naskah
drama
IBU
AMPUNKAMU, MIRA !
Pemain :
1.
Mira
Mira adalah seorang
anak bungsu yang selalu berbuat tidak baik dan tidak menyayangi Ibunya.
2.
Ibu
Ibu adalah wanita
yang sangat menyayangi anak-anaknya terutama Mira anak kesayangannya, meskipun
Mira selalu bersikap tidak baik tapi Ibunya selalu sabar dan tidak pernah
marah, bahkan ia rela memberikan kedua matanya untuk Mira anak kesayangannya.
3.
Along
Along adalah anak
yang baik, ia selalu mengerti keadaan Ibunya, ia pun selalu bekerja keras untuk
membantu Ibunya menafkahi keluarganya.
BABAK
1
Mira Merupakan
anak bungsu dari dua bersaudara. Ibunya seorang penyapu sampah yang sudah tua.
Ia sering sakit-sakitan karena telalu keras bekerja untuk mengidupi
anak-anaknya. Ayah mereka yang selama ini mencari nafkah untuk mereka telah
meninggal dunia karena terlibat dalam suatu kemalangan ketika baru pulang
memotong getah. Kehidupan mereka ibarat kais pagi makan pagi, kais petang makan
petang. Suatu hari Mira pulang sekolah dan menuju ke dapur .
Mira
Ibu,
kenapa ibu tidak masak lagi kan sudah tahu Mira pulang sekolah tengah hari Mira cape bu.
Uang jajan Mira saja tak cukup umtuk membeli nasi, Mira sudah muak hidup
melarat seperti ini bu, ibu dengarkan bu?.
Mira sangat marah kepada Ibunya, ia pun menghampiri ibunya
yang berbaring di sofa dan tidak mengetahui bahwa Ibunya sedang demam tinggi.
Mira
Ibu
bangun, malah enak-enakan tidur Mira lapar bu, lapar., Ibu tidak pernah
mengerti Mira sama sekali
Ibu
Mira
lapar ya sayang? Sebentar ibu masakkan ya..
Mira
Sudah
jelas-jelas Mira lapar masih banyak tanya, ayo cepetan sebelum Mira mati
kelaparan bu.
Ibu
Astagfirullahaladzim,
jangan berkata seperti itu nak (dengan suara yang pelan)
Ibu segera bangun dan memasak untuk anak kesayangannya,
tidak lama kemudian anak sulungnya Along datang setelah ia bekerja seharian.
Along adalah anak yag berhati mulya dan sangat memahami keadaan ibunya yang
sudah tua dan tidak berdaya lagi.
Along
Ibu
sebaiknya istirahat saja, Ibu tidak boleh terlalu cape.
Ibu
Biarkan
saja nak, Ibu hanya memasak. kamu saja istirahat, kamu kan cape baru pulang
kerja.
Along
Sudahlah
bu biar aku saja yang masak, Ibu istirahat ya !
Ibu
Baiklah
kalau begitu nak.
Mira datang menghampiri Along
Mira
Along
Ibu dimana?
Along
Dia
sedang beristirahat di sofa ruang tamu, kamu mau apa?
Mira
Ahh,
aku mau minta uang kepada ibu.
Mira menghampiri ibunya yang sedang tidur di sopa ruang
tamu.
Mira
Ibu...
Ibu....(berteriak)
Ibu (kaget)
Ada
apa nak? Kakakmu sudah memasak untukmu, segeralah makan nak !
Mira
Basi
Bu, sekarang Mira sudah tidak lapar lagi, sekarang Mira minta uang Bu!
Ibu
Untuk
apa nak? Ibu tidak punya banyak uang nak. Baru saja kemarin kamu minta uang
sama ibu.
Mira
Ibu
memang tidak sayang pada Mira, Ibu tidak pernah memberikan kebahagiaan untuk
Mira . mira tidak ingin hidup seperti, Mira hanya ingin seperti teman-teman
Mira, mereka selalu mendapatkan apa yang
mereka inginkan,. Mana uangnya?
Ibu
Iya
Ibu mengerti sebentar nak, Ibu ambilkan.
Along datang menghampiri Ibu dan Mira, Along sangat marah
kepada Mira
Along
Mira,
kamu hanya bisa meminta uang kepada Ibu saja, apakah kamu tidak kasian ibu kan
sedang sakit?
Mira
Memangnya
tidak boleh seorang anak minta uang kepada ibunya? Apakah salah? Wajar saja itu
kan sudah kewajibannya seorang ibu menafkahi anaknya, lagipula Ibu kan tidak
pernah memberi uang lebih selalu saja kurang dan kurang...
Along
Jaga
mulutmu, ibu selalu bekerja keras banting tulang untukmu. Tapi kau (menunjuk
kepada Mira) tidak pernah memikirkan penderitaan ibu, kau hanya memikirkan
kesenanganmu saja.
Mira
Siapa
suruh Ibu miskin sehingga ia tidak bisa mencukupi kebutuhan anaknya, coba kalau
Ibu kaya hidup kita pasti akan senang dan tidak akan melarat lagi, huh
menyebalkan Tuhan tidak adil.
Along
Kamu
sudah keterlaluan Mira (sambil melayangkan tangannya ke arah muka Mira).
Ibu segera menahan tangan Along dan melerai pertengkaran
mereka
Ibu
Sudahlah
Along, kamu jangan memarahi adikmu, dia hanya meminta uang untuk membeli buku
bersama teman-temannya, lagipula SPM sudah dekat, Ibu ingin kelak ia menjadi
orang yag sukses.
Along
Tapi
Bu, dia sudah keterlaluan. Kita berusaha bekerja keras untuk menyekolahkannya
agar ia mempunyai masa depan tetapi ia sama sekali tidak punya tatak rama, dia
tidak pernah bisa menghargai ibu dan saya sebagai kakaknya.
Ibu
Sudahlah
nak, tidak baik berkata seperti itu kepada adikmu sendiri
Ibu masuk ke kamarnya dan mengambil uang dari saku baju
kerjanya, Mira menurut ibunya dari belakang..
Ibu
Ini
nak uangnya, supaya kamu bisa membeli buku dengan teman-temanmu.
Mira
Apa?
Cuma Rp.30.000 bu? mana cukup, itu masih ada (sambil merebut uang dari tangan
ibunya).
Ibu
Jangan
Mira, itu uang untuk.....
Ibunya belum habis berkata-kata tapi dia langsung pergi ke
luar rumah. Dan terdengar jelas suara mira dari luar.
Mira
Ibu,
uang bisa dicari lagi, jangan khawatir !
Mira tidak mengetahui bagaimana Ibunya bekerja keras untuk
menafkahi keluarganya. Tapi Ibunya tidak pernah marah kepada Mira. Tak lama
kemudian jam sudah menunjukkan pukul 11. 00 malam. Mira masih belum pulang ke
rumahnya, Along dan Ibunya sudah khawatir. Tidak lama kemudian telepon berbunyi
dan Along mengangkatnya, alangkah terkejutnya pada saat ia ia mendengar bahwa
adik satu-satunya kecelakaan.
Along
Bu,
Mira Bu, Mira (dengan terbata-bata)
Ibu
Ada
apa dengan Mira long? Cepat katakan.
Along
Mira
kecelakaan Bu, dia sekarang ada di rumah sakit.
Ibu
Bagaimana
keadaan dia sekarang? cobaan apalagi ini(dengan meneteskan air mata)
Along
Jangan
menagis Bu, ayo kita ke Rumah Sakit sekarang.
BABAK 2
Ibu yang sangat terkejut dengan berita tersebut kemudian
ia mencari orang untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Ibu begitu sedih melihat
anaknya menangis histeris
Mira
sudah
tidak guna lagi aku hidup di dunia ini, aku sudah tidak mampu melihat lagi.
(berteriak-teriak)
Ibu
Nak
kamu tidak apa-apa kan, ini Ibu nak jangan sedih Ibu akan selalu ada di dekatmu
bagaimanapun keadaanmu.
Mira
Ibu,
aku sudah tidak bisa melihat lagi . untuk apa aku hidup Bu aku ingin mati saja
bu... (menangis terhiba-hiba sambil berontak).
Ibu
Jangan
berkata seperti itu nak, ibu sangat menyayangimu. Kamu sungguh berarti dalam
hidup ibu.
Ibu tidak sanggup
melihat buah hatinya hidup dalam kegelapan selama-lamnya.
Ibu
Bagaimanapun
aku harus mencari cara agar Mira bisa melihat kembali. Bagaimanapun caranya.
Seketika seorang dokter menhampiri Mira
Dokter
Mira,
kamu jangan khawatir, kami telah menemukan seseorang yang sanggup untuk mendonorkan
matanya untukmu.
Mira
Benarkah
dokter? ada yang mau mendonorkan matanya
untuk Mira? Sungguh Mira senang sekali. Mira akan bisa melihat kembali indahnya
dunia.
Dokter
Iya
, saya juga turut berbahagia dan operasinya akan segera dilaksannakan.
suatu hari operasipun dilakukan oleh dokter dan memakanbeberapa
jam. Hari ini menjadi sangat berarti untuk Mira karena hari penentuan apakah
dia akan bisa melihat kembali atau tidak. Dokter membuka balutan pada mata Mira.
Dokter
Sabar
ya de Mira, sekarang buka matanya.
Mira
Dokter
saya bisa melihat kembali, terima kasih dok saya sangat bersyukur (menangis
terharu)
Dokter
Iya
de, kamu harus bersyukur bahwa ada orang yang rela mendonorkan matanya untuk
kamu..
Mira
Iya,
Mira juga ingin berterima kasih pada orang itu. Siapa oramgnya dok?
Dokter
(Hanya
tersenyum dan tak berkata apapun).
Mira
Along,
di mana ibu? Mira ingin bertemu dengan Ibu. Mira ingin mencium tangan Ibu dan
meminta maaf kepadanya.
Along
(hanya
menangis, air matanya begitu deras mengalir).
Mita
Mengapa
menangis? Ibu mana? Ibu mana long.
Mira terus bertanya kepada Along, tetapi Along tetap saja
menangis. Hati Mira semakin bertanya-tanya
Along
Ia
sudah meninggalkan kita Mira !! Ibu mengalami komplikasi semasa operasi
mendonorkan matanya untukmu. Dia mengambil resiko untuk menjalani operasi
walaupun usianya sudah lanjut. Ibu sudah melakukan suiatu pengorbanan besar
untukmu Mira !!!
Mira
Ini
tidak mungkin, semua ini tidak mungkin aku tidak percaya (menangis histeris).
Along
Bersabarlah,
ini semua adalah takdirNya. Kita harus bisa menerimanya. Sebelum ibu meninggal
ia menitipkan sepucuk surat untukmu dan ini suratnya.
Mira membaca surat dari ibunya
“Mira
Di saat kau membaca surat ini,
Mungkin ibu telah pergi meninggalkan dunia ini.
Andai kata ibu pergi sebelum berjumpa dengan mira.
Mira pasti sudah melihat
Ibu mau kamu dapat melihat dunia ini dan kebesaran Ilahi
Ibu sudah memaafkan segala dosa-dosa Mira
Terimalah sepasang mata ini dari ibu.”
Mira
Maafkan
aku Ibu, sekarang aku menyesal sangat menyesal. Andai saja waktu bisa terulang
kembali aku akan menyayangi ibu, aku tidak akan berbuat jahat kepada Ibu.
Ampunilah dosaku Tuhan....(tangisannya semakin menjadi-jadi).
cerpen
ibu ampunkanmu, MIRA !
karya : mohd. kasim
Mira merupakan seorang anak bongsu dari dua orang adik
beradik. Ibunya seorang penyapu sampah yang sudah tua. Beliau sering
sakit-sakit kerana terlalu kuat bekerja untuk memperbaiki taraf hidup merka
sekeluarga. Ayah mereka yang selama ini mencari nafkah buat mereka sekeluarga
telah meninggal dunia kerana terlibat dalam suatu kemalangan ketika baru pulang
dari memotong getah.
Kehidupan
mereka daif; ibarat ‘kais pagi makan pagi, kais petang makan petang’. Suatu
hari Mira pulang dari sekolah dan terus menuju ke dapur lalu membuka tudung
saji di atas meja. Alangkah marahnya Mira apabila melihat tiada satu pun
makanan di atas meja. Lalu ibunya yang tua menjadi sasaran kemarahannya.
“Ibu, kenapa
Ibu tak masak lagi? Kan dah tahu Mira kan balik
sekolah tengahari. Dah la bagi duit saku pun tak cukup untuk Mira beli nasi kat
sekolah. Ibu! Mira dah tak larat hidup macam ni! Ibu di rumah tahu tidur jer.” Begitulah
kata-kata Mira kepada Ibunya yang kebetulan pada hari itu tertidur di atas sofa lusuh di ruang tamu.
Mira tidak
tahu bahwa Ibunya mengalami demam yang panas kerana tidak cukup rehat dek
kerana mencari nafkah buat mereka sekeluarga. Mira hanya mementingkan dirinya
sahaja. Ibunya diam mendengar leteran puteri
kesayangannya itu. Tidak lahir satu pun rasa marah kepada Mira pada waktu itu.
Padanya, memang salah dirinya kerana gagal untuk memasak juadah untuk anaknya
yang baru pulang dari sekolah. Ibunya teringat pesan arwah suaminya supaya
menjaga anak-anak mereka dengan baik.
“Mira, lapar ya
sayang? Sebentar ibu masakkan ya.”
Lantas, Ibu pun segera bangun
menyediakan juadah untuk anak kesayangannya. Mira menghentak kaki
dan segera masuk ke dalam biliknya tanda protes kerana Ibunya gagal menyediakan
makanan buatnya apabila beliau balik dari sekolah. Ibu hanya diam melihat
gelagat anaknya namun beliau tahu Mira hanya ingin meluahkan perasaan marahnya
kerana kesalahannya sendiri.
Sedang Ibu
memasak, pulang anaknya yang sulung, Along, yang baru sahaja pulang dari tempat
kerja. Melihat ibunya yang masih belum lega demamnya sedang memasak, Along
lantas menyuruh ibunya berehat dan dia mengambil alih
tugas ibunya memasak. Along tahu bahawa ibunya sudah penat untuk melakukan
semua itu tambahan dengan demam yang dialaminya belum lagi sembuh.
Along seorang
anak yang amat berhati mulia dan amat memahami kondisi ibunya yang sudah tua
dan sudah tidak berdaya lagi. Sedang asyik Along memasak, Mira datang dan
bertanya di manakah ibu. Lantas along menjawab bahawa ibu sedang tidur di sofa
lusuh di ruang tamu, mungkin ibu penat agaknya.
Mira dengan
pantas menuju ke ruang tamu dan mengejutkan ibunya untuk meminta wang kerana
dia mahu keluar bersuka-ria bersama kawan-kawannya.
Along begitu marah melihat gelagat adiknya yang mengejutkan ibu yang sedang
lena tidur semata-mata untuk meminta wang. Along memarahi Mira. Namun Ibu
dengan segera meleraikan pergaduhan mereka.
“Along, janganlah kamu memarahi
adik kamu, dia hanya mahu meminta wang untuk membeli buku rujukan bersama
rakan-rakannya, lagipun SPM pun dah dekat. Ibu mahu dia berjaya
kelak,” lantas ibu masuk ke dalam biliknya dan meyeluk saku baju kerjanya. Mira
hanya menurut ibunya dari belakang. Ibu memberi Rp. 30.00 kepada Mira namun itu
belum cukup bagi Mira, dia merampas wang lebihan yang ada di tangan ibunya.
“Jangan Mira, itu wang untuk…..”
Belum habis ibunya berkata-kata
Mira terus keluar dari rumah. Suara Mira dari luar jelas didengari oleh ibunya.
“Ibu, duit kita boleh cari lagi.
Jangan risau,” dia tidak tahu ibunya bertungkus-lumus mencari wang untuk mereka
sekeluarga.
Namun, ibunya tidak menaruh
sebarang perasaan marah kepada anaknya itu kerana anak merupakann kurniaan
Allah yang tidak boleh dijual beli baginya. Along tidak melihat apa yang
berlaku kerana asyik memasak di dapur.
Hari ini tidak seperti hari yang sebelumnya, jam sudah
menunjukkan jam 11.00 malam. Mira masih belum pulang ke rumahnya. Ibu dan Along
sudah mula risau. Tidak lama kemudian, telefon berbunyi dan Along segera
mengangkatnya. Alangkah terkejutnya dia apabila mendengar satu-satu adiknya
telah mengalami kemalangan yang mengakibatkan penglihatannya menjadi buta. Ibu
yang mendengar berita itu amat terkejut lalu mencari orang untuk menghantar
mereka berdua ke hospital dengan kadar segera. Setibanya di hospital, Ibu
melihat teriakan Mira yang amat sedih akibat hilang keupayaan untuk melihat.
“Sudah tidak guna lagi aku hidup
di dunia ini, aku sudah tidak mampu melihat lagi.”
Ibu sudah
tidak sanggup untuk melihat cahaya matanya yang kedua itu hidup dalam kegelapan
selama-lamanya. Dia harus mencari cara untuk mengembalikan penglihatan anaknya
semula. Seketika kembali seorang doktor datang ke arah Mira dan berkata bahawa.
“Mira, awak jangan risau, kami telah menemui seorang penderma yang sanggup
mendermakan matanya kepada awak.” Mira merasakan dirinya orang yang paling
bertuah setelah mendengar berita yang gembira itu.
Hari
pembedahan sudahpun tiba, pembedahan semuanya berlaku dengan lancar. Pembedahan
itu mengambil masa selama hampir 4 jam. Hasilnya juga mengembirakan. Hari ini
hari yang penting buat Mira kerana balutan pada matanya akan dibuka dan
menandakan samada beliau berjaya melihat kembali ataupun tidak. Hasilnya amat
memberangsangkan. Mira dapat melihat semula.
Orang yang
pertama dilihatnya ialah Along. Dia tertanya-tanya dimanakah Ibu. Dia mahu
meminta maaf kepada Ibu atas semua kesalahan yang telah beliau lakukan. Mira
sudah insaf.
“Along, di mana Ibu? Mira hendak
mencium tangan ibu dan meminta maaf kepadanya. Tangisan air mata jelas
kelihatan mengalir di pipi Along.
“Along, mengapa menangis? Ibu
mana?” pertanyaan itu ditanyakan kepada Along berkali-kali tetapi hanya
linangan airmata dapat dilihat mengalir di mata Along. Berbagai persoalan
bermain di minda Mira saat itu.
“Ibu sudah meninggalkan kita
Mira!!! Ibu mengalami komplikasi semasa pembedahan mendermakan matanya kepadamu
adik. Dia mengambil risiko untuk menjalani pembedahan walaupun usianya sudah
lanjut adik. Ibu telah melakukan satu pengorbanan yang sangat besar kepada kamu
Mira!!!”
Along cuba menenangkan Mira dan
memberikan sepucuk surat kepada Mira.
“Mira, Di saat kau membaca surat ini,Mungkin Ibu
telah pergi meninggalkan dunia ini,
Andai kata Ibu pergi sebelum sempat berjumpa dengan Mira,
Ibu pasti Mira pasti sudah boleh melihat…
Ibu mahu kamu dapat melihat dunia ini dan kebesaran Ilahi…
Ibu sudah mengampunkan segala dosa-dosa Mira…
Terimalah sepasang mata ini daripada ibu…”
Andai kata Ibu pergi sebelum sempat berjumpa dengan Mira,
Ibu pasti Mira pasti sudah boleh melihat…
Ibu mahu kamu dapat melihat dunia ini dan kebesaran Ilahi…
Ibu sudah mengampunkan segala dosa-dosa Mira…
Terimalah sepasang mata ini daripada ibu…”