dia yang terbaik untukku, dan dia adalah jodohku maka beri aku rasa meski hanya sedikit saja”. Dengan mata yang berkaca- kaca.
            Setelah menghabiskan perjalanan panjang dengan sukaria Indah bersama keponakan dan Putra pulang ke rumah, Putra pun mampir ke rumah Indah terlebih dahulu, Ibu Indah begitu berbahagia melihat Indah pulang bersama Putra dan menjenguknya, Indah pun masuk ke kamar sebentar untuk berganti pakaian, sementara Putra duduk manis sambil berbincang bersama ayahnya Indah,  tak sengaja Indah mendengar pembicaraan mereka ayah Indah berkata kepada Putra agar Putra mendekati Indah kembali dan harus bisa mendapatkan hati Indah, ayahnya juga berkata Ibu Indah sakit karena terlalu banyak beban pikiran dan salah satunya adalah Indah yang sampai saat ini belum menemukan lelaki yang bebar-benar mencitainya dan Ibu Indah yakin bahwa Putra lah yang bisa membahagiakan anaknya serta menyayangi anaknya dengan tulus. Indah hanya terdiam mendengar itu semua, Perasaan Putra begitu bercampur baur, ia merasa senang bila harus mendekati Indah tapi di sisi lain ia merasa malu untuk mendekati Indah, ia takut menjadi beban untuk Indah dan mengira bahwa dirinya memanfaatkan simpati orang tua Indah agar bisa mendapatkan Indah kembali.
            Keesokan harinya ayam berkokok dengan merdunya, dan saat itu pula Putra berpikir bahwa ia harus mnenyampaikan sesuatu kepada Indah, Putra mengajak Indah untuk bertemu di suatu tempat hingga mereka pun bertemu. Indah sudah mengira bahwa Putra akan membicarakan tentang hal yang dibicarakan oleh ayahnya Indah kepada Putra, tapi Indah bersikap seolah- olah ia tidak mengetahui apa-apa. Pada saat itu pembicaraan yang begitu serius terjadi antara Indah dan Putra.
“Hal apa yang ingin kamu bicarakan terhadapku?”
“semalam ayahmu berkata kepadaku, bahwa aku harus mendekatimu dan ia menginginkan agar kita bisa bersatu kembali, aku tak au apa yang harus aku lakukan”
“Memangnya benar ayahku berkata seperti itu?”
“Iya benar, sekarang kamu mau bagaimana?”
“Aku takut kamu keberatan dengan semua ini karena sungguh aku telah bersalah di masa lalu terhadapmu”
“Jangan berkata seperti itu, aku tidak merasa keberatan justru aku takut kamu yang keberatan”
“Aku tidak keberatan, justru  berterima kasih kepadamu”
“berterima kasih untuk apa, jika memang kamu keberatan aku rela kita hanya berpura-pura menjalani sebuah hubungan di hadapan Ibumu, semat-mata agar Ibumu tidak sait-sakitan terus dan tanpa sepengetahuan Ibumu kamu bisa memilih pria yang kamu suka, aku tidak ingin sesuatu terjadi kepada Ibumu”
“Tapi aku tidak ingin berpura-pura, aku ingin bersungguh-sungguh mencintaimu dan menjalani hubungan denganmu”
“Benarkah seperti itu?”.
Putra terkejut dengan pernyataan Indah dan seolah-olah ia tak percaya bahwa Indah bersedia untuk menjalani hubungan dengannya
“Iya, aku tidak berbohong”.
            Mereka pun saling mengutarakan perasaan, dan akhirnya mereka bersatui kembali. Tak ada lagi cara yang bisa Indah lakukan untuk membahagiakan orangtuanya, selain ia bisa bersama kembali dengan Putra, “mungkin ini adalah jawaban atas do’aku selama ini” Indah bergumam dalam hati.
            Indah tak merasa begitu keberatan karena sejak pertemuannya dengan Putra ia mulai merasakan suatu hal yang berbeda seperti getaran-getaran cinta. Mereka pulang kembali ke Rumah, Ibu Indah begitu gembira mendengar bahwa Indah telah bersama kembali dengan Putra, Indah bersama Ibunya menangis bahagia. Sungguh Indah tak pernah menyangka sebelumnya,ia yang dulu tak pernah mencintai Putra dan tak menuruti orang tuanya sekarang keadaan telah berbeda Indah telah mencintai Putra dan bersatu kembali dengan Putra dengan bahagia. Begitulah hati nurani seorang Ibu, ia selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, dan dengan hati nuraninya seorang Ibu bisa melihat kesungguhan dan ketulusan cinta yang dihadirkan untuk anaknya, Sungguh cinta itu penuh misteri yang tak pernah tahu kapan datang dan perginya, tak pernah tau siapa orang yang akan kita cintai di masa mendatang. Allah begitu mudah untuk membalikkan hati manusia, tidak ada yang mustahil bila Allah telah berkehendak. Bersyukurlah atas semua penderitaan, bersyukurlah atas semua air mata yang membuat kita berduka karena dibalik semua itu ada sebuah rencana pembahagiaan.

No comments:

Post a Comment