Saturday, January 10, 2015

analisisi faktor penentu tidak komunikatif, deiksis, praanggapan, implikatur percakapan dan prinsip kerja sama dalam pragmatik


A.      PENDAHULUAN
Pragmatik sebagai bidang baru dalam kajian kebahasaan, khususnya bahasa dalam penggunaan. Kesantunan dalam berbahasa seharusnya mendapatkan perhatian baik oleh pakar atau linguis maupun para pembelajar bahasa. Selain itu, penting  juga bagi setiap orang untuk memahami kesantunan berbahasa, karena kodratnya manusia adalah “makhluk berbahasa” senantiasa melakukan komunikasi antara satu sama lain. Meskipun dalam ilmu pragmatik kesantunan berbahasa baru mendapatkan perhatian, namun kesantunan berbahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sudah sejak lama diterapkan. Kesantunan berbahasa tersebut diatur oleh norma-norma yang berlaku sehingga diinternalisasikan dalam konteks budaya dan kearifan lokal. Seiring perkembangan zaman, kesantunan berbahasa tersebut sudah mulai sirna karena terpengaruh oleh arus negatif werternisasi. Pada umumnya masyarakat luas khususnya para remaja seringkali menggunakan bahasa yang tidak memperhatikan kesantuna berbahasa. Karena pada kenyataannya, pendidikan tidak menentukan kesantunan dalam berbahasa. Kemampuan berbahasa secara santun tidak ditentukan oleh pangkat dan kedudukan atau jabatan, tetapi ditentukan oleh  level budaya seseorang (Pranowo 2009: 33). Kesantunan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari sangat penting, karena bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi melainkan bahasa juga merupakan realisasi dari kesantunan dan beretika. Untuk itu ilmu pragmatik perlu lebih diperhatikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkankan kesantunan berbahasa.
Brown dan Levinson (1987)  mengemukakan teori tentang kesantunan berbahasa itu  berkisar atas nosi (muka) atau wajah (face) merupakan atribut pribadi yang dimiliki oleh setiap insan dan bersifat universal. Dalam teori ini, wajah kemudian dipilah menjadi dua jenis: wajah dengan keinginan positif (positive face), dan wajah dengan keinginan negatif (negative face). Wajah positif terkait dengan nilai solidaritas, ketakformalan, pengakuan, dan kesekoncoan. Sementara itu, wajah negatif bermuara pada keinginan seseorang untuk tetap mandiri, bebas dari gangguan pihak luar, dan adanya penghormatan pihak luar terhadap kemandiriannya itu (Aziz, 2008:2). Melihat bahwa wajah memiliki nilai seperti yang telah disebutkan, maka nilai-nilai itu patut untuk dijaga, dan salah satu caranya adalah melalui pola berbahasa yang santun, yang tidak merusak nilai-nilai wajah itu. Kesantunan ini dapat ditafsirkan sebagai upaya untuk menghindari konflik antara penutur dan lawan tuturnya di dalam proses komunikasi.

















B.       ANALISIS DAN HASIL
Ibu Mila     : Abing.
Ibu Susan   : Tuh si abing.
Ibu Mila     : Hampura! (sambil menangis).
Ibu Maya    : Heueuh sarua urang ge. Euleuh eni, hayu ka uwa. Eumh embungeun (ke anak Mila).
Ibu Mila     : Hayang wae ka bayi
Ibu Susan    : Iyeuna embung diragap.
Ibu Mila     : Andi yeuh ka kirim
Ibu Maya    : Naon?
Ibu Susan    : Sarua siga urang areror.
Ibu Maya    : Ari sia gableg hp teh areror, anggur nu aing hp butut oge eror. Hahaha
Andi           :  Tina naona iyeu teh.
Ibu Mila     : Tina pengaturana we diubek-ubek.
Ibu Susan    : Nu abi mineung tibeubeut iyeu mah.
Ibu Maya    : Ari sugan abi oge kunaon kitu, sinyal kabur wae kitu ceukeng teh.
Ibu Susan    : Tadina mah rek meuli eta abi teh, bakat ku pusing.
Ibu Maya    : Blackberry?
Ibu Susan    : Lain, meuli kartu m3 bakat ku keseul meni.
Ibu Maya    : Diganti?
Ibu Susan    : Heueuh, ngan loba teuing beulieun kamari teh lieur.
Syifa           : Emam... emam.
Ibu Susan    : Teh hayang emam senah teh, jeung kecap teh.
Deuis          : Enya (sambil berjalan untuk mengambil nasi)
Ibu Maya    : Didieu ifa duduk !
Syifa           : Eueut mamah.
Ibu Susan    : Teh jeung eueutna senah teh, teu apal aya tukang tahu si euis mun aya tukang tahu pegat ceukeng teh.
Ibu Maya    : Jeung naon eni mamna?
Deuis          : Belut.
Ibu Mila      : Si ieu mah beubeunangan keneh jeung kecap da dahar teh.
Ibu Maya    : Da heueuhnya, barudak teh jeung uyah jeung kecap, mun jeung daging mah tara ieu. Kecuali lamun dihuapan model barudak oge.
Ibu Mila      : Jeung endog we ceplok. Endogna kecapan.
Ibu Susan    : Mil si eros mah nyiram teh jagjag we.
Ibu Mila     : Hah?
Ibu Susan    : Si eros nyiram.
Ibu Mila     : Oh. Keur nyiram? Paingan tadi si aana uo.
Ibu Maya    : Oh, salaki meureun.
Ibu Susan    : Pindah meureun.
Ibu Mila     : Paingan ceuk aing teh lalaki-lalaki kunaon.
Ibu Maya    : Si Aana?
Ibu Mila     : Heueuh, bieu isuk-isuk.
Ibu Maya    : Si anjir hahaha si erosna mah teu naha teu nihi.
Ibu Susan    : Heueuh si erosna mah may, urang mah mun bret hujan di jejeket teh ti bret hujan, tepi ka balik teh eta ngaran tiris. Da si eros mah tara di jejeket, lempeng we ngaladangan hujan gede oge.
Ibu Mila     : Sok ripuh mun pindah ka lalakina mah.
Ibu Susan   : Sok ripuh alahbatan.
Ibu Maya    : Si emulnya nu kitu teh, sok ngarujak gening.
Ibu Susan    : Tapi tara tulukam-teleukeum. Tapi teuing mun di kamar mah. Kieu tah mil mun nyiram jadi sok pindah. Ieu teh bau hangseur kieu , timana kitu ieu teh ti cai molongo?
Ibu Maya    : Da di luar oge atuh, si ojak paragina.
Ibu Susan   : Tuh Empur, ngala lauk pur. Ayaan mang ade?
Mang Ade  : Aya we ngeureuyeuh tapi ka kantin heula.
Ibu Maya    : Balik ti kantin langsung ngala lauk.
Ibu Susan   : Heueuh, duit teh beakeun ku sorangannya.
Ibu Mila     : Oh, si Eros teh keur nyiram nyah?
Ibu Susan   : Heueuh, jagjag puguh.
Ibu Mila     : Paingan basa eta nyokot si Andi tea kaditu, naon senah cek si Aa teh  budak senah rudet wae pamajikan ngaringkuk, niram meureun adian deui meureun.
Ibu Maya    : Lain ngaringkuk, basa rek kuriak teh mareuhmeuh.
Ibu Susan   : Heueuh, da kapanggihna mah geus anggeus.
Ibu Mila     : Leuheung keur masakna teu ieu.
Ibu Susan   : Heueuh da geus anggeus, geus beres.
Ibu Maya    : Jeung da model ayeuna oge teu bua teu bau.
Ibu Susan    : Da teu nanaon.
Ibu Mila     : Si Aa bieu keur mandi sugan teh karogok ku sikat gigi.
Ibu Susan   : Tutupan we si ajina tutupan (ke Deuis).
Ibu Mila     : Heueuhnya lamun lalakina mah sok rada ripuh.
ANALISIS
1.      Faktor Penentu Tindak Komunikatif
a.    Siapa berbahasa dengan siapa?
Yang berbahasa dalam pertuturan di atas adalah Ibu Maya, Ibu Susan, Ibu Mila, Andi, Syifa dan Deuis, karena dalam komunikasi tersebut mereka bernteraki satu sama lain.
b.    Untuk tujuan apa?
Tujuan pertuturan di atas adalah bercengkrama dengan saudara karena percakapan tersebut dilakukan ketika Ibu Maya mengunjungi rumah Ibu Susan dan bertemu dengan Ibu Mila yang rumah orangtuanya dekat dengan Ibu Susan dan baru datang dari Wanaraja.
c.     Dalam situasi apa?
 Pertuturan tersebut dilakukan dalam situasi yang santai dan tidak formal seperti halnya situasi di Rumah dalam kehidupan sehari-hari.
d.    Dalam konteks apa?
 Dalam pertuturan tersebut ada perasaan  haru ketika Bu Maya bertemu dengan Bu Mila karena mereka sudah lama tak bertemu, tetapi tak lama kemudian keharuan itu berubah menjadi kegembiraan karena bisa bercengkrama dan berbagi cerita satu sama lain.
e.    Jalur yang mana?
Pertuturann tersebut dilakukan dengan jalur lisan karena dilakukan secara langsung.
f.       Media apa?
Media yang digunakan pada pertuturan tersebut adalah media tatap muka karena penutur dan lawan tutur melakukan pertuturan secara langsung tanpa alat perantara apapun.
g.      Dalam peristiwa apa?
Pertuturan tersebut dilakukan dalam peristiwa bercakap-cakap layaknya seperti perbincangan dalam kehidupan sehari-hari dengan adanya interaksi satu sama lain dan tidak dilakukan secara satu arah.
2.      Deiksis
a.       Deiksis orang
Deiksis orang yang terdapat pada percakapan tersebut adalah urang, sia, abi, teh, Aa, aing
·         Urang, abi, aing termasuk deiksis orang karena merupakan kata ganti orang pertama yang acuannya tidak tetap.
·         Sia termasuk deiksis orang karena merupakan kata ganti orang kedua yang acuannya tidak tetap atau bisa kepada siapa saja.
·         Teh berasal dari kata teteh yang termasuk deiksis orang karena merupakan kata sapaan pengganti kepada seorang perempuan yang lebih dewasa seperti pada pertuturan tersebut  meskipun merujuk pada Deuis (anak Bu Susan yang mempunyai adik) tetapi tidak dijelskan dengan teh Deuis sehingga acuannya tidak tetap.
·         Aa termasuk deiksis orang karena merupakan  kata sapaan pengganti kepada laki-laki yang lebih dewasa seperti pada pertuturan tersebut meskipun merujuk kepada kakanya Bu Maya dan Bu Mila namun tidak disertakan namanya sehingga termasuk ke dalam deiksis.
b.      Deiksis waktu
Deiksis waktu yang terdapat pada percakapan tersebut adalah tadi, kamari, basa eta, bieu, ayeuna, isuk-isuk.
·         Tadi termasuk deiksis waktu karena merupakan pengungkapan jarak waktu yang bisa saja tadi itu mengacu kepada tadi siang, tadi sore atau tadi pagi sehingga acuannya tidak tetap.
·         Kamari termasuk deiksis waktu karena pengungkapan jarak waktu sehari sebelum hari sekarang, misalnya jika sekarang hari Rabu maka kemarin hari selasa dan jika sekarang hari Kamis maka kemarin adalah hari Rabu, sehingga acuannya tidak tetap.
·         Basa eta termasuk deiksis waktu karena merupakan pengungkapan jarak waktu lampau atau waktu yang sudah terjadi dan acuannya tidak tetap.
·         Bieu termasuk deiksis waktu karena merupakan pengungkapan jarak waktu yang sudah terjadi namun  belum lama.
·         Ayeuna termasuk deiksis waktu karena merupakan pengungkapan jarak waktu misalnya dalam bahasa Indonesia ayeuna dalah sekarang. Sekarang itu acuannya tidak tetap karena sekarang itu bisa saja mengacu sekarang pukul berapa atau hari apa.
·         Isuk-isuk termasuk deiksis waktu karena merupakan pengungkapan jarak waktu yang acuannya tidak tetap karena isuk-isuk sama dengan pagi-pagi yang bisa saja hari apa dan pukul berapa.
c.       Deiksis tempat
Deiksisi tempat yang terdapat pada percakapan yaitu didieu, kamar, kantin, diluar.
·         Didieu termasuk deiksis tempat yang berkaitan dengan ruang dekat dengan pembicara (termasuk yang dekat dengan pendengar) yang acuannya tidak tetap.
·         Kamar termasuk deiksis tempat yang berkaitan dengan ruang dan acuannya tidak tetap karena bisa saja kamar itu kamar mandi, kamar tidur dan tidak tentu kamar yang bagian mana dan sebelah mana ataupun milik siapa.
·         Kantin termasuk deiksis tempat yang berkaitan dengan  ruyang dan acuannya idak tetap karena bisa saja kantin itu kantin sekolah, kantin perguruan tinggi ataupun kantin lainnya.
·         Diluar termasuk deiksis tempat karena acuannya tidak tetap, bisa saja diluar rumah, di luar kamar dan sebagainya.
3.      Praanggapan
·      Ibu Maya    : Naon?
Ibu Susan    : Sarua siga urang areror.
Ibu Maya    : Ari sia gableg hp teh areror, anggur nu aing hp butut oge eror. Hahaha
pertuturan  tersebut termasuk praanggapan karena tanpa  Ibu Susan menjelaskan tentang HP, Ibu Maya sudah  mengetahui bahwa yang eror itu HP. Itu menujukkan bahwa ada pengetahuan yang sama antara Ibu Susan dan Ibu Maya.
·      Ibu Susan    : Teh hayang emam senah teh, jeung kecap teh.
                 Deuis          : Enya (sambil berjalan untuk mengambil nasi).
            Dalam pertuturan tersebut ada pengetahuan bersama antara Ibu Susan dan anaknya (Deuis) , meskipun Ibu Susan tidak menjelaskan hanya berkata seperti itu, namun anaknya mengetahui secara tersirat bahwa Ibunya menyuruhnya untuk mengambil nasi untuk adiknya.
·      Ibu Mila      : Oh. Keur nyiram? Paingan tadi si aana uo.
Ibu Maya    : Oh, salaki meureun.
Ibu Susan    : Pindah meureun.
Ada pengetahuan yang sama antara ketiga penutur tersebut ditunjukan dengan “paingan si aana uo” kemudian Ibu Maya dan Ibu Susan menjawab dengan serentak, itu menunjukkan  mereka saling mengerti bahwa seorang istri yang sedang ngidam bisa menular kepada suaminya.
·      Ibu Mila                  : Leuheung keur masakna teu ieu.
Ibu Susan                : Heueuh da geus anggeus, geus beres.

Ada pengetahuan yang sama seperti yang dikatakan oleh Bu Mila “keur masakna teu ieu” , meskipun tidak jelas dan tersirat Bu Susan langsung  mengerti  pernyataan dari Ibu Mila bahwa sedang masaknya tidak apa-apa meskipun hamil tapi tetap bisa memasak karena biasanya ibu hamil identik dengan tidak ingin melakukan apa-apa dan  hanya berbaring saja. Bu Susan pun menjawab “heueuh, da geus anggeus geus beres” itu memberikan  makna iya karena pada waktu Eros hamil itu ia sudah selesai membangun rumahnya sehingga tak perlu lagi memask yang banyak.

· Ibu Mila     : Sok ripuh mun pindah ka lalakina mah.
Ibu Susan   : Sok ripuh alahbatan.

Ada pengetahuan yang sama antara Ibu Mila dan Ibu Susan, meskipun Ibu Mila tidak menjelaskan namun Ibu Susan sudah mengerti bahwa yang dimaksud adalah yang ngidam berpindah kepada suaminya akan lebih parah dibandingkan dengan istrinya sendiri yang ngidam sehingga Ibu Susan pun menjawab akan sangat parah.

4.      Implikatur Percakapan
·         Ibu Maya : si Aana?
Ibu Mila  : heueuh, bieu isuk-isuk
Dalam pertuturan tersebut ada keterkaitan antara “ si Aana?” dengan “heueuh, bieu isuk-isuk”, secar literal tidak bisa dipahami namun secara tersirat bisa dipahami bahwa Aa yang ditanyakan oleh Ibu Maya muntah-muntah pada waktu pagi-pagi.
·      Ibu Susan    : Heueuh si Erosna mah may, urang mah mun bret hujan di jejeket teh ti bret hujan, tepi ka balik teh eta ngaran tiris. Da si eros mah tara di jejeket, lempeng we ngaladangan hujan gede oge.
Ibu Mila        : Sok ripuh mun pindah ka lalakina mah.
Dalam pertuturan tersebut ada keterkaitan antara yang diujarkan oleh Ibu Susan dan Ibu Mila, secara literal tidak bisa dipahami namun secara tersirat bisa dipahami bahwa Eros yang sedang dibicarakan oleh mereka meskipun sedang hamil tetap bisa melakukan aktifitas seperti biasanya yaitu berjualan karena ngidamnya itu berpindah kepada suaminya yang sering muntah-muntah.
·      Ibu Susan :   tapi tara tulukam-telekem, kieu tah mil mun nyiram jadi sok pindah. Ieu teh bau hangseur kieu, timana kitu ieu teh ti cai molongo?
Ibu Maya : da di luar oge atuh, si Ojak paragina.
Dalam pertuturan tersebut ada keterkaitan antara yang diujarkan oleh Ibu Maya “si Ojak paragina” dengan yang diujarkan oleh Ibu Susan. Keterkaitan tersebut tidak bisa dipahami secara literal, namun secara tersirat bisa dipahami bahwa bukan  hanya di kamar mandi bau pesing tersebut, tetapi di luar rumahnya (yang sedang mereka tempati) sering kali digunakan Ojak untuk buang air kecil sehingga bau pesingpun tercium.

·      Ibu Maya : Balik ti kantin langsung ngala lauk.
Ibu Susan : Heueuh, duit teh beakeun ku sorangannya.

Ada keterkaitan antara “Balik ti kantin langsung ngala lauk” dengan “Heueuh, duit teh beakeun ku sorangannya”. Secara literal tidak bisa dipahami karena tidak disebutkan dalam pertuturan tersebut, namun secara tersirat dipahami karena Mang Ade yang sedang dibicarakannnya mempunyai dua pekerjaan yaitu di Kantin bagendit untuk menarik para pengunjung wisata Situ Bagendit untuk berlayar dengan rakitnya, setelah itu ia menangkap ikan sehingga dengan kedua pekerjaan tersebut Mang Ade akan lebih cepat dengan menghasilkan uang yang banyak.
·      Ibu Mila   : Oh, si Eros teh keur nyiram nyah?
Ibu Susan : Heueuh, jagjag puguh.
Ada keterkaitan antara “Oh, si Eros teh keur nyiram nyah?” dengan “Heueuh, jagjag puguh” . secara literal tidak bisa dipahami karena tidak disebutkan dalam  pertuturan  tersebut, namun secara tersirat bisa dipahami karena meskipun Eros sedang hamil muda tetap sehat dan melakukan aktifitas sehingga terlihat seperti orang yang  tidak hamil muda.
·      Ibu Susan    : Si Eros nyiram.
                 Ibu Mila      : Oh. Keur nyiram? Paingan tadi si aana uo.
Ada keterkaitan antara “si Eros nyiram” dengan “paingan tadi si Aana uo”. Secara literal tidak bisa dipahami karena tidak bisa disebutkan dalam pertuturan tersebut, namun secara tersirat bisa dipahami bahwa suaminya Eros mntah-muntah karena tertular oleh Eros (istrinya) yang sedang hamil muda.

·  Ibu Maya :   Si Emulnya nu kitu teh, sok ngarujak geningan.
Ibu Susan : Tapi tara tulukam-teuleukeum, tapi teuing mun di kamar mah.
Ada keterkaitan antara “si Emulnya nu kitu teh, sok ngarujak geningan” dengan “Tapi tara tulukam-teuleukeum, tapi teuing mun di kamar mah” secara literal tidak bisa dipahami karena tidak disebutkan dalam pertuturan tersebut, namun secara tersirat dipahami karena pada waktu dahulu Emul yang istrinya sedang ngidam dan menular kepadanya sehingga ia sering memakan rujak namun tak terlihat sering “tulukam-teleukeum” atau bersender yang mengakibatkan ngidam dari istrinya pindah kepada suaminya.

5.      Prinsip Kerja Sama
a.        Maksim kuantitas
·       Andi       : Tina naona iyeu teh?
Ibu Mila : Tina pengaturana we diubek-ubek.
Pertuturan tersebut termasuk maksim kuantitas karena peserta tutur yaitu Bu Mila memberikan kontribusi yang secukupnya dan tidak berlebihan sesuai dengan kebutuhan dari pertanyaan yang diajukan oleh Andi.
·       Ibu Maya : Jeung naon eni mamna?
Deuis        : Belut.
Pertuturan tersebut merupakan maksim kuantitas karena peserta tutur yaitu Deuis memberikan kontribusi atau jawaban tidak berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan lawan tuturnya yaitu Ibu Maya.

·       Ibu Susan : Teh hayang emam senah teh, jeung kecap teh.
Deuis        : Enya.

Pertuturan tersebut merupakan maksim kuantitas karena peserta tutur yaitu Deuis memberikan kontribusi atau jawaban yang tidak berebihan dan sesuai dengan kebutuhan lawan tuturnya yaitu Ibu Susan yang menyuruhnya untuk mengambil nasi.

b.      Maksim kualitas
Dalam pertuturan di atas tidak terdapat maksim kualitas karena tidak ada hal yang diungkapkan dengan data dan fakta.
c.       Maksim Relevansi
·       Ibu Mila   : Oh, si Eros teh keur nyiram nyah?
Ibu Susan : Heueuh, jagjag puguh.
Pertuturan tersebut memberikan kontribusi yang relevan terhadap masalah pertuturan. Sepintas jawaban Ibu Susan tidak berhubungan, namun bila disimak baik-baik jawaban Ibu Susan mengimplikasikan atau menyiratkan bahwa meskipun sedang ngidam namun tetap sehat dan beraktifitas.
·       Ibu Susan : Si eros nyiram.
Ibu Mila    : Oh. Keur nyiram? Paingan tadi si Aana uo.

Pertuturan tersebut memberikan kontribusi yang relevan terhadap masalah pertuturan. Sepintas jawaban Ibu Mila tidak berhubungan, namun bila disimak baik-baik jawaban Ibu Mila mengimplikasikan atau menyiratkan bahwa ia melihat kakaknya atau Aa sedang muntah-muntah dan  itu menandakan bahwa istri kakaknya sedang ngidam dan reaksi ngidamnya menular terhadap kakaknya itu.

·       Ibu Maya : Balik ti kantin langsung ngala lauk.
Ibu Susan : Heueuh, duit teh beakeun ku sorangannya.

Pertuturan tersebut memberikan kontibusi yang relevan terhadap masalah pertuturan. Sepintas jawaban Ibu Susan tidak berhubungan, namun bila disimak baik-baik  jawaban Ibu Susan menyiratkan atau mengimplikasikan bahwa Orang yang sedang dibicarakannya mempunyai dua pekerjaan di kantin Situ Bagendit untuk menarik penumpang dengan rakitnya dan menangkap ikan sehingga akan menghasilkan uang lebih banyak.

·   Ibu Maya : si Aana?
Ibu Mila  : heueuh, bieu isuk-isuk
Pertuturan tersebut memberikan kontribusi yang relevan dalam masalah  pertuturan. Sepintas jawaban Ibu Mila tidak berhubungan namun apabila disimak secara baik-baik jawaban Ibu Mila menyiratkan atau mengimplikasikan bahwa kakanya tadi pagi-pagi muntah-muntah.
·      Ibu Susan :   tapi tara tulukam-telekem, kieu tah mil mun nyiram jadi sok pindah. Ieu teh bau hangseur kieu, timana kitu ieu teh ti cai molongo?
     Ibu Maya : da di luar oge atuh, si Ojak paragina
Pertuturan tersebut memberikan kontribusi yang relevan dalam masalah pertuturan. Sepintas jawaban Ibu Maya tidak berhubungan, namun apabila disimak baik-baik menyiratkan atau mengimplikasikan bahwa  diluar juga bau pesing karena selalu digunakan oleh Ojak (adiknya Bu Maya) untuk buang air kecil.
d.      Maksim Cara
Dalam pertuturan  tersebut  tidak terdapat maksim cara karena kebanyakan bersifat ambigu sehingga sulit di tafsirkan maknanya, berlebih-lebihan dan tidak runtut.






C.    simpulan
Kesantunan berbahasa bersentral  pada jarak sosial, yang mana sekaligus mengatur tata krama berbahasa kita. Santun berarti tidak mengancam wajah, tidak menyatakan hal-hal yang bermuatan ancaman terhadap harga diri seseorang, atau tidak mencoreng wajah seseorang maupun wajah diri sendiri. Kesantunan tidak bisa ditentukan oleh pangkat atau jabatan tetapi  ditentukan oleh level budaya (Pranowo 2009: 33). Begitu pula seperti dalam pertuturan di atas  peserta tutur tidak  mempunyai pangkat atau jabatan  pendidikannya pun  rendah,  sehingga kesantunan  mereka dalam berbahasa tidak terlalu kasar dan  tidak terlalu santun karena mereka tidak menggunakan kata-kata binatang yang ditujukan  kepada lawan tuturnya namun  mereka menggunakan  kata pengganti untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain yang kurang santun . Kebiasaan berbahasa mereka  yang  kurang santun dikarenakan terpengaruh oleh cara berbahasa dalam lingkunganya.






No comments:

Post a Comment