Saturday, November 15, 2014

KOMUNIKASI NONVERNAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA


OLEH:
HERA HERLIANA
12211007
PENDAHULUAN
Kita mengkomunikasikan begitu banyak informasi secara nonverbal dalam percakapan-percakapan. Terutama  ini berlaku bagi fungsi-fungsi bahasa interaktif di mana kontak sosial penting, di mana bukan apa yang dikatakan dan apa yang diperhitungkan tetapi bagaimana mengatakan apa yang disampaikan  menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, gerak tubuh,kontak mata, jarak fisik dan pesan-pesan nonverbal lainnya. Bagaimanapun komunikasi nonverbal subtil dan spontan dalam diri penutur sehingga bahasa verbal jika diperbandingkan, tampak sangat mekanis dan sitematis . bahasa menjadi amat manusiawi berkat dimensi nonverbalnya  atau apa yang oleh Edward Hall (1959) disebut “bahasa diam”. Ekspresi budaya begitu terikat dengan komunikasi nonverbal hingga rintangan bagi pembelajaran buadaya lebih bersifat nonverbal ketimbang verbal. Setidaknya komunikasi nonverbal lebih menghemat waktu.. Untuk mejelaskan  ini diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran  secara verbal.
Budaya asal seseorang sangat menentukan bagaimana orang tersebut berkomunikasi secara nonverbal. Perbedaan ini dapat meliputi perbedaan budaya Barat-Timur, budaya konteks tinggi dan konteks rendah, bahasa, dsb. Contohnya, orang dari budaya Oriental cenderung menghindari kontak mata langsung, sedangkan orang Timur Tengah, India dan Amerika Serikat biasanya menganggap kontak mata penting untuk menunjukkan keterpercayaan, dan orang yang menghindari kontak mata dianggap tidak dapat dipercaya. Utamanya bagi seorang calon pendidik komunikasi nonverbal diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Komunikasi non verbal yang paling umum adalah penggunaan pakaian (penggunaan objek). Penampilan seseorang dalam bentuk pakaian terkadang menjadi sorotan perdana, walaupun hal ini cenderung stereotype. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang selalu menyukai orang lain yang cara berpakaiannya menarik. Menarik bukan berarti harus mewah dan mahal. Maka sudah selayaknya seorang guru sebelum perform di depan kelas, memperhatikan dandanannya terlebih dahulu. Sehingga penampilannya di depan kelas nyaman dilihat. Sentuhan juga termasuk jenis komunikasi nonverbal. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif. Ketika seorang siswa kelihatan ragu untuk melakukan sesuatu, maka sentuhan guru berupa tepukan halus di pundaknya akan meyakinkan siswa bahwa ia mampu melakukannya.  Kebiasaan guru yang memukul-mukul meja ketika menenangkan siswanya yang berantakan adalah salah satu contoh komunikasi nonverbal yang patut dipertimbangkan untuk diteruskan. Sebagai gantinya mungkin kita bisa menggantinya dengan bertepuk tangan dua atau tiga kali untuk menarik perhatian siswa. Pemandangan ini akan kelihatan lebih elegan daripada menggebrak-gebrak meja. Jika keriuhannya tidak begitu keras bisa juga dengan meletakkan jari telunjuk di bibir.
Dari itu penulis mengambil judul Komunikasi Nonverbal dalam Pembelajaran Bahasa yang bertujuan untuk memahami modalitas yang terdapat dalam komunikasi nonverbal, fungsi serta alasan komunikasi nonverbal disebut sebagai komunikasi yang signifikan.






KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara. Penggunaan ekspresi wajah merupakan salah satu komunikasi nonverbal.
Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Kita telaah masing-masing modalitas itu.
Kinesik
            Setiap budaya dan bahasa menggunakan bahasa tubuh, atau kinesik, dalam cara-cara unik tetapi bisa ditafsirkan dengan jelas. “Ada bicara dalam bisu mereka, bahasa dalam gereak tubuh mereka, “tulis shakespeare dalam The Winter’s Tale. Tetapi seumum apapun komunikasi kinesik, ada variasi yang sangat besar secara semua manusia menggerakan kepala, mengedipkan mata, menggerakan lengan dan tangan mereka, tetapi signifikansi gerakan-gerakan tersebut bervariasi antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Perhatikan kategori-kategori berikut ini dan bagaimana anda mengekspresikannya dalam budaya Amerika.
1.      Persetujuan “ya”
2.      “Tidak!”
3.      “Sini”
4.      Tidak berminat, “Entahlah”
5.      Isyarat rayuan, isyarat seksual
6.      Penghinaan, gerak tubuh mesum

Ada isyarat gerak tubuh yang disepakati untuk menyampaikan kategori-kategori semantik iu. Apakah isyarat-isyarat itu sama dalam bahasa dan budaya lain ! kadag-kadang tidak. Dan kadang-kadang sebuah gerak tubuh yang pantas dalam satu budaya dianggap cabul atau atau menghina budaya lain. Menganggukan kepala misalnya, berarti “ya” bagi sebagian besar penutur bahasa Eropa. Tetapi bagi orang Ainu di Jepang, “ya” dianggukan dengan menaruh tangan di depan dada dan melamabaiknnya. Orang-orang Negrito pigmi di pedalaman Malaya menunjukkan “ya” dengan memajukan kepala kuat-kuat , dan orang Punjab di India mendogakkan kepala kuat-kuat .Orang Sri Lanka  menggerakkan dengan luwes dagu mereka melengkung ke bawah ke bahu kiri, sedangkan orang Bengali menggoyang-goyangkan kepala dengan cepat dari bahu ke bahu.
Kontak Mata
            Berbagai budaya sangat berbeda-beda dalam modalitas visual komunikasi nonverbal ini. Dalam budaya Amerika diperbolehkan, misalnya, bagi dua orang partisipan berstatus sederajat untuk mempertahankan kontak mata yang lama. Bahkan, orang Amerika akan menafsirkan tidak adanya kontak mata sebagai tidak adanya perhatian yang tidak sopan, sedangkan dalam budaya Jepang kontak mata bisa dianggap kasar. Interferensi antarbudaya dalam kategori noverbal ini bisa mengakibatkan kesalahpahaman.
            Bukan hanya kontak mata itu sendiri yang merupakan sebuah kategori penting tetapi gerak mata dalam beberapa hal merupakan kunci komunikasi. Mata bisa mengisyaratkan minat, kebosanan, empati, permusuhan, ketertarikan, pemahaman, kesalahpahaman, pesan-pesaan lain.
Proksemik
            Kedekatan fisik, atau proksemik juga merupakan sebuah kategori komunikatif yang penting. Berbagai kebudayaan memiliki gaya yang berbeda mengenai jarak yang bisa diterima untuk percakapan. Edward Hall (1966) memperhitungkan jarak yang bisa diterima bagi wacana publik, sosial-konsultatif, personal, dan akrab. Dia mengatakan misalnya bahwa orang-orang Amerika merasa bahwa sebuah “gelembung” ruang personal tertentu sudah dilanggar ketika seorang asing berdiri lebih dekat dari 20 hingga 24 inci kecuali ruangannya terbatas, seperti di metro atau lift. Namun, seorang anggota budaya Amerika Latin akan merasa bahwa jarak fisik semacam itu yang salah ketika jarak tidak benar. Mereka hanya dihinggapi perasaan samar-samar ketidaknyamanan atu kecemasan.
            Kadang-kadang benda-meja, gerai, furnitur lain-berfungsi menjaga jarak fisik tertentu. Benda-benda semacam itu cenderung membangun gaya umum dan hubungan partisipan. Maka, sebuah gerai antara dua orang menjaga hubungan partisipan. Maka, sebuah gerai antara dua orang menjaga sebuah suasana konsultatif begitu pula keberadaan sebuah meja atau layar monitor akan menentukan corak percakapan.
Artefak
Pesan-pesan nonverbal artefak seperti pakaian dan perhiasan  juga merupakan aspek penting komunikasi. Pakaian sering mengisyaratkan kesan harga diri, kelas sosioekonomi, dan karakter umum seseorang. Perhiasan juga menyampaikan pesan-pesan tertentu. Dalam sebuah kelompok percakapan multikultural, artefak-artefak semacam itu, bersama isyarat-isyarat nonverbal lain, bisa menjadi sebuah faktor signifikan dalam menyingkirkan rintangan, mengidentifikasi karakteristik personalitas tertentu, dan menetapkan suasana umum.
Kinestetik
            Menyentuh, kadang-kadang disebut sebagai kinestetik adalah aspek lain yang bermuatan budaya komunikasi nonverbal. Bagaimana kita menyentuh orang lain dan di mana menyentuh mereka kadang;kadang merupakan aspek komunikasi nonverbal yang paling banyak disalahpahami.
Dimensi olfaktori
            Hidung kita juga menerima pesan-pesan nonverbal indrawi. Modalitas olfaktori tentu saja penting bagi dunia satwa, tetapi bagi manusiapun budaya-budaya berbeda membangun dimensi-dimensi berbeda dengan komunikasi olfaktori. Abad kedua puluh menciptakan, dalam kebanyakan masyarakat maju, kecendrungan pada parfum losion, krim, dan bedak sebagai bisa diterima dan bahkan perlu; bau alami manusia, terutama keringat, dianggap tidak dikehendaki. Dalam beberapa masyarakat tertentu, tentu saja, bau keringat manusia sangat bisa diterima dan malah memikat. Para pembelajar bahasa kedua dan khususnya budaya kedua perlu mengerti adat istiadat yang bisa diterima budaya-budaya lain dalam modalitas olfaktori (Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa).
Fungsi pesan nonverbal.
Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:
  1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
  2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
  3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”
  4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
  5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.
Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Nonverbal Communication Systems, menyebutkan enam alasan mengapa pesan nonverbal sangat signifikan. Yaitu:
a.       Factor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatamuka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banya ’membaca’ pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.
b.      Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal.
c.        Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
d.      Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita paparkan pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
e.       Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi.
f.       Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).
PENUTUP
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. komunikasi nonverbal memiliki peranan penting dalam pembelajaran bahasa. Bahkan terkadang komunikasi nonverbal dianggap lebih efisien daripada komunikasi verbal. Setidaknya komunikasi nonverbal lebih menghemat waktu. Dalam komunikasi nonverbal, seorang guru semestinya memperhatikan gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh
Apabila seorang pendidik dapat mengawinkan komunikasi verbal dengan komunikasi nonverbal dengan baik, maka akan tercipta suasana komunikasi yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran. Namun di samping itu kita tidak bisa meremehkan komunikasi verbal karena secara teoritis komunikasi nonverbal bisa dipisahkan namun pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal saling menjalin dan saling melengkapi satu sama lain.









DAFTAR PUSTAKA
Brown, Douglas H. 2007. prinsip pembelajaran dan pengajaran bahasa. Jakarta : Peason Education, Inc.
Iskandarwassid dan Dadang Suhendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI dan PT. Remaja Rosdakarya.
Prakosa Adi. 2008. Komunikasi verbal dan nonverbal. [online]: http://adiprakosa.blogspot.com/2008/10/komunikasi-verbal-dan-non-verbal.html. 5 oktober 2014.
Hudayana, Ridho. 2011. Komunikasi nonverbal dalam pembelajaran bahasa. [online]:http://makalahpsikologi.blogspot.com/2011/03/komunikasinonverbal.html. 5 oktober 2014.
Rahayu, Sri. 2010. Komunikasi nonverbal dalam  proses pembelajaran. [online] http://pelawiselatan.blogspot.com/2010/08/komunikasinonverbaldalamproses.html. . 5 oktober 2014.




No comments:

Post a Comment