BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sebuah
karya prosa fiksi sudah tentu terdapat unsur- unsur yang membangun, unsur-
unsur tersebut berperan penting untuk menentukan karya yang berkualitas. Karya dapat dinikmati oleh para penggemar
sastra yang begitu beragam sehingga tidak
semua karya bisa dipahami dengan mudah. Oleh karena itu agar tidak menimbulkan
kejenuhan bagi para pembaca dan dapat memahami makna yang tersirat dalam sebuah
novel, dilakukan sebuah pendekatan yang bersifat struktural dengan mengkaji
unsur- unsur instrinsik di dalamnya. terlebih
sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dituntut agar bisa
memahami secara mendalam keterkaitan antar unsur- unsur tersebut serta makna
yang terkandung secara keseluruhan.
Dalam
rangka mempraktekkan pemahaman tentang pendekatan objektif struktural,
dilakukan pengkajian unsur- unsur instrinsik sebuah novel “Di Bawah
Kebesaran-Mu Hamba Takluk” karya Taufiqurrahman Al-Azizy yang bersifat religius untuk
memenuhi kriteria pencapaian nilai dengan memahami makna yang tersirat serta keterkaitan antar unsur satu
dengan yang lainnya.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
tema novel Dibawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk ?
2. Bagaimana
alur dalam cerita novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk?
3. Bagaimana
penokohan dalam novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk?
4. Bagaimana
latar dalam novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk?
5. Bagaimana
sudut pandang dalam novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk?
6. Bagaimaba
bahasa yang digunakan dalam novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk?
7. Seperti
apakah pesan moral yang terkandung di dalam novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba
Takluk?
C. TUJUAN
a.
Kajian ini bertujuan memaparkan berbagai unsur
intrinsik yang membangun Novel Di Bawah kebesaranmu Hamba Takluk.
b.
Menunjukkan fungsi dan keterkaitan antarberbagai unsur
karya sastra yang secara bersama menghasilkan makna secara keseluruhan.
BAB II
PEMBAHASAN
KAJIAN
STRUKTURAL
Unsur-unsur instrinsik dalam novel Di Bawah
Kebesaran-MU Hamba Takluk
A. Tema
Tema yang
terdapat dalam novel ini adalah kehidupan anak seorang penjahat, dan sebagainya
yang begitu menderita , contoh dalam kutipan novel tersebut :
“kematian sang ibu yang baru saja
terjadimalah mengingatkan kembali kepada ayahnya yang sangat buruk menurut
semua orang di desa ini. Terngiang-ngiang jelas dibenaknya bagaimana
orang-orang berkata-kata tentang ayahnya : Sambodo itu tak pantas hidup di desa
ini. Sambodo itu penjahat, tukang tipu, tukang mabuk, pencuri, perampok, pemerkosa
wanita. Semua itu dikatakan oleh orang-orang tentang ayahnya. Hatinya sakit,
hatinya tak terima. Perih. Sangat perih”(hal 27).
Dari kutipan
diatas menjelaskan penderitaan Arya yang selalu mendapatkan cacian dan hinaan
dari orang- orang disekitarnya yang mengatakan bahwa ia adalah anak dari
seorang penjahat yang semasa hidupnya sering membuat keresahan sehingga tak
pernah ada yang memperdulikan dan mendekati Arya kecuali Pak Rustam. Mereka
berpikir bahwa dengan membiarkan Arya seperti itu, itu adalah bagian pembalasan
yang pantas Arya dapatkan atas perbuatan ayahnya semasa hidupnya. Begitulah
penderitaan yang di alami oleh Arya atas perbuatan para warga yang memiliki
hati dipenuhi dengan dendam.
Tema yang
diangkat dalam novel tersebut termasuk tema tradisional yang mengangkat
beerbagai masalah tradisional contohnya saja kebenaran dan keadilan mengalahkan kejahatan, tindak kejahatan walau
ditutup- tupi akan terbongkar juga. Seperti dalam novel tersebut bahwa
kebencian para warga terhadap Arya yang menimbulkan berbagai tuduhan, padahal Arya sama sekali
tidak bersalah. Seiring berjalannya waktu warga mengetahui bahwa semua itu
adalah hasutan dari Suhemi agar para warga membenci Arya, Suhemilah yang bersalah
seperti dalam kutipan novel “ Ya, kini semuanya menjadi je;las. Suhemilah biang
dari semua ini. Suhemilah dalang dari semua ini”(hal 257).
B. Pemplotan
Peristiwa,
Konflik dan Klimaks
Peristiwa yang terdapat dalam novel
tersebut adalah peristiwa fungsional yaitu peristiwa yang menentukan dan atau
mempengaruhi perkembangan plot, seperti dalam novel tersebut disebutkan bahwa
perbuatan ayahnya Arya ketika ia masih hidup yaitu berdampak dalam kehidupan Arya
pada masa sekarang menjadikan rangkaian peristiwa dalam cerita tersebut terus
berkembang. Konflik yang terdapat dalam novel adalah konflik eksternal yang
berupa konflik sosial yaitu masalah yang timbul karena adanya hubungan sosial
dengan sesama manusia seperti dalam novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk
konflik yang terjadi yaitu ketika ibunya Arya meninggal setelah ayahnya yang
meninggal pada beberapa tahun silam, tak ada yang memperdulikan Arya pada saat
itu keculai Pak Rustam, begitu banyak cemoohan dari warga sekitar terhadap Arya
karena ayahnya adalah seorang penjahat keji, terlebih lagi ada seorang warga
yang begitu membenci Arya yaitu Suhemi, ia selalu menghasut warga agar membenci
Arya. Selain itu, konflik internal atau kejiwaan juga dialami oleh Arya yaitu
ia selalu bertanya-tanya apakah benar ayahnya adalah seorang pembunuh seperti
yang dikatakan semua orang, tetapi mengapa ayahnya yang ia kenal adalah sosok
yang baik dan begitu menyayanginya. Pemasalahan mulai memuncak yaitu dengan
hasutan Suhemi kepada warga bahwa Aryalah yang membunuh Sukatman sehingga warga
menyerang Arya di rumah Pak Rustam, terjadi perkelahian antara warga dan
anak-anak Pak Rustam mereka digiring ke kantor polisi dan akhirnya para warga
mengetahui bahwa Arya tidak bersalah tetapi Suhemilah dalang dari semua ini,
terjadi lagi konflik tambahan yaitu Mustofa mengetahui bahwa pembunuh ayahnya
adalah Sambodo ayah Arya, Mustofa begitu tidak percaya dan terpukul bahwa
kematian ayahnya karena dibunuh oleh ayah sahabat terdekatnya. Mustofa begitu
marah dan kesal kepada Arya hingga ia menantang Arya untuk berkelahi dan
memukul Arya dengan bertubi- tubi dan pada akhirnya ia sadar bahwa Arya tidak
bersalah sehingga mengikhlaskan kepergian ayahnya dan segera meminta maaf
kepada Arya.
Penahapan
Plot
1. Tahap Awal
Cerita dibuka dengan pengenalan
situasi, kesedihan Arya seorang anak yatim yang telah ditinggal ibunya setelah
beberapa tahun silam ayahnya meninggal. Ia begitu terpukul dan amat bersedih
dengan kepergian ibunya, ia tak punya siapa- siapa lagi ,hanya air mata yang
menemaninya saat ini. Seperti dalam kutipan novel “ kedua matanya berkaca-kaca.
Peci putih pemberian kia langgar ia pegangi dengan tangan kananya. Peci itu
tampak kumal, terkotori tanah dan basah oleh air mata. Tak ada yang mampu
memahami rahasia kepedihan yang tengah disandangnya di balik kedua matanya yang
basah itu.” (hal 19)
2. Tahap tengah
Konflik terjadi ketika Arya tak mempunyai
siapa-siapa lagi dan tak ada yang memperdulikannya, bahkan berbagai hinaan dan
cemoohan ia dapatkan karena ia adalah anak Sambodo penjahat keji yang semasa
hidupnya begitu membuat keresahan. Ada
seorang warga yang begitu membenci Arya dan menghasut para warga agar turut
membenci Arya. Akibat hasutan seorang warga yang bernama Suhemi, permasalahan
mulai memuncak ketika warga menyerang Arya di rumah Pak Rustam karena mereka
menyangka bahwa Arya adalah penyebab kematian Sukatman seorang warga desanya.
Terjadi perkelahian antara warga dengan anak asuh Pak Rustam dan Nano sehingga
mereka digiring ke kantor polisi. Setelah itu terjadi konflik tambahan dengan diketahuinya
bahwa pembunuh Ayah Mustofa adalah Sambodo ayahnya Arya, Mustofa begitu marah
terhadap Arya.
3. Tahap Akhir
Permasalahan mulai mereda ketika
anak- anak pak Rustam serta para warga mengetahui bahwa Arya tidak bersalah
karena Arya adalah korban dari hati yang memiliki kedengkian, para warga sadar
bahwa semua itu adalah ulah Suhemi yang selalu menghasut mereka dengan berbagai
tuduhan yang ditujukan kepada Arya. Anak-anak Pak Rustam seperti Nano dan Nevi
pun meminta maaf kepada Arya, sehingga Arya mulai mempunyai semangat dan tidak
bersedih lagi. Begitu juga Dengan
kematian ayahnya, Mustofa menyadari bahwa Arya tidak bersalah dan mengikhlaskan
kepergian ayahnya. Seperti dalam kutipan novel
“Aku ikhlas, Arya. Kau sahabatku. Maafkan aku !”
Arya merangkul kuat-kuat tubuh Mustofa. Keduanya pun
menangis tersedu-sedu.”
Dalam
rangkaian peristiwa itu menjelaskan bahwa cerita diawali dengan tahap
pengenalan (eksposisi) kemudian terjadi konflik dan puncak permasalahan
(klimaks) yang menimbulkan suatau pemecahan masalah dan penyelesaian.
Pembedaan
Plot
Secara garis besar peristiwa
berdasarkan kriteria urutan waktu dalam novel ini merangkaikan peristiwa dengan
lurus sesuai dengan kronologis, akan
tetapi ada terjadi pengulangan balik dalam rangkaian peristiwanya yang
mengisahkan masa lampau sehingga plot dalam novel Di Bawah Kebesaran-MU Hamba
Takluk termasuk plot campuran, contoh kutipan dalam novel tersebut :
Hal 23 : “ Waktu begitu cepat berlalu. Rasanya, ia
masih mendengar sang ibu berkata lirih ditelinganya”.
Hal 28 : “Arya teringat kejadian di suatu malam. Saat
itu, entah sudah pukul berapa, Sambodo pulang membawa sebuah kantung berwarna
gelap”.
Hal 384 : “ lalu, orang itu bercerita, “seperti biasa,
usai dari tempat kerja, kami biasanya akan duduk- duduk sebentar melepas lelah
di warung Mpok Halimah”.
Dari penggalan
tersebut menjelaskan bahwa rangkaian peristiwanya tidak hanya diuraiakan secara
lurus tetapi terdapat adegan-adegan sorot balik . Berdasarkan pembedaan plot kriteria jumlah plot dalam novel
tersebut termasuk plot-subplot karena memiliki lebih dari satu alur cerita yang
dikisahkan yaitu terdapat beberapa rangkaian peristiwa serta tokoh utama yang diikuti
oleh tokoh-tokoh yang lain. Berdasarkan kriteria kepadatan novel tersebut
memiliki plot padat karena cerita di dalam novel tersebut disajikan secara
cepat dan peristiwa yang satu berkaitan dengan peristiwa- peristiwa yang lainnya.
Berdasarkan kriteria isi novel ini termasuk plot peruntungan karena di dalamnya
terdapat pengungkapan nasib pada tokoh utama seperti Arya sebagai anak yatim
yang selalu mendapatkan cemoohan dari para warga.
C. Penokohan
Penokohan
ialah tokoh-tokoh dan karakteristik yang diperankan oleh para tokoh, pada
kajian penokohan akan dijelaskan mengenai para tokoh yang berperan dalam novel
Di Bawah Kebesaran-MU Hamba Takluk :
1. Arya adalah tokoh utama (protagonis) yang mempunyai sifat
baik, cerdas, jujur ,tetapi terkadang Arya bersifat pesimis, pemurung dan
pemarah karena sudah tak tahan lagi atas perlakuan warga terhadapnya.
2. Mustofa
adalah tokoh tambahan yang mendukung Arya sebagai tokoh utama, ia mempunyai
tokoh cerdas, baik, periang , rendah hati selalu berpikir bijak dalam
menyelesaikan suatu masalah.
3. Ngadnan adalah anak asuh Pak Rustam yang
mempunyai watak lembut halus, dan penyabar
. meskipun ia adalah anak yang tidak mengetahui identitas orang tuanya tetap ia
selalu bersabar.
4. Pak Rustam
adalah seworang tokoh yang berwatak baik, dermawan , bijaksana, penyayang
terhadap sesama terutama anak yatim, rendah hati dan penolong karena dalam
novel tersebut disebutkan bahwa Pak Rustam memberikan pendidikan kepada mereka
tanpa mengharapkan imbalan.
5. Bu Rustam
adalah seorang tokoh yang berwatak baik, ia begitu perhatian terhadap
anak-anaknya dan juga anak asuhnya, penyayang, serta taat kepada suaminya.
6. Nano adalah
seoang anak Pak Rustam yang berwatak baik, tetapi terkadang ia bersikap keras
seperti memukul, menendang dengan sifat pemberaninya.
7. Nevy adalah
anak dari Pak Rustam ia mempunyai watak manja, sedikit keras kepala, mudah
terpengaruh oranglain tetapi sebenarnya ia berwatak baik.
8. Ustadz
syu’eb adalah seorang DAI yang sangat populer, ia begitu menyenangkan, humoris,
pandai dan cakap dalam berbicara sehingga ceramahnya banyak disukai oleh warga.
9. Sambodo
adalah ayah Arya yang sudah meninggal, ketika masa hidupnya dia selalu membuat
keresahan dengan sifat jahatnya seperti pemberontak, perampok, pembunuh,
pemerkosa bahkan pemeras yang selalu mengambil harta benda yang bukan miliknya.
10. Rusminah adalah
ibu Arya yang mempunyai sifat penyabar yaitu ia selalu sabar dengan segala hal
buruk yang menimpanya, ia juga mempunyai sifat penyayang terhadap anaknya.
11. Sarman
adalah anak asuh Pak Rustam , ia begitu membenci kakek dan neneknya, apalagi
ayahnya karena ayahnya meninggalkan ia sejak kecil, ia juga begitu dendam
terhadap Ayahnya sendiri.
12. Nugroho
adalah anak asuh Pak Rustam ia berwatak baik, peduli terhadap teman- temannya
karena ketika temannya sedang sedih ia selalu ada untuk menghibur.
13. Heni adalah
anak asuh Pak Rustam yang jarang sekali muncul dalam cerita, ia berwatak baik,
selalu memberikan nasihat kepada nevy.
14. Wati adalah
anak asuh Pak Rustam dalam cerita ia tidak terlalu berperan, namun ia adalah
anak yang penurut kedua orangtua angkatnya.
15. Suhemi
adalah seseorang yang berwatak jahat (antagonis) karena ia selalu iri, dengki,
dendam, benci terhadap Arya, bahkan ia melakukan berbagai hal untuk menghasut
warga membenci Arya.
16. Pak kosim
adalah seorang warga mempunyai sifat pemberani dan pemarah karena ia adalah
orang yang melabrak Arya dan menyuruh untuk membongkar Wc-nya.
17. Ngatno adalah
seorang warga yang mempunyai sifat kurang baik karena ia mudah terpengaruh oleh
orang lain, jahat, berani dalam hal yang tidak baik contohnya saja ia ikut
melabrak Arya dengan Pak Kosim.
18. Kardi adalah
seorang anak buah Suhemi yang mempunyai sifat iri, dengki, benci, terhadap Arya
serta mudah terpengaruh oleh hasutan Suhemi.
19. Sukatman
adalah orang yang melempari rumah Arya dengan keriil, ia ikut- ikutan hal itu
karena terpaksa agar ia bisa membeli obat jantung penyakit yang dideritanya
saat kecil, tetapi sebenarnya ia mempunyai sifat yang baik dan tidak pernah mau
melakukan hal itu.
20. Pakde
Mustofa ia mempunyai sifat penyayang karena ia begitu menyayangi Mustofa
sebagai keponakannya.
21. Bude Mustofa
ia juga begitu menyayangi Mustofa meskipun ia merasa kesal dan ingin membalas
perbuatan Sambodo ayah Arya yang telah membunuh ayah Mustofa.
22. Mukhlasin
adalah orang yang memberi kabar tentang kematian ayah Mustofa, ia begitu
membenci Arya.
23. Subandi
adalah orang yang ikut melempari rumah Arya dengan Kardi dan Ngatno, ia
mempunyai watak yang tidak baik karena kebenciannya terhadap Arya membuatnya melakukan
hal- hal yang tidak baik.
Berdasarkan penokohan di atas dapat
digolongkan pembedaan tokoh sebagai berikut :
1.
Tokoh utama dan tokoh tambahan
Arya adalah tokoh utama dalam cerita
tersebut karena secara keseluruhan dalam cerita di atas menceritakan Arya.
Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh selain Arya yang perannya hanya beberapa
kali dimunculkan apabila bersangkutan dengan tokoh utama.
2.
Tokoh protagonis dan antagonis
Tokoh protagonis dalam novel Dibawah
Kebesaran-MU Hamba Takluk adalah Arya karena mempunyai watak yang baik yang
secara tidak langsung menyampaikan pesan-pesan moral, sedangkan tokoh antagonis
utama adalah Suhemi karena ia mempunyai watak yang jahat, iri, dengki terhadap
Arya bahkan tokoh antagonis tambahan lainnya berwatak sama terhadap Arya
contohnya saja seperti : Pak Kosim,
Ngatno, Kardi, Subandi, Mukhlasin.
3.
Tokoh sederhana dan tokoh bulat
Tokoh sederhana dalam novel tersebut
adalah Suhemi karena hanya memiliki satu sifat dan tidak mengalami perubahan
kepribadian yaitu ia selalu jahat kepada Arya dengan menghasut para warga agar
membenci Arya. Tokoh lain seperti Pak Rustam dan Bu Rustam juga termasuk tokoh
sederhana karena dari awal cerita hingga akhir cerita ia tetap mempunyai watak
yang baik yang selalu peduli terhadap Arya.
Sedagkan tokoh bulat dalam novel
tersebut adalah Arya, Musofa, Nano, Nevy. Karena dalam novel tersebut diungkapkan
bawa Arya adalah anak yang baik tetapi pada saat ia tak kuat lagi menahan
cemoohan dan hinaan orang-orang ia berubah menjadi pemurung, pemarah, pemberani
dan pemberontak, tetapi dengan dorongan dan nasihat dari teman-temannya ia
menjadi semangat kembali dan tidak menjadi pemberontak lagi. Sedangkan Nano dan
Nevy pada awal cerita mereka begitu membenci Arya sebagai anak dari seorang
penjahat tetapi dengan berjalannya waktu mereka menyadari bahwa Arya tidak
bersalah merekapun tidak membenci Arya lagi dan segera meminta maaf kepada
Arya.
4.
Tokoh tipikal dan tokoh netral
Tokoh tipikal dalam novel tersebut adalah Pak Rustam karena sedikit ditampilkan
individualitasnya tetapi lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaannya, ia
yang mempunyai watak bijaksana selalu bersikap adil dalam suatu permasalahan,
contohnya saja ketika warga menyerang Arya yang berada di rumahnya, ia
menyikapi dengan begitu bijaksana agar para warga bisa meredam emosinya.
Tokoh netral dalam novel tersebut adalah Arya karena ia adalah tokoh yang
benar- benar bereksistensi dalam cerita tersebut, Bahkan dalam keseluruhan cerita
Arya begitu sangat Berperan.
Teknik penulisan tokoh dalam novel tersebut adalah teknik dramatik yaitu
dengan tidak menjelaskan secara ekspilisit sifat dan sikap tingkah laku tokoh.
Secara tidak langsung, sifat sikap tingkah laku tokoh diuraikan melalui teknik
tingkah laku tokoh dengan cara menunjukan watak dengan suatu perbuatan atau tindakan.
Contoh dalam kutipan novel “ Arya nekat. Napasnya mendengus-dengus.
Langkah-langkah kakinya cepat menuju ladang milik Kardi, membuatnya berpapasan
dengan satu dua orang penduduk. Begitu penduduk itu melihat Arya yang bereseragam
itu mengacung-acungkan gobangnya, wajah mereka berubah. Sesuatu pasti terjadi
pada anak itu, pikir mereka”.(hal 205). Secara tidak langsung ini menunjukkan
bahwa watak Arya yang pemarah dan pemberontak ketika sudah tak bisa lagi
menahan emosi karena Wc-Nya dirusak oleh Kardi, meskipun sebenaranya Arya
adalah anak yang baik.
D.
Pelataran
a. Latar Tempat
Dalam novel Di Bawah Kebesaran-MU Hamba Takluk yaitu melibatkan tempat yang
begitu beragam misalnya di sebuah desa Wringanom yang merupakan wilayah/ tempat
tinggal Arya. Di desa itu ada beberapa
tempat yang menjadi latar novel ini yaitu rumah Arya, Rumah Pak Rustam, sekolah
Arya, Makam orangtua Arya, ladang kacang tempat perkelahian Arya dengan Kardi,
rumah sakit tempat Arya di rawat, rumah Pak Suhemi dan kantor polisi. Namun,
latar yang terdapat dalam novel tersebut tidak diseskripsikan dengan detail
sehingga penunujukkan tempat tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan
alur dan tokoh dalam cerita tersebut.
b. Latar Waktu
Waktu yang terdapat pada novel ini dimunculkan seperti dalam kehidupan
sehari- hari contoh seperti dalam novel disebutkan waktu pagi ketika Arya pergi bersama
teman-temanya ke sekolah, siang hari terjadinya perkelahian Arya dan Kardi di
ladang kacang, dan malam hari Arya pergi ke makam orangtuanya dengan perasaan
yang sedih. Lama waktu cerita dalam novel tersebut cukup panjang dengan
peristiwa- peristiwa dramatik fungsional yang dituangkan dalam novel cukup
tebal dengan 426 halaman.
c. Latar Sosial
Latar sosial yang terdapat dalam novel ini yaitu hubungan antar masyarakat. Masyarakat desa
Wiringanom bersikap tidak baik kepada seorang anak yatim yang bernama Arya,
mereka begitu membenci Arya karena Arya adalah anak seorang penjahat. Sehingga
mereka beranggapan bahwa Arya juga penjahat karena mengalir darah penjahat
dalam dirinya sehingga pantas untuk mendapatkan balasan seperti itu, padahal
Arya adalah anak yang baik meskipun ia berasal dari keluarga yang kurang mampu.
Di dalam novel ini juga ditemukan latar sosial dengan adat yang berlaku di desa
Wringanom yaitu bila ada kematian salah satu warganya maka pada malam hari kaum
laki- laki mendatangi rumah duka untuk membacakan tahlil kurang lebih empat
puluh hari. Seperti dalam kutipan novel “Adat yang berlaku di pedesaan ini,
sebagaimana umumnya masyarakat di wilayah Purwodadi, bila ada kematian maka
muncul keramaian sebagai bagian dari prosesi ikut berbelasungkawa.”(hal 60).
E.
Penyudut Pandangan
Sudut pandang yang terdapat
dalam novel tersebut adalah sudut pandang pesona ketiga yaitu pengarang yang
berada diluar cerita yang serba mengetahui, hal ini ditunjukkan dengan
pengarang menceritakan tokoh- tokoh dengan menyebut nama dan kata ganti ia,
dia, mereka pengarang juga serba mengetahui tokoh- tokoh dalam cerita
tersebut dengan dapat menceritakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh. Contoh kutipan dalam novel
tersebut “ Arya telah kehilangan kendali. Mustofa tak juga menampakkan diri,
Ngadnan seakan enggan untuk menyambanginya ke rumah. Nano sudah mendengar Arya
yang menghajar Kardi”. (Hal 222).
F.
Bahasa
Penggunaan bahasa dalam
novel Di Bawah Kebesaran-MU Hamba Takluk begitu beragam yaitu menggunakan unsur
retorika karena pengarang menggunakan pemilihan bentuk dan makna kata, penggunaan
pada bentuk kalimat, penggunaan bahasa kias, pemanfaatan citraan yang disesuaikan dengan situasi dan tujuan
penuturan. Gaya bahasa yang digunakan tidak sulit untuk dipahami sehingga dapat
menggambarkan unsur- unsur yang membentuk
cerita tersebut dengan jelas. Pemilihan gaya bahasa, kata, dan
penataan kalimat sehubungan dengan makna dan suasana menimbulkan efek yang
beragam. Pengarang lebih memilih penggunaan gaya bahasa itu karena, pengarang
ingin berusaha meyakinkan atas peristiwa yang terjadi. Contoh dalam kutipan
novel tersebut “ Gundukan tanah di depannya masih basah, seakan-akan harus
dimandikan dengan air matanya. Tak ada siapapun di sini,kecuali anak itu dan
seorang lelaki yang berdiri termangu di belakangnya, di antara nisan- nisan
kuburan yang mengigil sunyi dan kedinginan.”( Hal 20).
Selain unsur retorika seperti yang disebutkan di atas, dalam novel tersebut
juga terdapat kohesi berupa kata sambungan yang digunakan seperti “dan, tetapi,
mereka, sebab, bahwa, jika, maka, oleh karena itu”. Dengan penggunaan kohesi tersebut cerita
menjadi lebih estetik.
Percakapan dalam novel tersebut menggunakan narasi dan dialog yang hadir
secara bergantian sehingga tidak membosankan, digunakan narasi untuk penceritaan
tentang unsur- unsur yang terkait dengan penuturan secara singkat sedangkan
percakapan digunakan agar pembaca mengetahui sendiri kata yang digunakan
tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita yang sudah bersifat umum agar
menimbulkan variatif dengan keterkaitan satu sama lain . Contoh kutipan dalam
novel :
Arya pernah
bertanya kepada sang ibu perihal ayahnya
“Benarkan
ayah seorang penjahat, Bu?”
Seraya
menahan keperihan yang menyiksa, sang ibu mengelak, “siapa yang bilang begitu,
Arya?”
“Mereka. Mereka semua mengatakan
Ayah penjahat, Ayah itu jahat.”
“Itu tidak benar.”
“Tetapi, mereka selalu berkata
begitu?”
“Jangan dengarkan mereka. Kasihan
ayahmu di alam baka.”
Arya menelan ludah.
Dan, sejak saat itu, ia tak berani lagi bertanya perihal almarhumah ayahnya
kepada sang ibu. (Hal 30)
G.
Moral
a.
Jenis ajaran moral yang terkandung dalam novel Di
Bawah Kebesaran-MU Hamba takluk berupa nilai yang tercermin dari sikap manusia
terhadap sesama yaiu :
·
Sebagai umat manusia kita tidak boleh mempunyai sifat iri
dan dengki karena dengan sifat tersebut bisa menimbulkan perilaku berbahaya
terhadap seseorang yang dibenci contohnya saja dalam novel tersebut yaitu Suhemi
yang mempunyai sifat iri dan dengki terhadap Arya. Ia selalu membuat cara agar
warga membenci Arya, pada akhirnya semua
orang mengetahui bahwa Arya tidak bersalah dan Suhemilah yang selalu menghasut
para warga untuk melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya terhadap Arya.
·
Kita harus memperdulikan sesama umat manusia tanpa
memandang latar belakangnya seperti dalam novel tersebut tercantum meskipun
Arya adalah anak seorang penjahat tetapi kita harus memperdulikannya ketika ia
tak mempunyai orangtua lagi.
Ajaran moral
hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri :
·
Seseorang bisa menjadi pandai bukanlah soal keturunan
tapi kegigihan yang dilakukan contohnya saja seperti Arya, dia adalah anak yang
pintar karena kegigihannya dalam belajar.
·
Belajar memaafkan kesalahan orang lain seperti dalam
novel tersebut disebutkan bahwa begitu banyak orang yang membenci Arya termasuk
Nano dan Nevy anak Pak Rustam, tetapi Arya memaafkan kesalahan mereka dan tidak
pernah mempunyai rasa dendam. Mustofa yang ayahnya dibunuh oleh ayahnya Arya
pada akhirnya ia memaafkan Arya dan mengikhlaskan kepergian ayahnya.
b.
Pesan religius
Selain kajian moral yang bersifat sosial dalan novel tersebut juga
ditemukan banyak Pesan religius karena novel ini mengangkat cerita dengan
nilai-nilai keagamaan dengan mencantumkan ayat-ayat al-Quran diantaranya yaitu
:
·
Seorang tidak bisa memilih dari siapakah ia lahir dan
dari jenis bagaimanakah kedua orang tuanya seperti dalam kutipan novel “
Dikatakan pula dalam kitab suci : Adapun
tanah yang baik, tanaman- tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan
tanah yang gersang, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah
mengulang tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur”(hal
38). Arya memanglah anak seorang penjahat tetapi ia tidak bisa memungkiri
takdir bahwa ia adalah anak Sambodo penjahat keji itu, maka hari- hari ia
jalani dengan penuh kesabaran.
·
Sebagai umat manusia kita harus menyantuni anak yatim
dan tidak boleh menghardik anak yatim karena itu sama saja dengan menghardik
anak yatim, dalm kutipan novel : “Pak Rustam membaca ayat-ayat al-Qur’an : tahukah kamu orang yang mendustakan Agama,
itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan
kepada orang miskin”. (Hal 253-254). Bayak warga yang begitu benci kepada
Arya, bahkan mereka mencemooh dan menghina Arya tanpa menyadari bahwa perbuatan
mereka sama saja mendustakan agama.
·
Seorang muslim tidak boleh mempunyai rasa dendam
terhadap sesama, karena bersabar lebih baik daripada kita melakukan balasan.
Dalam kutipan novel “Arya membaca sebuah ayat: Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang
sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar,
sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”(hal 123)
Arya yang terkadang merasa kesal terhadap orang-orang yang mencemoohnya tetapi
ia memilih untuk bersabar dan tidak membalas perbuatan mereka.
·
Meskipun orang tuanya begitu jahat, tetapi anak yang
dilahirkannya tetap dalam keadaan suci, tak menanggung dosa dan kesalahan dari
orangtuanya, setiap orang akan bertanggung jawab sendiri-sendiri. Dalam kutipan
novel “ seperti yang difirmankannya Barang
siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya ia berbuat
untuk (keselamatan) dirinya sendiri ; dan barang siapa yang sesat maka
sesungguhnya ia tersesat bagi (kerugian)dirinya sendiri. Seorang yang berdosa
tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan mengazab sebelum kami
mengutus rasul.”(112)
Meskipun Arya
adalah anak Sambodo yang begitu jahat tetapi ia tidak bersalah dan tidak harus
menerima balasan atas perbuatan ayahnya.
·
Kita tidak boleh menghina orang yang telah meninggal
dunia contohnya seperti Sambodo karena ia ia telah mendapatkan balasan atas
perbuatannya sendiri. Dalam kutipan novel “Tetapi
ia menghina bapak saya, pak. Padahal, bapak saya telah meninggal dunia. Saya
selalu ingat hadits yang saya dapat dari
Pak Amin, guru agama, Jangan kalian
menghina orang-orang yang telah meninggal dunia, karena mereka telah sampai
pada apa yang mereka persembahankan (amalkan)”(hal 159).
c.
Teknik penyampaian
Teknik penyampaian yang digunakan
oleh pengarang dalam menyampaikan pesannya bersifat tidak langsung karena dalam
penyampaian moral digambarkan melalui sikap dan tingkah laku tokoh dalam
menghadapi peristiwa konflik, baik yang terlihat dalam tingkah laku verbal
maupun terlintas dalam pikiran, perasaan tokoh dan lebih sering pesan tersebut
disampaikan melalui teknik percakapan
yang dilakukan oleh antartokoh, para pembaca tidak bisa langsung memahami pesan
yang ingin disampaikan oleh pengarang sehingga harus melibatkan penafsiran dan
pemikiran pembaca untuk mengetahui pesan yang tersirat.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Melakukan pengkajian novel dengan
kajian struktural memang cukup rumit, selain memerlukan waktu yang banyak juga
diperlukan pemahaman tentang unsur-unsur instrinsik lebih mendalam, di samping
itu melakukan kajian struktural juga mempunyai manfaat dengan memberikan
pengalaman terhadap individu yang melakukan pengkajian serta lebih memahami
makna yang terkandung dalam novel.
Begitu banyak unsur yang ditemukan
dalam novel Di Bawah Kebesaran-MU Hamba Takluk, unsur-unsur tersebut berkaitan
satu sama lain dan mempunyai peran dalam cerita. Akan tetapi peran yang lebih
penting adalah unsur penokohan dan juga alur cerita yang menjadikan cerita
lebih menarik dengan konflik yang disajikan dan perkembangan watak tokoh.
Unsur- unsur tersebut menjadikan sebuah karya sastra lebih estetis.
B.
SARAN
Diharapkan para pembaca lebih memahami
makna yang terkandung dalam novel Di Bawah Kebesaran-Mu Hamba Takluk, hendaknya
pembaca tertarik untuk melakukan pengkajian struktural yang lebih mendalam
terhadap sebuah novel untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam proses
pengkajian karya sastra. Dengan keterbatasan saya sebagai penulis mengharapkan
kritikan yang bersifat membangun untuk memacu perbaikan dalam proses mengkaji
sebuah karya sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiantoro, Burhan. 1955 .Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Tirto, Suwendo. 2001. Analisis Struktural salah
satu model pendekatan dalam penelitian sastra” dalam metodologi penelitian
sastra Jobrahim (Ed). Yogyakarta: PT. Hanindita Grahamedia.
SINOPSIS NOVEL
Arya adalah seorang anak yatim yang
tinggal bersama ibunya di Desa yang
bernama Wringinanom. Ibunya sakit parah , keadaannya yang miskin itu membuat
sakit ibunya semakin parah karena tak bisa berobat sampai menemui ajalnya .
kehidupan ia sangat memilukan karena tidak ada tetangga atau warga setempat yang peduli terhadap Arya
karena ia adalah anak Sambodo seorang penjahat yang keji, meskipun Arya adalah
anak yang baik tetapi semasa hidupnya Sambodo selalu meresahkan warga bahkan
Sambodo meninggal karena ditembak oleh polisi . Ia semakin merasa tertekan dan amat sedih kepada siapa
lagi ia harus bersandar ,harus besama siapa lagi ia menjalani kehidupannya.
Setelah ibunya meninggal, ia tak mau beranjak dari atas kuburan ibunya. Ia
menangis sambil memeluk nisan ibunya, tetapi seorang lelaki tua menghampiri
Arya dan menenangkan hati Arya hingga Arya memeluk erat tubuh lelaki itu.
Lelaki tua itu adalah seorang yang begitu dermawan yaitu Pak Rustam ia selalu
mengasuh anak-anak yatim yang memerlukan bantuan. Ia begitu ikhlas dan tak
pernah meminta imbalan sedikitpun, ia adalah orang kaya dengan hektaran
tanahnya. Di Rumahnya Ia mempunyai delapan orang anak asuh, empat anak
laki-laki dan empat anak perempuan. anak asuh pak Rustam diantaranya Mustofa,
Ngadnan, Sarman, Nugroho, Indri, Fitri, Wati. Mereka adalah anak-anak yatim yang berasal dari keluarga yang
berbeda. Pak Rustam bukan hanya mendidik serta membiayai mereka tetapi
anak-anak yatim itu di sekolahkan. Ia juga mempunyai dua orang anak yaitu satu
orang laki-laki bernama Nano dan seorang perempuan yang bernama Nevy. mereka
hidup dengan rukun. Pak Rustam pun berniat untuk menyuruh Arya tinggal
dirumahnya, tetapi Nevy mendengar dari warga Arya adalah anak seorang pembunuh
yaitu Sambodo Ia tidak ingin jika sampai ayahnya membawa Arya ke rumah tentunya
ia tidak ingin hidup bersama dengan seorang anak pembunuh yang menakutkan
seperti serigala.
Kegelisahan Nevy menjadi kenyataan
ayahnya membawa arya ke rumahnya, tapi Nevy tetap saja tidak menerima Arya, ia
mengusir Arya dengan memanggilnya
serigala, “pergi kau serigala” . Arya hanya menangis mendengar cacian dan
ejekan seperti itu dan Ia semakin menunduk dengan hati yang amat sedih ia
berkata, “ Saya ingin pulang”, Pak Rustam tidak bisa berbuat apa-apa Arya
berlari ke luar. Keesokan harinya Pak Rustam hendak menemui Arya ,tetapi Arya
tidak ingin membukakan pintu untuk siapapun termasuk Pak Rustam. Hingga berhari-hari ia tidak keluar rumah dan mengurung diri, Pak Rustam merasa
khawatir dengan keadaan Arya, Pak Rustam
kebingungan bagaimana agar Arya bisa membukakan pintu bersedia menemuinya.
Akhirnya, Pak Rustam menyuruh Mustofa untuk menemui Arya dan membujuknya agar
ia mau membukakan pintu dan ingin bersekolah kembali, Mustofa berhasil membujuk
Arya hingga ia bersedia untuk membukakan pintu dan bersedia untuk bersekolah
kembali. Setelah mendengarkan pembicaraan Mustofa, Arya merasa mempunyai
semangat lagi. Arya kembali masuk sekolah dengan tampak lebih ceria dan ia tak
menujukkan bahwa dirinya sedang berduka ia bersikap seolah tidak terjadi
apa-apa. Keberangkatannya ke sekolah menjadi gunjingan warga yang tetap tidak
suka terhadap Arya dan tak pernah peduli akan perasaannya, juga keberadaannya
sebagai anak yatim.
Pada suatu hari Arya diajak
Musthofa, Ngadnan, Nugroho untuk pergi ke Mesjid dan Ia suka pergi ke Mesjid
setiap malam rabu. Sesorang Ustadz yang terkenal memberikan ceramahnya bernama
Ustadz Syu’eb dan menyampaikan ceramahnya dengan tema cinta dan air mata. Nevy
melontarkan sebuah pertanyaan “Adakah seorang jahat melahirkan anak yang jahat
ustadz?”. Ustadz Syu’eb menjawab “ Rasulullah bersabda bahwa setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, tetapi orang tuanyalah yang menjadikan ia
Yahudi atau Nasrani. Fitrah itu suci, jadi seseorang yang dilahirkan dari orang
tua yang berdosa tak akan pernah menjadi dosa kepada anaknya, anaknya tetap
suci dan sebuah perbuatan kan dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri, Nevy
seolah tak puas dengan jawaban dai Ustadz Syu’eb Ia bertanya kembali maksud
saya begini Ustadz “ Apabila bapaknya seorang penjahat, apakah anaknya pula
bisa jadi jahat, berdasarkan hukum keturunan?”.Ustadz syu’eb tentu saja
mengerti bahwa poertanyaan ini ditujukan kepada Arya , Ustadz Syu’eb menjawab
“sifat-sifat jahat bisa turun dari orang tua kepada anaknya, begitupula
sealiknya. Namun Islam tidak pernah mengatakan bahwa seorang orang tua yang
jahat akan melahirkan anak yang jahat
pula”. Warga semakin yakin bahwa dalam diri Arya mengalir darah seoang penjahat
dan Ia pun akan berbuat jahat seperti hukum keturunan yang telah disampaikan
oleh Ustadz Syu’eb. Pada waktu itu Arya semakin tunduk dengan perasaan yang
sedih dan merasa bahwa dirinya memanglah
seorang anak penjahat.
Pak Rustam sudah beberapa kali
mencoba agar Arya tinggal bersamanya, tetapi Arya tetap menolak dan memilih
untuk tetap tinggal di rumahnya. Arya
adalah anak yang cerdas ia memiliki sebuah gagasan untuk membuat WC dan sumur
serapan di belakang rumahnya karena Arya tidak memiliki WC atupun kamar mandi,
apabila ingin BAB ia selalu pergi ke sungai yang berada di dekat Desanya, dari situlah Arya berpikir
agar ia tak kesusahan lagi saat ingin buang hajat, tetapi warga merasa iri
terhadap Arya yang mempunyai gagasan untuk membuat WC dan Arya membuat WC hanya
dengan ditutup oleh kayu karena Arya tidak mempunyai dana untuk membangun WC
seperti halnya WC yang dimiliki oleh oranglain, banyak anak-anak yang menumpang
untuk BAB di WC Arya tapi karena WC yang hanya semi terbuka itu mengeluarkan
bau yang tidak sedap, warga sering mencium bau busuk dari WC Arya dan bau busuk
itu semakin menyengat, hingga pada suatu hari anak Pak Kosim yaitu Sarmila yang
sedang mengandung ketika makan ia muntah-muntah karena mencium bau busuk yang
mrenyengat dari WC Arya. Hingga Pak Kosim, Ngatno dan Kardi datang menemui Arya
agar ia membongkar WC-nya yang dianggap mencemari lingkungan, kalau Arya tak
mau mebongkar WC-nya, maka mereka yang
akan membongkarnya, tetapi Arya meminta kesempatan untuk memperbaiki WC-nya.
Arya kebingungan bagaimana cara memperbaiki WC-nya itu sedangkan ia tak
mempunyai dana. Pada sat itu Arya pergi ke rumah pak Rustam untuk meminta
bantuan tetapi Nevy menghalangi Arya untuk bertemu dengan Pak Rustam ia
menyuruh Arya untuk pergi dan tidak mengizinkan untuk bertemu dengan ayahnya,
Nano juga sebagai kakak Nevy merasa keberatan dengan kedatangan Arya Nano tidak
segan menendang Arya, Aryapun pergi dari rumah Pak Rustam dengan jalan
sempoyongan. Setibanya ia di Rumah melihat ke belakang Rumahnya, kakinya terasa
lemas seketika melihat WC-nya sudah rata dengan tanah . Arya merasa sedih
“mengapa WC-ku sampai dirusak? Apa salah dan dosaku pada mereka? hingga mereka
tega merusak Wcku? Apakah orang sepertiku tak berhak untuk memiliki WC ?
sepertinya mereka lebih senang jika
melihat aku kesusahan”. Arya bertanya-tanya dalam dirinya, dengan perasaan yang
kesal dan juga marah Arya yang masih menggunakan seragamnya pergi ke ladang
dengan membawa senjata tajam yaitu sebuah gobang yang dipakai untuk menyerang
Kardi Arya berteriak kepada Kardi sambil membawa gobang , Kardipun kaget dengan
kedatangan Arya yang sperti kesetanan, Arya bertanya “mengapa kau rusak WC-ku?”
“
Aku tak bermaksud merusak WC-mu aku hanya disuruh Pak Kosim”
“
tapi WC-ku sudah rusak, apa karena bau kau merusaknya?. Aku kan sudah bilang
akan memperbaikinya apa kau tidak melihat bahwa banyak anak-anak yang berak
sembarangan , bukan karna WC-ku yang bau”.
Kardi
ketakutan, Arya menghajar Kardi habis-habisan, ia mendengus-dengus dengan
kobaran api yang ada dalam jiwanya , Warga melerai perkelahian itu mungkin jika
tidak ada yang melerai Kardi akan menghembuskan nafas terakhirnya. Warga
semakin membenci Arya karena perkelahiannya dengan Kardi, terlebih lagi Arya
pernah memukuli kakak kelasnya yang mengejek dan menghina Arya sebagai anak
pembunuh. Kebencian warga terhadap Arya semakin menjadi jadi, “benar saja anak
penjahat itu akan melahirkan anak yang jahat pula seperti Arya, yang dalam
darahnya mengalir darah pembunuh”.
Setelah kejadian itu, Arya mengunci
rapat rumahnya ia tak ingin menemui siapapun ia tidak sekolah, Arya merasa
terpuruk dan semangatnya menjadi hilang seketika terlebih lagi Musthofa
sahabatnya pergi ke kota untuk mencari informasi tentang penyebab kematian
Ayahnya yang tidak wajar. Sudah beberapa malam rumah Arya diteror oleh dua orang
yang selalu melemapari genting rumah Arya dengan kerikil, Arya berhasil
memergoki dua orang itu dan menggebuginya dengan sebuah tongkat. Keesokan
harinya Sukatman sakit dan warga menyangka itu karena Arya yang sudah
memukulinya dengan tongkat. Bukan hanya Arya yang kecewa dengan rusaknya WC
Arya tetapi Musthofa juga merasa kecewa ,sepulangnya Musthofa dari kota ia
mendengar bahwa beberapa hari ini Arya mengurung dirinya ia pun memikirkan cara
agar Arya tidak mengurung diri lagi, Musthofa mencoba berbicara kepada Nevy dan
Nano bahwa Arya tidak salah, Arya adalah anak yang baik dan juga cerdas hanya
karena pandangan warga terhadap Arya bahwa Arya adalah anak Sambodo penjahat
keji itu, sehingga apapun yang dilakukan Arya selalu salah dimata mereka , Arya
hanya merasa tertekan dan Musthofa mengajak
agar Nevy dan Nano untuk menemui dan meminta maaf kepada Arya , mereka
pun bersedia untuk menemui Arya bersama Pak Rustam serta Pak Effendi kepala
sekolah Arya. Arya tetap mengurung dirinya tetapi Musthofa terus membujuk
dengan memberikan motivasi tentang spirit maulana seorang pemuda yang miskin
tapi berprestasi, Arya bersedia untuk menemui mereka, wajahnya terlihat pucat
dan lemas ia tak berdaya sama sekali dan pada akhirnya Pak Rustam bersama
anak-anaknya membawa Arya ke Rumah sakit dan beredar kabar pada saat itu sakit
Sukatman semakin parah dan berbagai tudingan warga ditujukan kepada Arya
Setelah beberapa hari Arya di rumah
sakit, akhirnya Arya kembali sehat seperti semula. Semangatnya pun kembali
menyala-nyala kini ia tak sedih lagi karena WC-nya, Nano dan Nevy sudah tidak
membencinya lagi, Nevy meminta maaf kepada Arya bahwa selama ini ia telah
berbuat dzolim kepadanya, dan mengakui bahwa Nevy telah keliru terhadap Arya
yang tidak jahat bahkan tidak pernah berbuat jahat kepadanya , Arya bersedia
memaafkannya. Benih-benih perhatian muncul diantara mereka Nevy baru menyadari
bahwa Arya adalah seorang pemuda yang tampan. Begitupula Musthofa menyadari
bahwa ia menyukai Nevy. Tetapi pada akhir-akhir ini Musthofa sering melamun dan
lebih suka menyendiri, itu karena kedekatan Arya dengan Nevy, Musthofa berusaha
agar ia tak sedih lagi serta teman-temannya seperti Ngadnan, Sarman dan Nugroho
memberi semangat kepada Musthofa.
Arya
dan teman-temannya mulai merencanakan untuk
membuat WC Arya yang baru. Hingga pada suatu hari diumumkannya kematian
Sukatman, warga menyangka bahwa kematian itu disebabkan oleh Arya yang telah
memukulinya dengan tongkat. Seorang lelaki tua yang selalu menghasut warga agar
tetap membenci Arya, ia bernama Suhemi dan sering dipanggil dengan sebutan
pakde. Kematian Sukatman dijadikan kesempatan oleh Suhemi agar warga membenci
Arya dengan tuduhan pembunuhan yang dilakukan oleh Arya. Warga mulai
terpengaruh dengan hasutan Suhemi itu hingga Warga marah dan merusak
bahan-bahan untuk membuat WC Arya. Pak Rustam menyuruh Arya untuk tinggal di
rumahnya karena khawatir dengan sikap warga terhadap Arya. Tetapi Warga
berduyun-duyun pergi ke rumah Pak Rustam untuk menyerang Arya dengan membawa
senjata tajam, ini semua adalah ulah Suhemi yang menghasut para warga. Pak
Rustam mencoba untuk menenangkan anak-anaknya agar tidak menyerang para warga,
Pak Rustam menemui warga dan berbicara secara baik-baik. Warga meminta agar
Arya bertanggungjawab atas kematian
Sukatman, Pak Rustam bersedia menyerahkan Arya kepada pihak kepolisian jika
memang Arya bersalah, tetapi warga tetap saja ricuh hingga membuat Nano dan
keempat anak asuhnya tampak marah dan mereka menyerang warga dengan senjata
tajam yang dibawanya masing-masing hingga perkelahian pun terjadi, dan tidak
lama kemudian polisi datang, Nano dan keempat anak asuhnya digelandang ke
kantor polisi, mereka memberikan keterangan penyebab terjadinya perkelahian
tersebut yang berhubungan dengan kematian Sukatman, tapi Nano dan anak asuh Pak
Rustam berkata “Darimana kalian tau bahwa kematian Sukatman disebabkan oleh
Arya sedangkan Subandi yang terkena pukulan tongkat Arya tidak apa-apa hanya
memar-memar?” . warga memberikan keterangan bahwa mereka mengetahui kabar itu
dari Suhemi dia yang selalu mengatakan bahwa Arya adalah pembunuh Sukatman, dan
Suhemi dinyatakan sebagai dalang dari
kejadian itu, Pak Rustam menginginkan
kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan dan tidak diproses dengan syarat
Suhemi tidak boleh menghasut para warga lagi.
Beberapa
hari kemudian orang tua Sukatman menemui Arya dan Pak Rustam, mereka
menjelaskan bahwa kematian Sukatman bukan karena Arya tetapi ia mengidap
penyakit jantung dari sejak kecil, ia bersedia menerima tawaran dari Kardi
untuk melempari rumah Arya agar ia mendapatkan uang untuk membeli obat, karena
kami benar-benar tak mempunyai uang untuk membeli obat saat itu. Orang tua
Sukatman merasa malu mempunyai anak seperti itu yang telah meneror Arya,dan
mereka meminta maaf karena telah membiarkan warga menuduh Arya. Arya pun memafkan orang tua Sukatman serta perbuatan
Sukatman dan memita maaf waktu itu telah memukul Sukatman dengan tongkat dan
keluarga Pak Rustam tersenyum bahagia dengan terharu mendengar bahwa Arya tidak
bersalah. Arya tampak bersujud dengan
rasa syukurnya kepada Allah swt. Suhemi tak pernah menampakkan lagi wajahnya di
hadapan siapapun ia hanya berdiam diri di rumahnya dan ia tidak bisa menuduh
sembarangan lagi, kini Arya telah terbukti tak bersalah Arya hanya korban dari
kebencian dan kedengkian Suhemi terhadapnya. Suhemi marah terhadap Pak Rustam
dan tampak iri karena sekarang warga lebih mempercayai dan mersa kagum terhadap
pak Rustam yang bijaksana.
Kardi
membawa sebuah berita penting untuk Pak Suhemi, bahwa Mukhlasin yang disuruh ke
kota untuk bertemu dengan kerabatnya Musthofa ,tadi ia menemui saya dan
bercerita penyebab kematian Ayahnya Musthofa karena pembunuhan yang dilakukan
oleh seorang preman, pada saat itu ayahnya Musthofa tidak ingin memberikan
harta bendanya kepada preman itu, lantas preman itu membunuhnya dengan sebilah
belati, dan preman itu bernama Sambodo ia adalah ayahnya Arya. Suhemi tersenyum
dan merasa berbahagia, Ia menyuruh Kardi untuk mengatakan kepada Mukhlasin dan
kerabat Musthofa bahwa Musthofa harus segera mengetahui penyebab kematian
Ayahnya. Kardipun bersedia.
Hubungan
Nevy dengan Arya semakin dekat saja, mereka adalah sepasang remaja yang dibuai
dalam perasaan cinta seiring dengan segala persiapan yang kembali dilakukan
untuk melanjutkan rencana membangun WC dan sumur serapan, hanya Musthofa yang
menepis perasaannya sendiri karena kedekatan Arya dengan Nevy.
Saat
itu tepat hari minggu, kerabat Musthofa darikota menemui Pak Rustam bersana
Kardi dan Mukhlasin, mereka menjelaskan bahwa kematian ayahnya Musthofa bukan
karena kecelakaan kerja, tetapi dibunuh oleh Sambodo warga sini, itu adalah
ayah Arya. Pak Rustam bersama keluarga dan anak asuhnya begitu kaget mendengar
berita itu, Ngadnan dan Nugroho bergegas untuk
memberitahu kabar ini kepada Musthofa dan Arya yang saat ini berada di
rumah Arya, sebelum Kardi yang menyampaikannya kepada mereka, karena kardi
dianggap bisa memperkeruh keadaan. Ngadnan memanggil Musthofa dan menceritakan
bahwa kerabatnya datang kemari untuk memberitahukan bahwa penyebab kematian
ayahnya karena dibunuh oleh Sambodo ayah Arya. Ngatno juga memberitahu Arya bahwa kematian Ayah Mustofa karena
dibunuh ayahnya. Kini Arya dan Musthofa hanya terdiam dengan kabar berita itu.
Musthofa menemui kerabatnya dengan menangis tersedu-sedu setelah itu Musthofa
begitu emosi dan ia berkata” darah harus dibayar dengan darah” tak ada yang
bisa memadamkan emosi Musthofa terhadap Arya termasuk Pak Rustam.
Arya
menatap ke sekeliling rumahnya, dan ia pergi ke makam orangtuanya untuk
membacakan tahlil dengan hati yang menjerit kini ia begitu menyadari bahwa
ayahnya adalah seorang pembunuh bahkan ia telah membunuh ayah dari sahabat
karibnya. Orang-orang datang dengan berduyun-duyun ditemani dengan Suhemi,
Kardi, Pak Kosim, Ngatno dan Subandi tersenyum sunging. Bahkan Pak Rustam
bersama keluarga dan anak asuhnya ikut berjalan dan telah bersiap dengan
kondisi buruk yang akan terjadi. Musthofa tampak berdiri beberapa meter dari
Arya dan ia berkata. “Sambodo membunuh Ayahku!”. Musthofa menantang Arya untuk
berkelahi tetapi, Arya hanya menggeleng dan Musthofa memekik, menjerit,
berteriak,memaki, memukul, menerjang Arya. Orang-orang berteriak menyemangati
Musthofa yang terus membabi buta. Arya tetap tidak mau melawan Musthofa darah
mengucur dari hidungnya dan ia tampak kesakitan. Musthofa menendang Arya
kembali. Arya berkata “ Kau sahabatku. Kau sahabatku, Musthofa”. Sebentar
kemudian, Musthofa menubruk dan memeluk Arya. Ia meminta maaf kepada Arya dan
mengikhlaskan kepergian ayahnya. Arya merangkul kuat-kuat tubuh Musthofa.
Keduanya pun menangis tersedu-sedu.
No comments:
Post a Comment