Thursday, October 30, 2014

analisis struktural novel dibawah kebesaranMU Hamba takluk karya Taufiqurrahman Al-aziz


BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Sebuah karya prosa fiksi sudah tentu terdapat unsur- unsur yang membangun, unsur- unsur tersebut berperan penting untuk menentukan karya yang berkualitas.  Karya dapat dinikmati oleh para penggemar sastra yang begitu beragam  sehingga tidak semua karya bisa dipahami dengan mudah. Oleh karena itu agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi para pembaca dan dapat memahami makna yang tersirat dalam sebuah novel, dilakukan sebuah pendekatan yang bersifat struktural dengan mengkaji unsur- unsur instrinsik di dalamnya. terlebih sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dituntut agar bisa memahami secara mendalam keterkaitan antar unsur- unsur tersebut serta makna yang terkandung secara keseluruhan.
Dalam rangka mempraktekkan pemahaman tentang pendekatan objektif struktural, dilakukan pengkajian unsur- unsur instrinsik sebuah novel “Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk” karya Taufiqurrahman Al-Azizy yang bersifat religius untuk memenuhi kriteria pencapaian nilai dengan memahami makna yang tersirat serta keterkaitan antar unsur satu dengan yang lainnya.
B.  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa tema novel Dibawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk ?
2.      Bagaimana alur dalam cerita novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk?
3.      Bagaimana penokohan dalam novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk?
4.      Bagaimana latar dalam novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk?
5.      Bagaimana sudut pandang dalam novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk?
6.      Bagaimaba bahasa yang digunakan dalam novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk?
7.      Seperti apakah pesan moral yang terkandung di dalam novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk?
C.   TUJUAN
a.       Kajian ini bertujuan memaparkan berbagai unsur intrinsik yang membangun Novel Di Bawah kebesaranmu Hamba Takluk.
b.      Menunjukkan fungsi dan keterkaitan antarberbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan makna secara keseluruhan. 
























BAB II
PEMBAHASAN

KAJIAN STRUKTURAL
Unsur-unsur instrinsik dalam novel Di Bawah Kebesaran-MU Hamba Takluk
A.      Tema
Tema yang terdapat dalam novel ini adalah kehidupan anak seorang penjahat, dan sebagainya yang begitu menderita , contoh dalam kutipan novel tersebut :
“kematian sang ibu yang baru saja terjadimalah mengingatkan kembali kepada ayahnya yang sangat buruk menurut semua orang di desa ini. Terngiang-ngiang jelas dibenaknya bagaimana orang-orang berkata-kata tentang ayahnya : Sambodo itu tak pantas hidup di desa ini. Sambodo itu penjahat, tukang tipu, tukang mabuk, pencuri, perampok, pemerkosa wanita. Semua itu dikatakan oleh orang-orang tentang ayahnya. Hatinya sakit, hatinya tak terima. Perih. Sangat perih”(hal 27).
Dari kutipan diatas menjelaskan penderitaan Arya yang selalu mendapatkan cacian dan hinaan dari orang- orang disekitarnya yang mengatakan bahwa ia adalah anak dari seorang penjahat yang semasa hidupnya sering membuat keresahan sehingga tak pernah ada yang memperdulikan dan mendekati Arya kecuali Pak Rustam. Mereka berpikir bahwa dengan membiarkan Arya seperti itu, itu adalah bagian pembalasan yang pantas Arya dapatkan atas perbuatan ayahnya semasa hidupnya. Begitulah penderitaan yang di alami oleh Arya atas perbuatan para warga yang memiliki hati dipenuhi dengan dendam.
Tema yang diangkat dalam novel tersebut termasuk tema tradisional yang mengangkat beerbagai masalah tradisional contohnya saja kebenaran dan keadilan mengalahkan kejahatan, tindak kejahatan walau ditutup- tupi akan terbongkar juga. Seperti dalam novel tersebut bahwa kebencian para warga terhadap Arya yang menimbulkan  berbagai tuduhan, padahal Arya sama sekali tidak bersalah. Seiring berjalannya waktu warga mengetahui bahwa semua itu adalah hasutan dari Suhemi agar para warga membenci Arya, Suhemilah yang bersalah seperti dalam kutipan novel “ Ya, kini semuanya menjadi je;las. Suhemilah biang dari semua ini. Suhemilah dalang dari semua ini”(hal 257).
B.       Pemplotan
Peristiwa, Konflik dan Klimaks
Peristiwa yang terdapat dalam novel tersebut adalah peristiwa fungsional yaitu peristiwa yang menentukan dan atau mempengaruhi perkembangan plot, seperti dalam novel tersebut disebutkan bahwa perbuatan ayahnya Arya ketika ia masih hidup yaitu berdampak dalam kehidupan Arya pada masa sekarang menjadikan rangkaian peristiwa dalam cerita tersebut terus berkembang. Konflik yang terdapat dalam novel adalah konflik eksternal yang berupa konflik sosial yaitu masalah yang timbul karena adanya hubungan sosial dengan sesama manusia seperti dalam novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk konflik yang terjadi yaitu ketika ibunya Arya meninggal setelah ayahnya yang meninggal pada beberapa tahun silam, tak ada yang memperdulikan Arya pada saat itu keculai Pak Rustam, begitu banyak cemoohan dari warga sekitar terhadap Arya karena ayahnya adalah seorang penjahat keji, terlebih lagi ada seorang warga yang begitu membenci Arya yaitu Suhemi, ia selalu menghasut warga agar membenci Arya. Selain itu, konflik internal atau kejiwaan juga dialami oleh Arya yaitu ia selalu bertanya-tanya apakah benar ayahnya adalah seorang pembunuh seperti yang dikatakan semua orang, tetapi mengapa ayahnya yang ia kenal adalah sosok yang baik dan begitu menyayanginya. Pemasalahan mulai memuncak yaitu dengan hasutan Suhemi kepada warga bahwa Aryalah yang membunuh Sukatman sehingga warga menyerang Arya di rumah Pak Rustam, terjadi perkelahian antara warga dan anak-anak Pak Rustam mereka digiring ke kantor polisi dan akhirnya para warga mengetahui bahwa Arya tidak bersalah tetapi Suhemilah dalang dari semua ini, terjadi lagi konflik tambahan yaitu Mustofa mengetahui bahwa pembunuh ayahnya adalah Sambodo ayah Arya, Mustofa begitu tidak percaya dan terpukul bahwa kematian ayahnya karena dibunuh oleh ayah sahabat terdekatnya. Mustofa begitu marah dan kesal kepada Arya hingga ia menantang Arya untuk berkelahi dan memukul Arya dengan bertubi- tubi dan pada akhirnya ia sadar bahwa Arya tidak bersalah sehingga mengikhlaskan kepergian ayahnya dan segera meminta maaf kepada Arya.

Penahapan Plot
1.    Tahap Awal
Cerita dibuka dengan pengenalan situasi, kesedihan Arya seorang anak yatim yang telah ditinggal ibunya setelah beberapa tahun silam ayahnya meninggal. Ia begitu terpukul dan amat bersedih dengan kepergian ibunya, ia tak punya siapa- siapa lagi ,hanya air mata yang menemaninya saat ini. Seperti dalam kutipan novel “ kedua matanya berkaca-kaca. Peci putih pemberian kia langgar ia pegangi dengan tangan kananya. Peci itu tampak kumal, terkotori tanah dan basah oleh air mata. Tak ada yang mampu memahami rahasia kepedihan yang tengah disandangnya di balik kedua matanya yang basah itu.” (hal 19)
2.    Tahap tengah
Konflik terjadi ketika Arya tak mempunyai siapa-siapa lagi dan tak ada yang memperdulikannya, bahkan berbagai hinaan dan cemoohan ia dapatkan karena ia adalah anak Sambodo penjahat keji yang semasa hidupnya  begitu membuat keresahan. Ada seorang warga yang begitu membenci Arya dan menghasut para warga agar turut membenci Arya. Akibat hasutan seorang warga yang bernama Suhemi, permasalahan mulai memuncak ketika warga menyerang Arya di rumah Pak Rustam karena mereka menyangka bahwa Arya adalah penyebab kematian Sukatman seorang warga desanya. Terjadi perkelahian antara warga dengan anak asuh Pak Rustam dan Nano sehingga mereka digiring ke kantor polisi. Setelah itu terjadi konflik tambahan dengan diketahuinya bahwa pembunuh Ayah Mustofa adalah Sambodo ayahnya Arya, Mustofa begitu marah terhadap Arya.
3.    Tahap Akhir
Permasalahan mulai mereda ketika anak- anak pak Rustam serta para warga mengetahui bahwa Arya tidak bersalah karena Arya adalah korban dari hati yang memiliki kedengkian, para warga sadar bahwa semua itu adalah ulah Suhemi yang selalu menghasut mereka dengan berbagai tuduhan yang ditujukan kepada Arya. Anak-anak Pak Rustam seperti Nano dan Nevi pun meminta maaf kepada Arya, sehingga Arya mulai mempunyai semangat dan tidak bersedih lagi.  Begitu juga Dengan kematian ayahnya, Mustofa menyadari bahwa Arya tidak bersalah dan mengikhlaskan kepergian ayahnya. Seperti dalam kutipan novel
“Aku ikhlas, Arya. Kau sahabatku. Maafkan aku !”
Arya merangkul kuat-kuat tubuh Mustofa. Keduanya pun menangis tersedu-sedu.”
            Dalam rangkaian peristiwa itu menjelaskan bahwa cerita diawali dengan tahap pengenalan (eksposisi) kemudian terjadi konflik dan puncak permasalahan (klimaks) yang menimbulkan suatau pemecahan masalah dan penyelesaian.

Pembedaan Plot
Secara garis besar peristiwa berdasarkan kriteria urutan waktu dalam novel ini merangkaikan peristiwa dengan lurus sesuai dengan kronologis,  akan tetapi ada terjadi pengulangan balik dalam rangkaian peristiwanya yang mengisahkan masa lampau sehingga plot dalam novel Di Bawah Kebesaran-MU Hamba Takluk termasuk plot campuran, contoh kutipan dalam novel tersebut :
Hal 23   : “ Waktu begitu cepat berlalu. Rasanya, ia masih mendengar sang ibu berkata lirih ditelinganya”.
Hal 28 : “Arya teringat kejadian di suatu malam. Saat itu, entah sudah pukul berapa, Sambodo pulang membawa sebuah kantung berwarna gelap”.
Hal 384 : “ lalu, orang itu bercerita, “seperti biasa, usai dari tempat kerja, kami biasanya akan duduk- duduk sebentar melepas lelah di warung Mpok Halimah”.
 Dari penggalan tersebut menjelaskan bahwa rangkaian peristiwanya tidak hanya diuraiakan secara lurus tetapi terdapat adegan-adegan sorot balik .  Berdasarkan pembedaan plot kriteria jumlah plot dalam novel tersebut termasuk plot-subplot karena memiliki lebih dari satu alur cerita yang dikisahkan yaitu terdapat beberapa rangkaian peristiwa serta tokoh utama yang diikuti oleh tokoh-tokoh yang lain. Berdasarkan kriteria kepadatan novel tersebut memiliki plot padat karena cerita di dalam novel tersebut disajikan secara cepat dan peristiwa yang satu berkaitan dengan peristiwa- peristiwa yang lainnya. Berdasarkan kriteria isi novel ini termasuk plot peruntungan karena di dalamnya terdapat pengungkapan nasib pada tokoh utama seperti Arya sebagai anak yatim yang selalu mendapatkan cemoohan dari para warga.


C.      Penokohan
Penokohan ialah tokoh-tokoh dan karakteristik yang diperankan oleh para tokoh, pada kajian penokohan akan dijelaskan mengenai para tokoh yang berperan dalam novel Di Bawah Kebesaran-MU Hamba Takluk :
1.    Arya adalah  tokoh utama (protagonis) yang mempunyai sifat baik, cerdas, jujur ,tetapi terkadang Arya bersifat pesimis, pemurung dan pemarah karena sudah tak tahan lagi atas perlakuan warga terhadapnya.
2.    Mustofa adalah tokoh tambahan yang mendukung Arya sebagai tokoh utama, ia mempunyai tokoh cerdas, baik, periang , rendah hati selalu berpikir bijak dalam menyelesaikan suatu masalah.
3.     Ngadnan adalah anak asuh Pak Rustam yang mempunyai watak lembut  halus, dan penyabar . meskipun ia adalah anak yang tidak mengetahui identitas orang tuanya tetap ia selalu bersabar.
4.    Pak Rustam adalah seworang tokoh yang berwatak baik, dermawan , bijaksana, penyayang terhadap sesama terutama anak yatim, rendah hati dan penolong karena dalam novel tersebut disebutkan bahwa Pak Rustam memberikan pendidikan kepada mereka tanpa mengharapkan imbalan.
5.    Bu Rustam adalah seorang tokoh yang berwatak baik, ia begitu perhatian terhadap anak-anaknya dan juga anak asuhnya, penyayang, serta taat kepada suaminya.
6.    Nano adalah seoang anak Pak Rustam yang berwatak baik, tetapi terkadang ia bersikap keras seperti memukul, menendang dengan sifat pemberaninya.
7.    Nevy adalah anak dari Pak Rustam ia mempunyai watak manja, sedikit keras kepala, mudah terpengaruh oranglain tetapi sebenarnya ia berwatak baik.
8.    Ustadz syu’eb adalah seorang DAI yang sangat populer, ia begitu menyenangkan, humoris, pandai dan cakap dalam berbicara sehingga ceramahnya banyak disukai oleh warga.
9.    Sambodo adalah ayah Arya yang sudah meninggal, ketika masa hidupnya dia selalu membuat keresahan dengan sifat jahatnya seperti pemberontak, perampok, pembunuh, pemerkosa bahkan pemeras yang selalu mengambil harta benda yang bukan miliknya.
10.  Rusminah adalah ibu Arya yang mempunyai sifat penyabar yaitu ia selalu sabar dengan segala hal buruk yang menimpanya, ia juga mempunyai sifat penyayang terhadap anaknya.
11.  Sarman adalah anak asuh Pak Rustam , ia begitu membenci kakek dan neneknya, apalagi ayahnya karena ayahnya meninggalkan ia sejak kecil, ia juga begitu dendam terhadap Ayahnya sendiri.
12.  Nugroho adalah anak asuh Pak Rustam ia berwatak baik, peduli terhadap teman- temannya karena ketika temannya sedang sedih ia selalu ada untuk menghibur.
13.  Heni adalah anak asuh Pak Rustam yang jarang sekali muncul dalam cerita, ia berwatak baik, selalu memberikan nasihat kepada nevy.
14.  Wati adalah anak asuh Pak Rustam dalam cerita ia tidak terlalu berperan, namun ia adalah anak yang penurut kedua orangtua angkatnya.
15.  Suhemi adalah seseorang yang berwatak jahat (antagonis) karena ia selalu iri, dengki, dendam, benci terhadap Arya, bahkan ia melakukan berbagai hal untuk menghasut warga membenci Arya.
16.  Pak kosim adalah seorang warga mempunyai sifat pemberani dan pemarah karena ia adalah orang yang melabrak Arya dan menyuruh untuk membongkar Wc-nya.
17.  Ngatno adalah seorang warga yang mempunyai sifat kurang baik karena ia mudah terpengaruh oleh orang lain, jahat, berani dalam hal yang tidak baik contohnya saja ia ikut melabrak Arya dengan Pak Kosim.
18.  Kardi adalah seorang anak buah Suhemi yang mempunyai sifat iri, dengki, benci, terhadap Arya serta mudah terpengaruh oleh hasutan Suhemi.
19.  Sukatman adalah orang yang melempari rumah Arya dengan keriil, ia ikut- ikutan hal itu karena terpaksa agar ia bisa membeli obat jantung penyakit yang dideritanya saat kecil, tetapi sebenarnya ia mempunyai sifat yang baik dan tidak pernah mau melakukan hal itu.
20.  Pakde Mustofa ia mempunyai sifat penyayang karena ia begitu menyayangi Mustofa sebagai keponakannya.
21.  Bude Mustofa ia juga begitu menyayangi Mustofa meskipun ia merasa kesal dan ingin membalas perbuatan Sambodo ayah Arya yang telah membunuh ayah Mustofa.
22.  Mukhlasin adalah orang yang memberi kabar tentang kematian ayah Mustofa, ia begitu membenci Arya.
23.  Subandi adalah orang yang ikut melempari rumah Arya dengan Kardi dan Ngatno, ia mempunyai watak yang tidak baik karena kebenciannya terhadap Arya membuatnya melakukan hal- hal yang tidak baik.

Berdasarkan penokohan di atas dapat digolongkan pembedaan tokoh sebagai berikut :
1.      Tokoh utama dan tokoh tambahan
Arya adalah tokoh utama dalam cerita tersebut karena secara keseluruhan dalam cerita di atas menceritakan Arya. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh selain Arya yang perannya hanya beberapa kali dimunculkan apabila bersangkutan dengan tokoh utama.
2.      Tokoh protagonis dan antagonis
Tokoh protagonis dalam novel Dibawah Kebesaran-MU Hamba Takluk adalah Arya karena mempunyai watak yang baik yang secara tidak langsung menyampaikan pesan-pesan moral, sedangkan tokoh antagonis utama adalah Suhemi karena ia mempunyai watak yang jahat, iri, dengki terhadap Arya bahkan tokoh antagonis tambahan lainnya berwatak sama terhadap Arya contohnya saja seperti :  Pak Kosim, Ngatno, Kardi, Subandi, Mukhlasin.
3.      Tokoh sederhana dan tokoh bulat
Tokoh sederhana dalam novel tersebut adalah Suhemi karena hanya memiliki satu sifat dan tidak mengalami perubahan kepribadian yaitu ia selalu jahat kepada Arya dengan menghasut para warga agar membenci Arya. Tokoh lain seperti Pak Rustam dan Bu Rustam juga termasuk tokoh sederhana karena dari awal cerita hingga akhir cerita ia tetap mempunyai watak yang baik yang selalu peduli terhadap Arya.
Sedagkan tokoh bulat dalam novel tersebut adalah Arya, Musofa, Nano, Nevy. Karena dalam novel tersebut diungkapkan bawa Arya adalah anak yang baik tetapi pada saat ia tak kuat lagi menahan cemoohan dan hinaan orang-orang ia berubah menjadi pemurung, pemarah, pemberani dan pemberontak, tetapi dengan dorongan dan nasihat dari teman-temannya ia menjadi semangat kembali dan tidak menjadi pemberontak lagi. Sedangkan Nano dan Nevy pada awal cerita mereka begitu membenci Arya sebagai anak dari seorang penjahat tetapi dengan berjalannya waktu mereka menyadari bahwa Arya tidak bersalah merekapun tidak membenci Arya lagi dan segera meminta maaf kepada Arya.
4.      Tokoh tipikal dan tokoh netral
Tokoh tipikal dalam novel tersebut adalah Pak Rustam karena sedikit ditampilkan individualitasnya tetapi lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaannya, ia yang mempunyai watak bijaksana selalu bersikap adil dalam suatu permasalahan, contohnya saja ketika warga menyerang Arya yang berada di rumahnya, ia menyikapi dengan begitu bijaksana agar para warga bisa meredam emosinya.
Tokoh netral dalam novel tersebut adalah Arya karena ia adalah tokoh yang benar- benar bereksistensi dalam cerita tersebut, Bahkan dalam keseluruhan cerita Arya begitu sangat Berperan.
Teknik penulisan tokoh dalam novel tersebut adalah teknik dramatik yaitu dengan tidak menjelaskan secara ekspilisit sifat dan sikap tingkah laku tokoh. Secara tidak langsung, sifat sikap tingkah laku tokoh diuraikan melalui teknik tingkah laku tokoh dengan cara menunjukan watak dengan suatu perbuatan atau tindakan. Contoh dalam kutipan novel “ Arya nekat. Napasnya mendengus-dengus. Langkah-langkah kakinya cepat menuju ladang milik Kardi, membuatnya berpapasan dengan satu dua orang penduduk. Begitu penduduk itu melihat Arya yang bereseragam itu mengacung-acungkan gobangnya, wajah mereka berubah. Sesuatu pasti terjadi pada anak itu, pikir mereka”.(hal 205). Secara tidak langsung ini menunjukkan bahwa watak Arya yang pemarah dan pemberontak ketika sudah tak bisa lagi menahan emosi karena Wc-Nya dirusak oleh Kardi, meskipun sebenaranya Arya adalah anak yang baik.

D.    Pelataran
a.      Latar Tempat
Dalam novel Di Bawah Kebesaran-MU Hamba Takluk yaitu melibatkan tempat yang begitu beragam misalnya di sebuah desa Wringanom yang merupakan wilayah/ tempat tinggal Arya.  Di desa itu ada beberapa tempat yang menjadi latar novel ini yaitu rumah Arya, Rumah Pak Rustam, sekolah Arya, Makam orangtua Arya, ladang kacang tempat perkelahian Arya dengan Kardi, rumah sakit tempat Arya di rawat, rumah Pak Suhemi dan kantor polisi. Namun, latar yang terdapat dalam novel tersebut tidak diseskripsikan dengan detail sehingga penunujukkan tempat tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan alur dan tokoh dalam cerita tersebut.
b.      Latar Waktu
Waktu yang terdapat pada novel ini dimunculkan seperti dalam kehidupan sehari- hari contoh seperti dalam novel disebutkan  waktu pagi ketika Arya pergi bersama teman-temanya ke sekolah, siang hari terjadinya perkelahian Arya dan Kardi di ladang kacang, dan malam hari Arya pergi ke makam orangtuanya dengan perasaan yang sedih. Lama waktu cerita dalam novel tersebut cukup panjang dengan peristiwa- peristiwa dramatik fungsional yang dituangkan dalam novel cukup tebal dengan 426 halaman.
c.       Latar Sosial
Latar sosial yang terdapat dalam novel ini yaitu  hubungan antar masyarakat. Masyarakat desa Wiringanom bersikap tidak baik kepada seorang anak yatim yang bernama Arya, mereka begitu membenci Arya karena Arya adalah anak seorang penjahat. Sehingga mereka beranggapan bahwa Arya juga penjahat karena mengalir darah penjahat dalam dirinya sehingga pantas untuk mendapatkan balasan seperti itu, padahal Arya adalah anak yang baik meskipun ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Di dalam novel ini juga ditemukan latar sosial dengan adat yang berlaku di desa Wringanom yaitu bila ada kematian salah satu warganya maka pada malam hari kaum laki- laki mendatangi rumah duka untuk membacakan tahlil kurang lebih empat puluh hari. Seperti dalam kutipan novel “Adat yang berlaku di pedesaan ini, sebagaimana umumnya masyarakat di wilayah Purwodadi, bila ada kematian maka muncul keramaian sebagai bagian dari prosesi ikut berbelasungkawa.”(hal 60).

E.     Penyudut Pandangan
Sudut pandang yang terdapat dalam novel tersebut adalah sudut pandang pesona ketiga yaitu pengarang yang berada diluar cerita yang serba mengetahui, hal ini ditunjukkan dengan pengarang menceritakan tokoh- tokoh dengan menyebut nama dan kata ganti ia, dia, mereka pengarang juga serba mengetahui tokoh- tokoh dalam cerita tersebut  dengan dapat menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh. Contoh kutipan dalam novel tersebut “ Arya telah kehilangan kendali. Mustofa tak juga menampakkan diri, Ngadnan seakan enggan untuk menyambanginya ke rumah. Nano sudah mendengar Arya yang menghajar Kardi”. (Hal 222).

F.     Bahasa
Penggunaan bahasa dalam novel Di Bawah Kebesaran-MU Hamba Takluk begitu beragam yaitu menggunakan unsur retorika karena pengarang menggunakan pemilihan bentuk dan makna kata, penggunaan pada bentuk kalimat, penggunaan bahasa kias, pemanfaatan citraan  yang disesuaikan dengan situasi dan tujuan penuturan. Gaya bahasa yang digunakan tidak sulit untuk dipahami sehingga dapat menggambarkan unsur- unsur yang membentuk  cerita tersebut dengan jelas. Pemilihan gaya bahasa, kata, dan penataan kalimat sehubungan dengan makna dan suasana menimbulkan efek yang beragam. Pengarang lebih memilih penggunaan gaya bahasa itu karena, pengarang ingin berusaha meyakinkan atas peristiwa yang terjadi. Contoh dalam kutipan novel tersebut “ Gundukan tanah di depannya masih basah, seakan-akan harus dimandikan dengan air matanya. Tak ada siapapun di sini,kecuali anak itu dan seorang lelaki yang berdiri termangu di belakangnya, di antara nisan- nisan kuburan yang mengigil sunyi dan kedinginan.”( Hal 20).
Selain unsur retorika seperti yang disebutkan di atas, dalam novel tersebut juga terdapat kohesi berupa kata sambungan yang digunakan seperti “dan, tetapi, mereka, sebab, bahwa, jika, maka, oleh karena itu”.  Dengan penggunaan kohesi tersebut cerita menjadi lebih estetik.
Percakapan dalam novel tersebut menggunakan narasi dan dialog yang hadir secara bergantian sehingga tidak membosankan, digunakan narasi untuk penceritaan tentang unsur- unsur yang terkait dengan penuturan secara singkat sedangkan percakapan digunakan agar pembaca mengetahui sendiri kata yang digunakan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita yang sudah bersifat umum agar menimbulkan variatif dengan keterkaitan satu sama lain . Contoh kutipan dalam novel :
Arya pernah bertanya kepada sang ibu perihal ayahnya
“Benarkan ayah seorang penjahat, Bu?”
Seraya menahan keperihan yang menyiksa, sang ibu mengelak, “siapa yang bilang begitu, Arya?”
“Mereka. Mereka semua mengatakan Ayah penjahat, Ayah itu jahat.”
“Itu tidak benar.”
“Tetapi, mereka selalu berkata begitu?”
“Jangan dengarkan mereka. Kasihan ayahmu di alam baka.”
Arya menelan ludah.
Dan, sejak saat itu, ia tak berani lagi bertanya perihal almarhumah ayahnya kepada sang ibu. (Hal 30)

G.    Moral
a.       Jenis ajaran moral yang terkandung dalam novel Di Bawah Kebesaran-MU Hamba takluk berupa nilai yang tercermin dari sikap manusia terhadap sesama yaiu :
·         Sebagai umat manusia kita tidak boleh mempunyai sifat iri dan dengki karena dengan sifat tersebut bisa menimbulkan perilaku berbahaya terhadap seseorang yang dibenci contohnya saja dalam novel tersebut yaitu Suhemi yang mempunyai sifat iri dan dengki terhadap Arya. Ia selalu membuat cara agar warga membenci Arya,  pada akhirnya semua orang mengetahui bahwa Arya tidak bersalah dan Suhemilah yang selalu menghasut para warga untuk melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya terhadap Arya.
·         Kita harus memperdulikan sesama umat manusia tanpa memandang latar belakangnya seperti dalam novel tersebut tercantum meskipun Arya adalah anak seorang penjahat tetapi kita harus memperdulikannya ketika ia tak mempunyai orangtua lagi.
Ajaran moral hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri :
·         Seseorang bisa menjadi pandai bukanlah soal keturunan tapi kegigihan yang dilakukan contohnya saja seperti Arya, dia adalah anak yang pintar karena kegigihannya dalam belajar.
·         Belajar memaafkan kesalahan orang lain seperti dalam novel tersebut disebutkan bahwa begitu banyak orang yang membenci Arya termasuk Nano dan Nevy anak Pak Rustam, tetapi Arya memaafkan kesalahan mereka dan tidak pernah mempunyai rasa dendam. Mustofa yang ayahnya dibunuh oleh ayahnya Arya pada akhirnya ia memaafkan Arya dan mengikhlaskan kepergian ayahnya.
b.      Pesan religius
Selain kajian moral yang bersifat sosial dalan novel tersebut juga ditemukan banyak Pesan religius karena novel ini mengangkat cerita dengan nilai-nilai keagamaan dengan mencantumkan ayat-ayat al-Quran diantaranya yaitu :
·      Seorang tidak bisa memilih dari siapakah ia lahir dan dari jenis bagaimanakah kedua orang tuanya seperti dalam kutipan novel “ Dikatakan pula dalam kitab suci : Adapun tanah yang baik, tanaman- tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang gersang, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah mengulang tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur”(hal 38). Arya memanglah anak seorang penjahat tetapi ia tidak bisa memungkiri takdir bahwa ia adalah anak Sambodo penjahat keji itu, maka hari- hari ia jalani dengan penuh kesabaran.
·      Sebagai umat manusia kita harus menyantuni anak yatim dan tidak boleh menghardik anak yatim karena itu sama saja dengan menghardik anak yatim, dalm kutipan novel : “Pak Rustam membaca ayat-ayat al-Qur’an : tahukah kamu orang yang mendustakan Agama, itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin”. (Hal 253-254). Bayak warga yang begitu benci kepada Arya, bahkan mereka mencemooh dan menghina Arya tanpa menyadari bahwa perbuatan mereka sama saja mendustakan agama.
·      Seorang muslim tidak boleh mempunyai rasa dendam terhadap sesama, karena bersabar lebih baik daripada kita melakukan balasan. Dalam kutipan novel “Arya membaca sebuah ayat: Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”(hal 123) Arya yang terkadang merasa kesal terhadap orang-orang yang mencemoohnya tetapi ia memilih untuk bersabar dan tidak membalas perbuatan mereka.
·      Meskipun orang tuanya begitu jahat, tetapi anak yang dilahirkannya tetap dalam keadaan suci, tak menanggung dosa dan kesalahan dari orangtuanya, setiap orang akan bertanggung jawab sendiri-sendiri. Dalam kutipan novel “ seperti yang difirmankannya Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya ia berbuat untuk (keselamatan) dirinya sendiri ; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya ia tersesat bagi (kerugian)dirinya sendiri. Seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan mengazab sebelum kami mengutus rasul.”(112)
Meskipun Arya adalah anak Sambodo yang begitu jahat tetapi ia tidak bersalah dan tidak harus menerima balasan atas perbuatan ayahnya.
·      Kita tidak boleh menghina orang yang telah meninggal dunia contohnya seperti Sambodo karena ia ia telah mendapatkan balasan atas perbuatannya sendiri. Dalam kutipan novel Tetapi ia menghina bapak saya, pak. Padahal, bapak saya telah meninggal dunia. Saya selalu  ingat hadits yang saya dapat dari Pak Amin, guru agama, Jangan kalian menghina orang-orang yang telah meninggal dunia, karena mereka telah sampai pada apa yang mereka persembahankan (amalkan)”(hal 159).
c.       Teknik penyampaian
Teknik penyampaian yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan pesannya bersifat tidak langsung karena dalam penyampaian moral digambarkan melalui sikap dan tingkah laku tokoh dalam menghadapi peristiwa konflik, baik yang terlihat dalam tingkah laku verbal maupun terlintas dalam pikiran, perasaan tokoh dan lebih sering pesan tersebut disampaikan melalui  teknik percakapan yang dilakukan oleh antartokoh, para pembaca tidak bisa langsung memahami pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang sehingga harus melibatkan penafsiran dan pemikiran pembaca untuk mengetahui pesan yang tersirat.
























BAB III
PENUTUP
A.      SIMPULAN
Melakukan pengkajian novel dengan kajian struktural memang cukup rumit, selain memerlukan waktu yang banyak juga diperlukan pemahaman tentang unsur-unsur instrinsik lebih mendalam, di samping itu melakukan kajian struktural juga mempunyai manfaat dengan memberikan pengalaman terhadap individu yang melakukan pengkajian serta lebih memahami makna yang terkandung dalam novel.
Begitu banyak unsur yang ditemukan dalam novel Di Bawah Kebesaran-MU Hamba Takluk, unsur-unsur tersebut berkaitan satu sama lain dan mempunyai peran dalam cerita. Akan tetapi peran yang lebih penting adalah unsur penokohan dan juga alur cerita yang menjadikan cerita lebih menarik dengan konflik yang disajikan dan perkembangan watak tokoh. Unsur- unsur tersebut menjadikan sebuah karya sastra lebih estetis.

B.       SARAN
       Diharapkan para pembaca lebih memahami makna yang terkandung dalam novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk, hendaknya pembaca tertarik untuk melakukan pengkajian struktural yang lebih mendalam terhadap sebuah novel untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam proses pengkajian karya sastra. Dengan keterbatasan saya sebagai penulis mengharapkan kritikan yang bersifat membangun untuk memacu perbaikan dalam proses mengkaji sebuah karya sastra.








DAFTAR  PUSTAKA
Nurgiantoro, Burhan. 1955 .Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Tirto, Suwendo. 2001. Analisis Struktural salah satu model pendekatan dalam penelitian sastra” dalam metodologi penelitian sastra Jobrahim (Ed). Yogyakarta: PT. Hanindita Grahamedia.
























SINOPSIS NOVEL
            Arya adalah seorang anak yatim yang tinggal  bersama ibunya di Desa yang bernama Wringinanom. Ibunya sakit parah , keadaannya yang miskin itu membuat sakit ibunya semakin parah karena tak bisa berobat sampai menemui ajalnya . kehidupan ia sangat memilukan karena tidak ada tetangga atau  warga setempat yang peduli terhadap Arya karena ia adalah anak Sambodo seorang penjahat yang keji, meskipun Arya adalah anak yang baik tetapi semasa hidupnya Sambodo selalu meresahkan warga bahkan Sambodo meninggal karena ditembak oleh polisi . Ia semakin  merasa tertekan dan amat sedih kepada siapa lagi ia harus bersandar ,harus besama siapa lagi ia menjalani kehidupannya. Setelah ibunya meninggal, ia tak mau beranjak dari atas kuburan ibunya. Ia menangis sambil memeluk nisan ibunya, tetapi seorang lelaki tua menghampiri Arya dan menenangkan hati Arya hingga Arya memeluk erat tubuh lelaki itu. Lelaki tua itu adalah seorang yang begitu dermawan yaitu Pak Rustam ia selalu mengasuh anak-anak yatim yang memerlukan bantuan. Ia begitu ikhlas dan tak pernah meminta imbalan sedikitpun, ia adalah orang kaya dengan hektaran tanahnya. Di Rumahnya Ia mempunyai delapan orang anak asuh, empat anak laki-laki dan empat anak perempuan. anak asuh pak Rustam diantaranya Mustofa, Ngadnan, Sarman, Nugroho, Indri, Fitri, Wati. Mereka adalah anak-anak  yatim yang berasal dari keluarga yang berbeda. Pak Rustam bukan hanya mendidik serta membiayai mereka tetapi anak-anak yatim itu di sekolahkan. Ia juga mempunyai dua orang anak yaitu satu orang laki-laki bernama Nano dan seorang perempuan yang bernama Nevy. mereka hidup dengan rukun. Pak Rustam pun berniat untuk menyuruh Arya tinggal dirumahnya, tetapi Nevy mendengar dari warga Arya adalah anak seorang pembunuh yaitu Sambodo Ia tidak ingin jika sampai ayahnya membawa Arya ke rumah tentunya ia tidak ingin hidup bersama dengan seorang anak pembunuh yang menakutkan seperti serigala.
            Kegelisahan Nevy menjadi kenyataan ayahnya membawa arya ke rumahnya, tapi Nevy tetap saja tidak menerima Arya, ia mengusir  Arya dengan memanggilnya serigala, “pergi kau serigala” . Arya hanya menangis mendengar cacian dan ejekan seperti itu dan Ia semakin menunduk dengan hati yang amat sedih ia berkata, “ Saya ingin pulang”, Pak Rustam tidak bisa berbuat apa-apa Arya berlari ke luar. Keesokan harinya Pak Rustam hendak menemui Arya ,tetapi Arya tidak ingin membukakan pintu untuk siapapun termasuk Pak Rustam.  Hingga berhari-hari ia tidak keluar  rumah dan mengurung diri, Pak Rustam merasa khawatir dengan keadaan Arya,  Pak Rustam kebingungan bagaimana agar Arya bisa membukakan pintu bersedia menemuinya. Akhirnya, Pak Rustam menyuruh Mustofa untuk menemui Arya dan membujuknya agar ia mau membukakan pintu dan ingin bersekolah kembali, Mustofa berhasil membujuk Arya hingga ia bersedia untuk membukakan pintu dan bersedia untuk bersekolah kembali. Setelah mendengarkan pembicaraan Mustofa, Arya merasa mempunyai semangat lagi. Arya kembali masuk sekolah dengan tampak lebih ceria dan ia tak menujukkan bahwa dirinya sedang berduka ia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Keberangkatannya ke sekolah menjadi gunjingan warga yang tetap tidak suka terhadap Arya dan tak pernah peduli akan perasaannya, juga keberadaannya sebagai anak yatim.
            Pada suatu hari Arya diajak Musthofa, Ngadnan, Nugroho untuk pergi ke Mesjid dan Ia suka pergi ke Mesjid setiap malam rabu. Sesorang Ustadz yang terkenal memberikan ceramahnya bernama Ustadz Syu’eb dan menyampaikan ceramahnya dengan tema cinta dan air mata. Nevy melontarkan sebuah pertanyaan “Adakah seorang jahat melahirkan anak yang jahat ustadz?”. Ustadz Syu’eb menjawab “ Rasulullah bersabda bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, tetapi orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi atau Nasrani. Fitrah itu suci, jadi seseorang yang dilahirkan dari orang tua yang berdosa tak akan pernah menjadi dosa kepada anaknya, anaknya tetap suci dan sebuah perbuatan kan dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri, Nevy seolah tak puas dengan jawaban dai Ustadz Syu’eb Ia bertanya kembali maksud saya begini Ustadz “ Apabila bapaknya seorang penjahat, apakah anaknya pula bisa jadi jahat, berdasarkan hukum keturunan?”.Ustadz syu’eb tentu saja mengerti bahwa poertanyaan ini ditujukan kepada Arya , Ustadz Syu’eb menjawab “sifat-sifat jahat bisa turun dari orang tua kepada anaknya, begitupula sealiknya. Namun Islam tidak pernah mengatakan bahwa seorang orang tua yang jahat akan melahirkan anak yang  jahat pula”. Warga semakin yakin bahwa dalam diri Arya mengalir darah seoang penjahat dan Ia pun akan berbuat jahat seperti hukum keturunan yang telah disampaikan oleh Ustadz Syu’eb. Pada waktu itu Arya semakin tunduk dengan perasaan yang sedih dan merasa bahwa dirinya  memanglah seorang anak penjahat.
            Pak Rustam sudah beberapa kali mencoba agar Arya tinggal bersamanya, tetapi Arya tetap menolak dan memilih untuk tetap tinggal di rumahnya.  Arya adalah anak yang cerdas ia memiliki sebuah gagasan untuk membuat WC dan sumur serapan di belakang rumahnya karena Arya tidak memiliki WC atupun kamar mandi, apabila ingin BAB ia selalu pergi ke sungai yang berada di  dekat Desanya, dari situlah Arya berpikir agar ia tak kesusahan lagi saat ingin buang hajat, tetapi warga merasa iri terhadap Arya yang mempunyai gagasan untuk membuat WC dan Arya membuat WC hanya dengan ditutup oleh kayu karena Arya tidak mempunyai dana untuk membangun WC seperti halnya WC yang dimiliki oleh oranglain, banyak anak-anak yang menumpang untuk BAB di WC Arya tapi karena WC yang hanya semi terbuka itu mengeluarkan bau yang tidak sedap, warga sering mencium bau busuk dari WC Arya dan bau busuk itu semakin menyengat, hingga pada suatu hari anak Pak Kosim yaitu Sarmila yang sedang mengandung ketika makan ia muntah-muntah karena mencium bau busuk yang mrenyengat dari WC Arya. Hingga Pak Kosim, Ngatno dan Kardi datang menemui Arya agar ia membongkar WC-nya yang dianggap mencemari lingkungan, kalau Arya tak mau mebongkar WC-nya,  maka mereka yang akan membongkarnya, tetapi Arya meminta kesempatan untuk memperbaiki WC-nya. Arya kebingungan bagaimana cara memperbaiki WC-nya itu sedangkan ia tak mempunyai dana. Pada sat itu Arya pergi ke rumah pak Rustam untuk meminta bantuan tetapi Nevy menghalangi Arya untuk bertemu dengan Pak Rustam ia menyuruh Arya untuk pergi dan tidak mengizinkan untuk bertemu dengan ayahnya, Nano juga sebagai kakak Nevy merasa keberatan dengan kedatangan Arya Nano tidak segan menendang Arya, Aryapun pergi dari rumah Pak Rustam dengan jalan sempoyongan. Setibanya ia di Rumah melihat ke belakang Rumahnya, kakinya terasa lemas seketika melihat WC-nya sudah rata dengan tanah . Arya merasa sedih “mengapa WC-ku sampai dirusak? Apa salah dan dosaku pada mereka? hingga mereka tega merusak Wcku? Apakah orang sepertiku tak berhak untuk memiliki WC ? sepertinya mereka lebih senang  jika melihat aku kesusahan”. Arya bertanya-tanya dalam dirinya, dengan perasaan yang kesal dan juga marah Arya yang masih menggunakan seragamnya pergi ke ladang dengan membawa senjata tajam yaitu sebuah gobang yang dipakai untuk menyerang Kardi Arya berteriak kepada Kardi sambil membawa gobang , Kardipun kaget dengan kedatangan Arya yang sperti kesetanan, Arya bertanya “mengapa kau rusak WC-ku?”
“ Aku tak bermaksud merusak WC-mu aku hanya disuruh Pak Kosim”
“ tapi WC-ku sudah rusak, apa karena bau kau merusaknya?. Aku kan sudah bilang akan memperbaikinya apa kau tidak melihat bahwa banyak anak-anak yang berak sembarangan , bukan karna WC-ku yang bau”.
Kardi ketakutan, Arya menghajar Kardi habis-habisan, ia mendengus-dengus dengan kobaran api yang ada dalam jiwanya , Warga melerai perkelahian itu mungkin jika tidak ada yang melerai Kardi akan menghembuskan nafas terakhirnya. Warga semakin membenci Arya karena perkelahiannya dengan Kardi, terlebih lagi Arya pernah memukuli kakak kelasnya yang mengejek dan menghina Arya sebagai anak pembunuh. Kebencian warga terhadap Arya semakin menjadi jadi, “benar saja anak penjahat itu akan melahirkan anak yang jahat pula seperti Arya, yang dalam darahnya mengalir darah pembunuh”.
            Setelah kejadian itu, Arya mengunci rapat rumahnya ia tak ingin menemui siapapun ia tidak sekolah, Arya merasa terpuruk dan semangatnya menjadi hilang seketika terlebih lagi Musthofa sahabatnya pergi ke kota untuk mencari informasi tentang penyebab kematian Ayahnya yang tidak wajar. Sudah beberapa malam rumah Arya diteror oleh dua orang yang selalu melemapari genting rumah Arya dengan kerikil, Arya berhasil memergoki dua orang itu dan menggebuginya dengan sebuah tongkat. Keesokan harinya Sukatman sakit dan warga menyangka itu karena Arya yang sudah memukulinya dengan tongkat. Bukan hanya Arya yang kecewa dengan rusaknya WC Arya tetapi Musthofa juga merasa kecewa ,sepulangnya Musthofa dari kota ia mendengar bahwa beberapa hari ini Arya mengurung dirinya ia pun memikirkan cara agar Arya tidak mengurung diri lagi, Musthofa mencoba berbicara kepada Nevy dan Nano bahwa Arya tidak salah, Arya adalah anak yang baik dan juga cerdas hanya karena pandangan warga terhadap Arya bahwa Arya adalah anak Sambodo penjahat keji itu, sehingga apapun yang dilakukan Arya selalu salah dimata mereka , Arya hanya merasa tertekan dan Musthofa mengajak  agar Nevy dan Nano untuk menemui dan meminta maaf kepada Arya , mereka pun bersedia untuk menemui Arya bersama Pak Rustam serta Pak Effendi kepala sekolah Arya. Arya tetap mengurung dirinya tetapi Musthofa terus membujuk dengan memberikan motivasi tentang spirit maulana seorang pemuda yang miskin tapi berprestasi, Arya bersedia untuk menemui mereka, wajahnya terlihat pucat dan lemas ia tak berdaya sama sekali dan pada akhirnya Pak Rustam bersama anak-anaknya membawa Arya ke Rumah sakit dan beredar kabar pada saat itu sakit Sukatman semakin parah dan berbagai tudingan warga ditujukan kepada Arya
            Setelah beberapa hari Arya di rumah sakit, akhirnya Arya kembali sehat seperti semula. Semangatnya pun kembali menyala-nyala kini ia tak sedih lagi karena WC-nya, Nano dan Nevy sudah tidak membencinya lagi, Nevy meminta maaf kepada Arya bahwa selama ini ia telah berbuat dzolim kepadanya, dan mengakui bahwa Nevy telah keliru terhadap Arya yang tidak jahat bahkan tidak pernah berbuat jahat kepadanya , Arya bersedia memaafkannya. Benih-benih perhatian muncul diantara mereka Nevy baru menyadari bahwa Arya adalah seorang pemuda yang tampan. Begitupula Musthofa menyadari bahwa ia menyukai Nevy. Tetapi pada akhir-akhir ini Musthofa sering melamun dan lebih suka menyendiri, itu karena kedekatan Arya dengan Nevy, Musthofa berusaha agar ia tak sedih lagi serta teman-temannya seperti Ngadnan, Sarman dan Nugroho memberi semangat kepada Musthofa.
Arya dan teman-temannya  mulai merencanakan untuk membuat WC Arya yang baru. Hingga pada suatu hari diumumkannya kematian Sukatman, warga menyangka bahwa kematian itu disebabkan oleh Arya yang telah memukulinya dengan tongkat. Seorang lelaki tua yang selalu menghasut warga agar tetap membenci Arya, ia bernama Suhemi dan sering dipanggil dengan sebutan pakde. Kematian Sukatman dijadikan kesempatan oleh Suhemi agar warga membenci Arya dengan tuduhan pembunuhan yang dilakukan oleh Arya. Warga mulai terpengaruh dengan hasutan Suhemi itu hingga Warga marah dan merusak bahan-bahan untuk membuat WC Arya. Pak Rustam menyuruh Arya untuk tinggal di rumahnya karena khawatir dengan sikap warga terhadap Arya. Tetapi Warga berduyun-duyun pergi ke rumah Pak Rustam untuk menyerang Arya dengan membawa senjata tajam, ini semua adalah ulah Suhemi yang menghasut para warga. Pak Rustam mencoba untuk menenangkan anak-anaknya agar tidak menyerang para warga, Pak Rustam menemui warga dan berbicara secara baik-baik. Warga meminta agar Arya   bertanggungjawab atas kematian Sukatman, Pak Rustam bersedia menyerahkan Arya kepada pihak kepolisian jika memang Arya bersalah, tetapi warga tetap saja ricuh hingga membuat Nano dan keempat anak asuhnya tampak marah dan mereka menyerang warga dengan senjata tajam yang dibawanya masing-masing hingga perkelahian pun terjadi, dan tidak lama kemudian polisi datang, Nano dan keempat anak asuhnya digelandang ke kantor polisi, mereka memberikan keterangan penyebab terjadinya perkelahian tersebut yang berhubungan dengan kematian Sukatman, tapi Nano dan anak asuh Pak Rustam berkata “Darimana kalian tau bahwa kematian Sukatman disebabkan oleh Arya sedangkan Subandi yang terkena pukulan tongkat Arya tidak apa-apa hanya memar-memar?” . warga memberikan keterangan bahwa mereka mengetahui kabar itu dari Suhemi dia yang selalu mengatakan bahwa Arya adalah pembunuh Sukatman, dan Suhemi  dinyatakan sebagai dalang dari kejadian itu,  Pak Rustam menginginkan kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan dan tidak diproses dengan syarat Suhemi tidak boleh menghasut para warga lagi.
Beberapa hari kemudian orang tua Sukatman menemui Arya dan Pak Rustam, mereka menjelaskan bahwa kematian Sukatman bukan karena Arya tetapi ia mengidap penyakit jantung dari sejak kecil, ia bersedia menerima tawaran dari Kardi untuk melempari rumah Arya agar ia mendapatkan uang untuk membeli obat, karena kami benar-benar tak mempunyai uang untuk membeli obat saat itu. Orang tua Sukatman merasa malu mempunyai anak seperti itu yang telah meneror Arya,dan mereka meminta maaf karena telah membiarkan warga menuduh Arya. Arya pun  memafkan orang tua Sukatman serta perbuatan Sukatman dan memita maaf waktu itu telah memukul Sukatman dengan tongkat dan keluarga Pak Rustam tersenyum bahagia dengan terharu mendengar bahwa Arya tidak bersalah.  Arya tampak bersujud dengan rasa syukurnya kepada Allah swt. Suhemi tak pernah menampakkan lagi wajahnya di hadapan siapapun ia hanya berdiam diri di rumahnya dan ia tidak bisa menuduh sembarangan lagi, kini Arya telah terbukti tak bersalah Arya hanya korban dari kebencian dan kedengkian Suhemi terhadapnya. Suhemi marah terhadap Pak Rustam dan tampak iri karena sekarang warga lebih mempercayai dan mersa kagum terhadap pak Rustam yang bijaksana.
Kardi membawa sebuah berita penting untuk Pak Suhemi, bahwa Mukhlasin yang disuruh ke kota untuk bertemu dengan kerabatnya Musthofa ,tadi ia menemui saya dan bercerita penyebab kematian Ayahnya Musthofa karena pembunuhan yang dilakukan oleh seorang preman, pada saat itu ayahnya Musthofa tidak ingin memberikan harta bendanya kepada preman itu, lantas preman itu membunuhnya dengan sebilah belati, dan preman itu bernama Sambodo ia adalah ayahnya Arya. Suhemi tersenyum dan merasa berbahagia, Ia menyuruh Kardi untuk mengatakan kepada Mukhlasin dan kerabat Musthofa bahwa Musthofa harus segera mengetahui penyebab kematian Ayahnya. Kardipun bersedia.
Hubungan Nevy dengan Arya semakin dekat saja, mereka adalah sepasang remaja yang dibuai dalam perasaan cinta seiring dengan segala persiapan yang kembali dilakukan untuk melanjutkan rencana membangun WC dan sumur serapan, hanya Musthofa yang menepis perasaannya sendiri karena kedekatan Arya dengan Nevy.
Saat itu tepat hari minggu, kerabat Musthofa darikota menemui Pak Rustam bersana Kardi dan Mukhlasin, mereka menjelaskan bahwa kematian ayahnya Musthofa bukan karena kecelakaan kerja, tetapi dibunuh oleh Sambodo warga sini, itu adalah ayah Arya. Pak Rustam bersama keluarga dan anak asuhnya begitu kaget mendengar berita itu, Ngadnan dan Nugroho bergegas untuk  memberitahu kabar ini kepada Musthofa dan Arya yang saat ini berada di rumah Arya, sebelum Kardi yang menyampaikannya kepada mereka, karena kardi dianggap bisa memperkeruh keadaan. Ngadnan memanggil Musthofa dan menceritakan bahwa kerabatnya datang kemari untuk memberitahukan bahwa penyebab kematian ayahnya karena dibunuh oleh Sambodo ayah Arya. Ngatno juga memberitahu  Arya bahwa kematian Ayah Mustofa karena dibunuh ayahnya. Kini Arya dan Musthofa hanya terdiam dengan kabar berita itu. Musthofa menemui kerabatnya dengan menangis tersedu-sedu setelah itu Musthofa begitu emosi dan ia berkata” darah harus dibayar dengan darah” tak ada yang bisa memadamkan emosi Musthofa terhadap Arya termasuk Pak Rustam.
Arya menatap ke sekeliling rumahnya, dan ia pergi ke makam orangtuanya untuk membacakan tahlil dengan hati yang menjerit kini ia begitu menyadari bahwa ayahnya adalah seorang pembunuh bahkan ia telah membunuh ayah dari sahabat karibnya. Orang-orang datang dengan berduyun-duyun ditemani dengan Suhemi, Kardi, Pak Kosim, Ngatno dan Subandi tersenyum sunging. Bahkan Pak Rustam bersama keluarga dan anak asuhnya ikut berjalan dan telah bersiap dengan kondisi buruk yang akan terjadi. Musthofa tampak berdiri beberapa meter dari Arya dan ia berkata. “Sambodo membunuh Ayahku!”. Musthofa menantang Arya untuk berkelahi tetapi, Arya hanya menggeleng dan Musthofa memekik, menjerit, berteriak,memaki, memukul, menerjang Arya. Orang-orang berteriak menyemangati Musthofa yang terus membabi buta. Arya tetap tidak mau melawan Musthofa darah mengucur dari hidungnya dan ia tampak kesakitan. Musthofa menendang Arya kembali. Arya berkata “ Kau sahabatku. Kau sahabatku, Musthofa”. Sebentar kemudian, Musthofa menubruk dan memeluk Arya. Ia meminta maaf kepada Arya dan mengikhlaskan kepergian ayahnya. Arya merangkul kuat-kuat tubuh Musthofa. Keduanya pun menangis tersedu-sedu.

           

No comments:

Post a Comment