OLEH:
HERA
HERLIANA
12211007
PENDAHULUAN
Kita mengkomunikasikan
begitu banyak informasi secara nonverbal dalam percakapan-percakapan.
Terutama ini berlaku bagi fungsi-fungsi
bahasa interaktif di mana kontak sosial penting, di mana bukan apa yang
dikatakan dan apa yang diperhitungkan tetapi bagaimana mengatakan apa yang
disampaikan menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, gerak tubuh,kontak mata, jarak fisik dan pesan-pesan
nonverbal lainnya. Bagaimanapun
komunikasi nonverbal subtil dan spontan dalam diri penutur sehingga bahasa
verbal jika diperbandingkan, tampak sangat mekanis dan sitematis . bahasa
menjadi amat manusiawi berkat dimensi nonverbalnya atau apa yang oleh Edward Hall (1959) disebut
“bahasa diam”. Ekspresi budaya begitu terikat dengan komunikasi nonverbal
hingga rintangan bagi pembelajaran buadaya lebih bersifat nonverbal ketimbang
verbal. Setidaknya komunikasi nonverbal lebih menghemat
waktu.. Untuk mejelaskan ini diperlukan
lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran secara verbal.
Budaya asal seseorang sangat menentukan bagaimana orang
tersebut berkomunikasi secara nonverbal. Perbedaan ini dapat meliputi perbedaan
budaya Barat-Timur, budaya konteks tinggi dan konteks rendah, bahasa, dsb. Contohnya, orang dari budaya Oriental cenderung menghindari kontak mata langsung, sedangkan
orang Timur
Tengah, India dan Amerika Serikat biasanya menganggap kontak mata penting untuk
menunjukkan keterpercayaan, dan orang yang menghindari kontak mata dianggap
tidak dapat dipercaya. Utamanya bagi
seorang calon pendidik komunikasi nonverbal diperlukan dalam kegiatan belajar
mengajar. Komunikasi non verbal yang paling umum adalah
penggunaan pakaian (penggunaan objek). Penampilan seseorang dalam bentuk
pakaian terkadang menjadi sorotan perdana, walaupun hal ini cenderung
stereotype. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang selalu menyukai orang lain yang
cara berpakaiannya menarik. Menarik bukan berarti harus mewah dan mahal. Maka
sudah selayaknya seorang guru sebelum perform di depan kelas, memperhatikan
dandanannya terlebih dahulu. Sehingga penampilannya di depan kelas nyaman
dilihat. Sentuhan juga termasuk jenis komunikasi nonverbal. Sentuhan juga dapat
menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun
negatif. Ketika seorang siswa kelihatan ragu untuk melakukan sesuatu, maka
sentuhan guru berupa tepukan halus di pundaknya akan meyakinkan siswa bahwa ia
mampu melakukannya. Kebiasaan guru yang
memukul-mukul meja ketika menenangkan siswanya yang berantakan adalah salah
satu contoh komunikasi nonverbal yang patut dipertimbangkan untuk diteruskan.
Sebagai gantinya mungkin kita bisa menggantinya dengan bertepuk tangan dua atau
tiga kali untuk menarik perhatian siswa. Pemandangan ini akan kelihatan lebih
elegan daripada menggebrak-gebrak meja. Jika keriuhannya tidak begitu keras
bisa juga dengan meletakkan jari telunjuk di bibir.
Dari itu penulis mengambil judul Komunikasi Nonverbal dalam Pembelajaran
Bahasa yang bertujuan untuk memahami modalitas yang terdapat dalam
komunikasi nonverbal, fungsi serta alasan komunikasi nonverbal disebut sebagai
komunikasi yang signifikan.
KOMUNIKASI
NONVERBAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak
isyarat, bahasa
tubuh, ekspresi
wajah dan kontak
mata, penggunaan objek
seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi,
dan gaya berbicara. Penggunaan ekspresi wajah merupakan salah satu komunikasi
nonverbal.
Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya
menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak
menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa
isyarat dan tulisan tidak
dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan
intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Kita telaah
masing-masing modalitas itu.
Kinesik
Setiap
budaya dan bahasa menggunakan bahasa tubuh, atau kinesik, dalam cara-cara unik
tetapi bisa ditafsirkan dengan jelas. “Ada bicara dalam bisu mereka, bahasa
dalam gereak tubuh mereka, “tulis shakespeare dalam The Winter’s Tale. Tetapi seumum apapun komunikasi kinesik, ada
variasi yang sangat besar secara semua manusia menggerakan kepala, mengedipkan
mata, menggerakan lengan dan tangan mereka, tetapi signifikansi gerakan-gerakan
tersebut bervariasi antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Perhatikan kategori-kategori berikut ini dan bagaimana anda mengekspresikannya
dalam budaya Amerika.
1. Persetujuan
“ya”
2. “Tidak!”
3. “Sini”
4. Tidak
berminat, “Entahlah”
5. Isyarat
rayuan, isyarat seksual
6. Penghinaan,
gerak tubuh mesum
Ada
isyarat gerak tubuh yang disepakati untuk menyampaikan kategori-kategori
semantik iu. Apakah isyarat-isyarat itu sama dalam bahasa dan budaya lain !
kadag-kadang tidak. Dan kadang-kadang sebuah gerak tubuh yang pantas dalam satu
budaya dianggap cabul atau atau menghina budaya lain. Menganggukan kepala
misalnya, berarti “ya” bagi sebagian besar penutur bahasa Eropa. Tetapi bagi
orang Ainu di Jepang, “ya” dianggukan dengan menaruh tangan di depan dada dan
melamabaiknnya. Orang-orang Negrito pigmi di pedalaman Malaya menunjukkan “ya”
dengan memajukan kepala kuat-kuat , dan orang Punjab di India mendogakkan
kepala kuat-kuat .Orang Sri Lanka
menggerakkan dengan luwes dagu mereka melengkung ke bawah ke bahu kiri,
sedangkan orang Bengali menggoyang-goyangkan kepala dengan cepat dari bahu ke
bahu.
Kontak Mata
Berbagai budaya sangat berbeda-beda
dalam modalitas visual komunikasi nonverbal ini. Dalam budaya Amerika
diperbolehkan, misalnya, bagi dua orang partisipan berstatus sederajat untuk
mempertahankan kontak mata yang lama. Bahkan, orang Amerika akan menafsirkan
tidak adanya kontak mata sebagai tidak adanya perhatian yang tidak sopan,
sedangkan dalam budaya Jepang kontak mata bisa dianggap kasar. Interferensi
antarbudaya dalam kategori noverbal ini bisa mengakibatkan kesalahpahaman.
Bukan hanya kontak mata itu sendiri
yang merupakan sebuah kategori penting tetapi gerak mata dalam beberapa hal
merupakan kunci komunikasi. Mata bisa mengisyaratkan minat, kebosanan, empati,
permusuhan, ketertarikan, pemahaman, kesalahpahaman, pesan-pesaan lain.
Proksemik
Kedekatan fisik, atau proksemik juga
merupakan sebuah kategori komunikatif yang penting. Berbagai kebudayaan memiliki
gaya yang berbeda mengenai jarak yang bisa diterima untuk percakapan. Edward
Hall (1966) memperhitungkan jarak yang bisa diterima bagi wacana publik, sosial-konsultatif,
personal, dan akrab. Dia mengatakan misalnya bahwa orang-orang Amerika merasa
bahwa sebuah “gelembung” ruang personal tertentu sudah dilanggar ketika seorang
asing berdiri lebih dekat dari 20 hingga 24 inci kecuali ruangannya terbatas,
seperti di metro atau lift. Namun, seorang anggota budaya Amerika Latin akan
merasa bahwa jarak fisik semacam itu yang salah ketika jarak tidak benar.
Mereka hanya dihinggapi perasaan samar-samar ketidaknyamanan atu kecemasan.
Kadang-kadang benda-meja, gerai,
furnitur lain-berfungsi menjaga jarak fisik tertentu. Benda-benda semacam itu
cenderung membangun gaya umum dan hubungan partisipan. Maka, sebuah gerai
antara dua orang menjaga hubungan partisipan. Maka, sebuah gerai antara dua
orang menjaga sebuah suasana konsultatif begitu pula keberadaan sebuah meja atau
layar monitor akan menentukan corak percakapan.
Artefak
Pesan-pesan nonverbal artefak seperti
pakaian dan perhiasan juga merupakan aspek
penting komunikasi. Pakaian sering mengisyaratkan kesan harga diri, kelas
sosioekonomi, dan karakter umum seseorang. Perhiasan juga menyampaikan
pesan-pesan tertentu. Dalam sebuah kelompok percakapan multikultural,
artefak-artefak semacam itu, bersama isyarat-isyarat nonverbal lain, bisa
menjadi sebuah faktor signifikan dalam menyingkirkan rintangan,
mengidentifikasi karakteristik personalitas tertentu, dan menetapkan suasana
umum.
Kinestetik
Menyentuh, kadang-kadang disebut
sebagai kinestetik adalah aspek lain yang bermuatan budaya komunikasi
nonverbal. Bagaimana kita menyentuh orang lain dan di mana menyentuh mereka
kadang;kadang merupakan aspek komunikasi nonverbal yang paling banyak
disalahpahami.
Dimensi olfaktori
Hidung kita juga menerima
pesan-pesan nonverbal indrawi. Modalitas olfaktori tentu saja penting bagi
dunia satwa, tetapi bagi manusiapun budaya-budaya berbeda membangun
dimensi-dimensi berbeda dengan komunikasi olfaktori. Abad kedua puluh
menciptakan, dalam kebanyakan masyarakat maju, kecendrungan pada parfum losion,
krim, dan bedak sebagai bisa diterima dan bahkan perlu; bau alami manusia,
terutama keringat, dianggap tidak dikehendaki. Dalam beberapa masyarakat
tertentu, tentu saja, bau keringat manusia sangat bisa diterima dan malah memikat.
Para pembelajar bahasa kedua dan khususnya budaya kedua perlu mengerti adat
istiadat yang bisa diterima budaya-budaya lain dalam modalitas olfaktori (Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa).
Fungsi pesan
nonverbal.
Mark L. Knapp
(dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan
dengan pesan verbal:
- Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
- Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
- Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”
- Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
- Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.
Sementara itu, Dale G. Leathers
(1976) dalam Nonverbal Communication Systems, menyebutkan enam alasan
mengapa pesan nonverbal sangat signifikan. Yaitu:
a.
Factor-faktor
nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita
mengobrol atau berkomunikasi tatamuka, kita banyak menyampaikan gagasan dan
pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih
banya ’membaca’ pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.
b.
Perasaan dan
emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal.
c.
Pesan nonverbal
menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan
kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
d.
Pesan nonverbal
mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai
komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan
informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita
paparkan pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi,
komplemen, dan aksentuasi.
e.
Pesan nonverbal
merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal.
Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu
terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi.
f.
Pesan nonverbal
merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang
menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung.
Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit
(tersirat).
PENUTUP
Komunikasi nonverbal adalah
komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya
digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap
dan tertulis. komunikasi
nonverbal memiliki peranan penting dalam pembelajaran bahasa. Bahkan terkadang
komunikasi nonverbal dianggap lebih efisien daripada komunikasi verbal.
Setidaknya komunikasi nonverbal lebih menghemat waktu. Dalam komunikasi
nonverbal, seorang guru semestinya memperhatikan gerakan tubuh meliputi kontak
mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh
Apabila seorang pendidik dapat mengawinkan komunikasi verbal dengan komunikasi nonverbal dengan baik, maka akan tercipta suasana komunikasi yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran. Namun di samping itu kita tidak bisa meremehkan komunikasi verbal karena secara teoritis komunikasi nonverbal bisa dipisahkan namun pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal saling menjalin dan saling melengkapi satu sama lain.
Apabila seorang pendidik dapat mengawinkan komunikasi verbal dengan komunikasi nonverbal dengan baik, maka akan tercipta suasana komunikasi yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran. Namun di samping itu kita tidak bisa meremehkan komunikasi verbal karena secara teoritis komunikasi nonverbal bisa dipisahkan namun pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal saling menjalin dan saling melengkapi satu sama lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Brown,
Douglas H. 2007. prinsip pembelajaran dan
pengajaran bahasa. Jakarta : Peason Education, Inc.
Iskandarwassid
dan Dadang Suhendar. 2008. Strategi
Pembelajaran Bahasa. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI dan PT. Remaja
Rosdakarya.
Prakosa
Adi. 2008. Komunikasi verbal dan nonverbal. [online]: http://adiprakosa.blogspot.com/2008/10/komunikasi-verbal-dan-non-verbal.html.
5 oktober 2014.
Hudayana,
Ridho. 2011. Komunikasi nonverbal dalam pembelajaran bahasa. [online]:http://makalahpsikologi.blogspot.com/2011/03/komunikasinonverbal.html.
5 oktober 2014.
Rahayu,
Sri. 2010. Komunikasi nonverbal dalam proses pembelajaran. [online] http://pelawiselatan.blogspot.com/2010/08/komunikasinonverbaldalamproses.html.
. 5 oktober 2014.
No comments:
Post a Comment