Tuesday, April 7, 2015

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW



NAMA  : HERA HERLIANA
NIM      : 12211007
KELAS : 3A
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW
A.    Pendahuluan
 Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan pendidikan. Penggunaan metode yang tepat akan menentukan keefektifan dan keefisienan dalam proses pembelajaran. Guru harus senantiasa mampu memilih dan menerapkan metode yang tepat sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Terdapat beberapa metode yang telah lama digunakan oleh para guru antara lain ; meode ceramah, metode Tanya jawab, dan metode resitasi. Serentetan metode tersebut bisa dikatakan metode konvensional. Model pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan oleh sebagian besar guru yang tidak sesuai dengan tuntutan jaman, karena pembelajaran yang dilakukan kurang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Salah satu model pembelajaran yang dimungkinkan mampu mengantisipasi kelemahan model pembelajaran konvensional  adalah dengan menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw.
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Lain halnya dengan model pembelajaran lain, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga bisa diterapkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya.













B.       Pembahasan
A.    Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun social siswa sangat diperlukan. Model pembelajaran Jigsaw ini diladasi oleh teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Teknik mengajar Jigsaw sebagai metode pembelajaran kooperatif bisa digunakan dalam pengakaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga dapat digunakan mata pelajaran bahasa Indonesia. Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.
B.     Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1.      Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2.       Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
3.      Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model ini di lapangan, menurut Roy Killen, 1996, adalah :
1.      Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain.
2.      Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman.
3.      Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
4.      Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
5.      Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.
Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang muncul dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      Pengelompokan dilakukan terlebih dahulu, mengurutkan kemampuan belajar siswa dalam kelas.
2.      Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama kembali ke kelompok asal yang akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi tugass mereka






C.    Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dalam Memahami Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen.
1.      Siswa dibagi atas beberapa kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 orang. Kelompok ini dinamakan Kelompok Induk.
Kelompok A       Kelompok B     Kelompok C     Kelompok D
2.      Setiap anggota kelompok diberikan materi teks cerpen yang berbeda. Dalam pembelajaran memahami unsur-unsur intrinsik cerpen, anggota dalam tiap kelompok mempelajari unsur-unsur instrinsik meliputi tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan amanat dalam cerpen yang telah disediakan.
3.      Setiap anggota kelompok membaca teks cerpen masing-masing yang sudah disediakan dan bertanggung jawab untuk mempelajari unsur-unsur instrinsiknya.
4.      Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari teks cerpen yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5.      Setiap kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajari teman-temannya.
6.      Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi di depan kelas  tentang unsur-unsur intrinsik cerpen yang sudah dipahaminya.
7.      Siswa dikenai tagihan berupa tes individual pada akhir pembelajaran tentang unsur-unsur intrinsik cerpen yang telah didiskusikan.
8.      Guru memberikan reword atau penghargaan kepada individu atau kelompok terbaik dalam pembelajaran.     
C.    Simpulan
Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan pendidikan. Penggunaan metode yang tepat akan menentukan keefektifan dan keefisienan dalam proses pembelajaran. Model kooperatif jigsaw dapat mengembangkan potensi dan prestasi yang menuntut siswa lebih aktif, mengembangkan keterampilan sosial, memberikan banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa lainnya, serta dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. Dengan itu model pembelajaran kooperatif jigsaw bisa diterapkan dalam beberapa mata pelajaran khususnya Bahasa Indonesia terutama dalam pembelajaran sastra yang memerlukan pemikiran kritis dan pemahaman yang tinggi. Pembelajaran sastra dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen akan lebih menarik, bervariasi dan tidak akan membuat siswa merasa terbebani dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsaw.

Saturday, January 10, 2015

SEMANTIK JENIS MAKNA


SEMANTIK
JENIS MAKNA
1.      Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Contoh:  Kata kuda memiliki makna konseptual ’sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Contoh:  kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian.
2.      Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat ”diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.  Ada dua macam dalam bentuk bahasa Indonesia yaitu idiom penuh dan idiom sebagian.
a.       Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan kesatuan makna. Contoh: meja hijau adalah idiom penuh, karena kesemuanya memiliki kesatuan makna, tidak akan berarti yang sama jika diartikan secara leksikal atau per kata.
b.      Idiom sebagian adalah idiom yang masih memiliki makna leksikalnya sendiri. Contoh: daftar hitam, pada kata daftar masih berarti sama dengan daftar atau susunan, sedangkan dengan kata hitam, daftar hitam berarti daftar yang berisi nama-nama orang yang dicurigai atau dianggap bersalah.
Berbeda dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya ”asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Contoh : seperti air jatuh di daun talas. Orang tahu daun talas, dan orang tahu bagaimana keadaan air yang jatuh di daun talas. Tetesan air yang jatuh di daun talas tersebut segera jatuh ke tanah, tidak ada yang bertahan . berdasarkan kenyataan ini, orang dapat menerka makna peribahasa (lebih cepat perumpamaan), seperti air jatuh di daun talas, yakni menasihati seseorang yang  tidak acuh. Nasihat berlalu tanpa bekas, nasihat tidak dipedulikan.

3.      Makna kias
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah arti kiasan digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan. Contoh : puteri malam dalam arti ’bulan’, raja siang dalam arti ’matahari’.

4.      Makna Lokusi, Ilokusi dan Perlokusi
Makna lokusi adalah makna seperti yang dinyatakan dalam ujaran, makna harfiah, atau makna apa adanya. Sedangkan yang dimaksud dengan makna ilokusi adalah makna seperti yang dipahami oleh pendengar. Sebaliknya, makna perlokusi adalah makna yang seperti yang diinginkan oleh penutur. Contoh : kata “Rumahmu bagus” atau “Rumahmu bersih”. Kawan bicara mendengar ujaran itu (lokusi), ia berusaha memahami kandungannya (ilokusi), akibatnya (perlokusi). Yakni kawan bicara akan gembira sebab mendapat pujian, tetapi kalau ternyata rumah itu kotor, maka si kawan bicara akan merah mukanya sebab kalimat itu merupakan penghinaan baginya.






ruang dan perlengkapan perpustakaan


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan dari mulai tingkat sekolah dasar sampai Sekolah menengah umum telah menjadi kebijakan pemerintah yang harus diwujudkan sebaik-baiknya. Salah satu upaya untuk peningkatan mutu pendidikan sebagai mana disebutkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tersurat bahwa setiap satuan pendidikan jalur sekolah baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar. Salah satu sumber belajar yang sangat penting adalah perpustakaan, dari mulai tenaga kependidikan, peserta didik maupun staf penyelenggara sekolah memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk memperdalam pengetahuan dengan membaca bahan pustaka yang diperlukan baik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan maupun sekedar untuk hiburan.
Sebagaimana kita tahu bahwa pepustakaan tidak hanya sebagai sumber belajar yang sangat penting, perpustakaan juga berfungsi sebagai pusat belajar mengajar, pusat informasi, pusat penelitian sederhana dan pusat rekreasi. Perpustakaan mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah, menyimpan, mendayagunakan dan menyebarluaskan bahan pustaka kepada guru, siswa dan tenaga administrasi. Namun sangat kita sadari bahwa peran penting perpustakaan ini belum merupakan prioritas utama baik dari pihak sekolah maupun pemerintah karena perpustakaan sekolah yang ada sekarang belum dapat dikatakan memadai dari sisi sarana maupun prasarana termasuk gedung/ruang perpustakaan dan perlengkapannya. Untuk dapat sedikit mengatasi kendala-kendala yang ada dan memaksimalkan fungsi perpustakan perlu direncanakan pengaturan tata ruang dan perlengkapan perpustakaan dengan baik. Suatu perpustakaan bukan hanya menyediakan ruang kemudian mengisi dengan koleksi yang diatur berdasarkan suatu sistem tertentu serta siap dipinjamkan tetapi letak perpustakaan, bentuk ruang, penataan perabot, perlengkapan, alur petugas, pengguna, penerangan, dan udara perlu perhatikan oleh penyelenggara pepustakaan.



















BAB II
PEMBAHASAN
            Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap murid-murid. Dalam penyelenggaraannnya memerlukan ruang khusus serta perlengkapannnya semakin menunjang penyelenggaraan perpustakaan. Ruang dan perlengkapan yang tersedia harus ditata dan dirawat dengan baik sehingga benar-benar menunjang perpustakaan sekolah secara efektif dan efisien.
A.    Ruang Perpustakaan Sekolah
Ruang perpustakaan sekolah bisa berupa ruang seperti ruang kelas karena memang yang ada hanya ruang kelas biasa yang kebetulan tidak terpakai, dan bisa berupa gedung khusus yang dalam pembangunannya memang direncanakan untuk perpustakaan sekolah. Apapun bentuknya baik berupa ruang kelas ataupun gedung khusus harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu untuk penyelenggaraan perpustakaan sekolah.
Luas gedung atau ruang perpustakaan sekolah tergantung jumlah murid yang dilayani. Dalam “Buku Pedoman Pembakuan Pembangunan Sekolah”, dijelaskan ukuran gedung atau ruang perpustakaan sekolah untuk masing-masing tipe sekolah. Kiranya dapat dijadikan pedoman dalam pendirian gedung atau ruang perpustakaan sekolah. Untuk SD rata-rata luas ruangannya 56 m2 .SMP rata-rata luas ruangannya antara 100-400 m2, dan SMA rata-rata luas ruangannya antara 100-300 m2.
Satu hal yang perlu diingat bahwa dalam mendirikan gedung perpustakaan sekolah harus dipertimbangkan dengan cermat tentang lokasi. Sering kali kita lihat adanya gedung perpustakaan sekolah yang megah dengan biaya pembangunan yang cukup tinggi tetapi kurang efektif dalam pemanfaatannya. Kelemahan tersebut dalam hal mana faktor yang menentukan adalah kurang tepatnya lokasi  gedung tersebut. sebagai contoh adalah penempatan gedung perpustakaan sekolah yang berdekatan dengan lapangan olah raga yang sering kali membuat kebisingan, padahal murid-murid yang belajar di perpustakaan sekolah sangat memerlukan ketenangan.
Perpustakaan sekolah tidak mementingkan kemegahan tetapi yang penting perencanaan pembangunan yang matang sehingga menghasilkan suatu bangunan yang berkualitas tinggi dan berfungsi secara tepat guna dan berdaya guna. Untuk itu ada beberapa asas atau pedoman yang perlu diperhatikan pada waktu mendirikan gedung perpustakaan sekolah, atau dalam memilih salah satu ruang untuk kepentingan perpustakaan sekolah:
1.      fungsi utama perpustakaan sekolah adalah sebagai sumber belajar. keberadaannya berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar di kelas. oleh sebab itu gedung atau ruang perpustakaan sekolah berdekatan dengan kelas-kelas yang ada.
2.      gedung perpustakaan sekolah sebaiknya tidak jauh dari tempat parkir. asas ini khususnya pada sekolah yang luas sekali, dan lebih-lebih melayani pengunjung pada sore hari.
3.      gedung atau ruang perpustakaan sekolah sebaiknya jauh dari kebisingan yang sekiranya mengganggu ketenangann murid-murid yang sedang belajar di perpustakaan sekolah.
4.      gedung atau perpustakaan sekolah sebaiknya mudah dicapai oleh kendaraan yang akan mengangkut buku-buku.
5.      gedung atau ruang perpustakaan sekolah harus aman, baik dari bahaya kebakaran, kebanjiran ataupun pencurian.
6.      gedung atau perpustakaan sekolah sebaiknya ditempatkan dilokasi yang kemungkinannya mudah diperluas pada masa yang akan datang.
B.     Peralatan dan Perlengkapan Perpustakaan Sekolah
Selain memerlukan gedung atau ruang, penyelengaraan perpustakaan sekolah memerlukan sejumlah peralatan dan perlengkapan, baik untuk pelayanan kepada pengunjung maupun untuk “processing” bahan-bahan pustaka dan ketatausahaan.
1.      Peralatan Perpustakaan Sekolah
Peralatan perpustakaan sekolah ada yang bersifat habis pakai dan ada pula yang bersifat tahan lama. Peralatan habis pakai adalah peralatan yang relatif cepat habis. Sedangkan peralatan yang tahan lama adalah peralatan yang dapat digunakan terus menerus dalam jangka waktu yang relatif lama.
a.       Peralatan habis pakai :
1.      potlot
2.      potlot warna
3.      pena
4.      kertas tipis untuk mengetik, membuat label buku, kantong buku dan slip tanggal
5.      kertas manila untuk membuat kartu katalog, kartu buku, dan kartu peminjama
6.      formulir pendaftaran
7.      kertas bergaris untuk mencatat sesuatu
8.      buku catatan
9.      blangko surat
10.  amplop bermacam-macam ukuran
11.  buku inventaris bahan-bahan pustaka
12.  buku inventaris peralatan perpustakaan
13.  karbon
14.  kertas marmer
15.  kertas stensil
16.  buku induk peminjaman
17.  kartu anggota
18.  tinta
19.  tinta gambar
20.  tinta stensil
21.  tinta stempel
22.  penghapus potlot
23.  penghapus tinta
24.  penghapus mesin ketik
25.  tali
26.  karet
27.  pita
28.  kawat
29.  paku bermacam-macam ukuran
30.  lem perekat cair dan kental
31.  kertas perekat
32.  kuitansi
33.  jepitan kertas
34.  kapur tulis
35.  kapur barus
36.  benang
37.  jarum
38.  spidol
39.  obat pencegah hama/jamur buku
b.      Peralatan tahan lama :
·         mesin ketik
·         mesin stensil
·         mesin hitung
·         keranjang sampah
·         kotak surat
·         jam dinding
·         pisau
·         gunting
·         pelubang kertas
·         penggaris bantal stempel
·         berkas jepitan
·         stempel huruf
·         stempel tanggal
·         stempel angka
·         stempel inventaris perpustakaan sekolah
·         dafrtar klasifikasi
·         daftar buku atau katalog buku
·         papan tulis
·         papan pengumuman
·         mesin pengikat kertas
·         penjepret kawa (stepler)
·         palu
·         sapu
·         kemoceng
·         alat pemadam kebakaran
·         alat semprot memberantas hama buku
·         ember
·         lampu
2.      Perlengkapan Perpustakaan Sekolah
perlengkapan yang sangat dibutuhkan dalam penyelengaraan perpustakaan sekolah. Pengadaan setiap perlengkapan harus mempertimbangkan hal-hal seperti nilai efisiensi pengeluaran uang, efisiensi dalam pengaturannya, mutunya baik, enak dipakai, dan menarik bagi penglihatan.
1.      Meja dan kursi sirkulasi yang memiliki desian khusus, biasanya disesuaikan dengan aktivitas di sirkulasi dan kebutuhan perlengkapan untuk mendukung layanan sirkulasi.
2.      Meja dan kursi baca sangat dibutuhkan oleh perpustakaan dengan pemilihan jenis disesuaikan dari luas ruangan perpustakaan.
3.      Meja dan kursi kerja. Tidak begitu banyak dibutuhkan oleh perpustakaan, namun demikian meja kerja ini sangat penting. Segala aktivitas perpustakaan dikendalikan dari meja kerja.
4.      Meja atau rak atlas dan kamus yang dapat dimanfaatkan untuk menempatkan surat kabar yang dilengkapi dengan alat penjepit (stick).
5.      Lemari katalog atau disebut juga kabinet katalog yang digunakan untuk menyimpan kartu katalog.
6.      Rak buku atau juga lemari buku untuk menyusun buku-buku perpustakaan sekolah. Usahakan ukuranya disesuaikan denghn tinggi badan murid-murid sekolah yang dilayani.
7.      Lemari arsip digunakan untuk arsip perpustakaan yang berupa data siswa yang menjadi anggota perpustakaan, data siswa yang meminjam koleksi perpustakaan dan data koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah.
8.      Laci penitipan tas atau locker dapat dimanfaatkan untuk menitipkan tas, jaket dan barang yang tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan perpustakaan.
9.      Kereta buku biasanya sangat dibutuhkan di perpustakaan sekolah yang besar. Kegunaanya adalah untuk mengangkut buku-buku yang dikembalikan oleh siswa dari meja sirkulasi ke rak buku.
10.  Papan display adalah suatu papan yang dapat digunakan untuk memperlihatkan informasi buku baru.
C.       Tata Ruang Perpustakaan Sekolah
Penataan ruang perpustakaan perlu dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangkan berbagai aspek. Tata ruang perpustakaan sekolah adalah penataan atau penyusunan segala fasilitas perpustakaan sekolah di ruang atau gedung yang tersedia. Penataan ruang perpustakaan sekolah sangat penting, sebab dengan penataan ruang tersebut memungkinkan pemakaian ruang perpustakaan sekolah lebih efisien, memperlancar para petugas dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya, mencegah adanya rasa terganggu antara yang satu pihak dengan pihak yang lain.
Untuk memperlancar kegiatan pelayanan dan penyelesaian pekerjaan, dalam penataan ruangan perlu diperhatikan prinsip-prinsip tata ruang sebagai berikut:
1.      pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya ditempatkan di ruang terpisah atau di tempat yang aman dari gangguan.
2.      bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di lokasi yang strategis agar mudah dicapai.
3.       penempatan perabot, seperti meja, kursi, dan rak hendaknya disusun dalam bentuk garis lurus.
4.       jarak satu meubelair dengan lainnya dibuat agak lebar agar orang yang lewat lebih leluasa.
5.      bagian-bagian yang mempunyai tugas sama, hampir sama, atau merupakan kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan.
6.      bagian yang menangani pekerjaan yang bersifat berantakan seperti pengolahan, penjilidan dan pengetikan, hendaknya ditempatkan yang tidak tampak oleh khalayak umum (pengguna perpustakaan).
7.      apabila memungkinkan, semua petugas dalam satu unit/ ruangan duduk menghadap ke arah yang sama dan pimpinan duduk di belakang.
8.      alur pekerjaan hendaknya bergerak maju dari satu meja ke meja lain dalam satu garis lurus.
9.       ukuran tinggi, rendah, panjang, lebar, luas, dan bentuk perabot hendaknya dapat diatur lebih leluasa.
10.  perlu ada lorong yang cukup lebar untuk jalan apabila sewaktu-waktu terjadi musibah/ kebakaran.
Penempatan ruang perpustakaan sekolah hendaknya di lokasi yang strategis. Sebab perpustakaan merupakan komponen utama pendukung kegiatan belajar-mengajar.
Agar menghasilkan penataan ruang perpustakaan yang optimal serta dapat menunjang kelancaran tugas perpustakaan sebagai lembaga pemberi jasa, sebaiknya pustakawan perlu memperhatikan aspek/hal-hal berikut ini:
1.        Aspek fungsional
 bahwasannya penataan ruang harus mendukung kinerja perpustakaan secara keseluruhan baik bagi petugas perpustakaan maupun bagi pemakai perpustakaan. Penataan yang fungsional dapat tercipta jika antar ruangan mempunyai hubungan  yang fungsional dan bahan pustaka, peralatan dan pergerakan pemakai perpustakaan dapat mengalir dengan lancar. Antar ruang saling mendukung sehinggal betul-betul tercipta fungsi penataan ruangan secara optimal.
2.        Aspek psikologis
pengguna; dilihat dari aspek ini tujuan penataan ruangan adalah agar pengguna perpustakaan merasa nyaman, leluasa bergerak di perpustakaan dan merasa tenang. Kondisi ini dapat diciptakan melalui penataan ruangan yang harmonis dan serasi, termasuk dalam hal penataan hal perabot perpustakaan.
3.        Aspek estetika
       pada aspek ini perlu diperhatikan. Keindahan penataan ruang perpustakaan salah satunya bisa melalui penataan perabot yang digunakan. Jika perpustakaan bersih dan penataannya serasi maka pemakai akan merasa ingin berlama-lama berada di perpustakaan. 
4.        Aspek keamanan
bahan pustaka; berkaitan dengan tata ruang, keamanan bahan pustaka bisa dikelompokkan dalam dua bagian. Pertama faktor keamanan bahan pustaka dari akibat kerusakan secara alamiah, dan kedua adalah faktor kerusakan/kehilangan bahan pustaka karena faktor manusia. Penataan ruang harus memperhatikan kedua faktor tersebut. Hindari masuknya sinar matahari secara langsung dengan intensitas cahaya yang tinggi, apalagi sampai mengenai koleksi bahan pustaka. Penataan ruang yang fungsional mampu menciptakan pengawasan terhadap keamanan koleksi perpustakaan secara tidak langsung dari kerusakan faktor manusia.  
Penataan ruang perpustakaan sekolah memiliki beberapa kegunaan atau manfaat yang harus dicapai. Manfaat atau kegunaan tersebut menjadi pedoman atau bahan pertimbangan pada setiap aktivitas penataan ruang. Manfaat-manfaat yang diharapkan dicapai melalui penataan ruang perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut :
a.       dapat menciptakan suasana aman, nyaman, dan menyenangkan untuk belajar , baik bagi murid-murid, guru-guru, dan pengunjung lainnya.
b.      mempermudah murid-murid, guru-guru, dan pengunjung lainnya dalam mencari bahan-bahan pustaka yang diinginkan.
c.       petugas perpustakaan sekolah mudah memproses bahan-bahan pustaka, memberikan pelayanan, dan melakukan pengawasan.
d.      bahan-bahan pustaka aman dari segala sesuatu yang dapat merusaknya.
e.       memudahkan perpustakaan sekolah dalam melakukan perawatan terhadap semua perlengkapan perpustakaan sekolah.
Setiap guru atau petugas perpustakaan sekolah memerlukan penerangan dalam melaksanakan atau cahaya yang cukup tidak akan melelahkan mata, tidak mengurangi daya penglihatan dan tidak menyilaukan. Adanya penerangan yang cukup akan menambah efisiensi dalam kerja, semua petugas dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa terlalu mengalami kesalahan. Begitu pula para pengunjung perpustakaan sekolah, baik itu murid-murid, guru-guru, maupun pengunjung lainnya memerlukan penerangan yang cukup dalam membaca atu mempelajari buku-buku tertentu.
      Sehubungan dengan penerangan atau cahaya adalah warna yang dipakai pada dinding ruang perpustakaan sekolah. Warna yang tepat akan mencegah kesilauan, sebab warna itu apabila disorot oleh sinar akan memantulkan kembali sinar tersebut sesuai dengan daya pantulnya. Oleh karena itu warna-warna yang digunakan jangan terlalu terang atau terlalu gelap. Gunakanlah warna-warna yang bersifat sejuk.
      Akhirnya yang perlu dipertimbangkan dalam penataan ruang adalah udara. Agar guru pustakawan atau petugas perpustakaan sekolah dapat mengerjakan dengan sebaik-baiknya, dan para pengunjung dapat belajar dengan tenang dan nyaman perlu adanya udara yang segar dalam hal ini udara tidak panas dan tidak lembab. Udara yang panas membuat orang menjadi ngantuk, cepat lelah, sedangkan udara yang lembab menekan perkembangan kreativitas petugas dan kreativitas berpikir. Selain itu kelembaban udara menimbulkan bermacam-macam jamur yang dapat merusak buku. Cara yang dapat ditempuh adalah penataan ruang perpustakaan sekolah sedemikian rupa sehingga lubang-lubang udara atau jendela-jendela tidak tertutup.
BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
Tata ruang, perabot dan perlengkapan perpustakaan sekolah memainkan peran utama menyangkut bagaimana perpustakaan melayani sekolah. Penampilan estetis perpustakaan sekolah memberikan rasa nyaman dan merangsang komunitas sekolah untuk memanfaatkan waktunya di perpustakaan. Untuk menghasilkan sebuah gedung perpustakaan yang fungsional, pembangunan gedung perpustakaan melibatkan banyak pihak yang terkait. Mendirikan suatu gedung perpustakaan, diperlukan pengetahuan yang cukup tentang segala aspek yang merupakan ciri khas gedung perpustakaan yang bersangkutan. Ruang perpustakaan berstandar tinggi dan memiliki sejumlah besar sumberdaya berkualitas tinggi merupakan hal penting. Karena akan berpengaruh terhadap proses pelaksanaan kegiatan dan pencapaian tujuan.

B.       Saran
Sebagaimana kita tahu bahwa pepustakaan tidak hanya sebagai sumber belajar yang sangat penting, perpustakaan juga berfungsi sebagai pusat belajar mengajar, pusat informasi, pusat penelitian sederhana dan pusat rekreasi. Perpustakaan mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah, menyimpan, mendayagunakan dan menyebarluaskan bahan pustaka kepada guru, siswa dan tenaga administrasi. Maka dari itu sarana dan prasana seperti peralatan, perlengkapan dan penataan ruang perpustakaan perlu diketahui serta diaplikasikan untuk peningkatan sarana dan prasarana dalam menunjang proses kegiatan perpustakaan serta keberhasilan pencapaian tujuan.




DAFTAR PUSTAKA


Bafadal, Ibrahim. 2005. Pengelolaan perpustakaan sekolah. Jakarta: Sinar     Grafika Offset.
Juhrah. 2012. Tata Ruang Peralatan dan Perlengakapan Perpustakaan. [online]: http://librarysmpn1mandastana.wordpress.com/2012/10/15/tata-ruang-peralatan-dan-perlengkapan-perpustakaan/. Rabu, 12 Desember 2014.
Manfaluthi. 2010. Tata Ruang Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan. [online]: http://manfaluthi-luthysis.blogspot.com/2010/03/tata-ruang-perabot-dan-perlengkapan.html. Rabu, 12 Desember 2014.