NAMA : HERA HERLIANA
NIM : 12211007
KELAS : 3A
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
JIGSAW
A.
Pendahuluan
Metode
pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempunyai peranan yang sangat penting
dalam keberhasilan pendidikan. Penggunaan metode yang tepat akan menentukan
keefektifan dan keefisienan dalam proses pembelajaran. Guru harus senantiasa
mampu memilih dan menerapkan metode yang tepat sesuai dengan pokok bahasan yang
diajarkan. Terdapat beberapa metode yang telah lama digunakan oleh para guru
antara lain ; meode ceramah, metode Tanya jawab, dan metode resitasi.
Serentetan metode tersebut bisa dikatakan metode konvensional. Model
pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan oleh sebagian besar guru
yang tidak sesuai dengan tuntutan jaman, karena pembelajaran yang dilakukan
kurang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk aktif
mengkonstruksi pengetahuannya. Salah satu model pembelajaran yang dimungkinkan
mampu mengantisipasi kelemahan model pembelajaran konvensional adalah
dengan menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw.
model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah
model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa
dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran
kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif
dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai
dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan
positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Lain halnya dengan model pembelajaran lain, model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw ini dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, juga
efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Teknik ini menggabungkan
kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga
bisa diterapkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan mata pelajaran
lainnya.
B. Pembahasan
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Jigsaw
adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s,
(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi
yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun
social siswa sangat diperlukan. Model pembelajaran Jigsaw ini diladasi oleh
teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan bahwa
pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan
dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Teknik mengajar Jigsaw sebagai metode pembelajaran kooperatif bisa
digunakan dalam pengakaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara.
Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara
sehingga dapat digunakan mata pelajaran bahasa Indonesia. Teknik ini cocok untuk semua
kelas/ tingkatan.
Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif,
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung
jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan
kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa
anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar
belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari
anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik
tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota
kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.
B. Kelebihan dan
Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw
Bila
dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw
memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1.
Mempermudah
pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2.
Pemerataan
penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
3.
Metode pembelajaran
ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Beberapa hal
yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model ini di lapangan, menurut Roy Killen,
1996, adalah :
1. Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer
teaching’, pembelajran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena
perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa
lain.
2. Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi
menyampaikan materi pada teman.
3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah
dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali
tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
4. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran
ini bisa berjalan dengan baik.
5. Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa)
sangatlah sulit.
Diskusi dalam kelompok ini,
untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang muncul dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1.
Pengelompokan
dilakukan terlebih dahulu, mengurutkan kemampuan belajar siswa dalam kelas.
2.
Sebelum tim
ahli, misalnya ahli materi pertama kembali ke kelompok asal yang akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes
penguasaan materi yang menjadi tugass mereka
C.
Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dalam Memahami Unsur-Unsur Intrinsik
Cerpen.
1.
Siswa dibagi atas beberapa kelompok, masing-masing
kelompok beranggotakan 5-6 orang. Kelompok ini dinamakan Kelompok Induk.
Kelompok
A Kelompok B
Kelompok C Kelompok D
2.
Setiap anggota kelompok diberikan materi teks cerpen
yang berbeda. Dalam pembelajaran memahami unsur-unsur intrinsik cerpen, anggota
dalam tiap kelompok mempelajari unsur-unsur instrinsik meliputi tema, alur,
latar, penokohan, sudut pandang, dan amanat dalam cerpen yang telah disediakan.
3.
Setiap anggota kelompok membaca teks cerpen masing-masing yang sudah disediakan dan bertanggung jawab untuk mempelajari
unsur-unsur instrinsiknya.
4.
Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari teks
cerpen yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5.
Setiap kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya
bertugas mengajari teman-temannya.
6.
Tiap
kelompok memperesentasikan hasil diskusi di depan kelas tentang unsur-unsur intrinsik cerpen yang
sudah dipahaminya.
7.
Siswa dikenai tagihan berupa tes individual pada akhir pembelajaran tentang unsur-unsur intrinsik cerpen yang telah didiskusikan.
8. Guru
memberikan reword atau penghargaan kepada individu atau kelompok terbaik dalam
pembelajaran.
C.
Simpulan
Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempunyai
peranan yang sangat penting dalam keberhasilan pendidikan. Penggunaan metode
yang tepat akan menentukan keefektifan dan keefisienan dalam proses
pembelajaran. Model kooperatif jigsaw dapat mengembangkan
potensi dan prestasi yang menuntut siswa lebih aktif, mengembangkan
keterampilan sosial, memberikan banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa
lainnya, serta dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah
maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas belajarnya.
Dengan itu model pembelajaran kooperatif jigsaw bisa diterapkan dalam beberapa
mata pelajaran khususnya Bahasa Indonesia terutama dalam pembelajaran sastra
yang memerlukan pemikiran kritis dan pemahaman yang tinggi. Pembelajaran sastra
dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen akan lebih menarik, bervariasi dan
tidak akan membuat siswa merasa terbebani dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif jigsaw.