A.
PENDAHULUAN
Pragmatik
sebagai bidang baru dalam kajian kebahasaan, khususnya bahasa dalam penggunaan.
Kesantunan dalam berbahasa seharusnya mendapatkan perhatian baik oleh pakar
atau linguis maupun para pembelajar bahasa. Selain itu, penting juga bagi setiap orang untuk memahami
kesantunan berbahasa, karena kodratnya manusia adalah “makhluk berbahasa”
senantiasa melakukan komunikasi antara satu sama lain. Meskipun dalam ilmu
pragmatik kesantunan berbahasa baru mendapatkan perhatian, namun kesantunan
berbahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sudah sejak lama diterapkan.
Kesantunan berbahasa tersebut diatur oleh norma-norma yang berlaku sehingga
diinternalisasikan dalam konteks budaya dan kearifan lokal. Seiring
perkembangan zaman, kesantunan berbahasa tersebut sudah mulai sirna karena
terpengaruh oleh arus negatif werternisasi. Pada umumnya masyarakat luas
khususnya para remaja seringkali menggunakan bahasa yang tidak memperhatikan
kesantuna berbahasa. Karena pada kenyataannya, pendidikan tidak menentukan
kesantunan dalam berbahasa. Kemampuan berbahasa secara santun tidak ditentukan
oleh pangkat dan kedudukan atau jabatan, tetapi ditentukan oleh level budaya seseorang (Pranowo 2009: 33). Kesantunan
berbahasa dalam kehidupan sehari-hari sangat penting, karena bahasa bukan hanya
sebagai alat komunikasi melainkan bahasa juga merupakan realisasi dari
kesantunan dan beretika. Untuk itu ilmu pragmatik perlu lebih diperhatikan dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkankan kesantunan
berbahasa.
Brown
dan Levinson (1987) mengemukakan teori tentang
kesantunan berbahasa itu berkisar atas
nosi (muka) atau wajah (face) merupakan atribut pribadi yang
dimiliki oleh setiap insan dan bersifat universal. Dalam teori ini, wajah
kemudian dipilah menjadi dua jenis: wajah dengan keinginan positif (positive
face), dan wajah dengan keinginan negatif (negative face). Wajah positif terkait
dengan nilai solidaritas, ketakformalan, pengakuan, dan kesekoncoan. Sementara
itu, wajah negatif bermuara pada keinginan seseorang untuk tetap mandiri, bebas
dari gangguan pihak luar, dan adanya penghormatan pihak luar terhadap
kemandiriannya itu (Aziz, 2008:2). Melihat bahwa wajah memiliki nilai seperti
yang telah disebutkan, maka nilai-nilai itu patut untuk dijaga, dan salah satu
caranya adalah melalui pola berbahasa yang santun, yang tidak merusak
nilai-nilai wajah itu. Kesantunan ini dapat ditafsirkan sebagai upaya untuk
menghindari konflik antara penutur dan lawan tuturnya di dalam proses
komunikasi.
B. ANALISIS DAN HASIL
Ibu Mila :
Abing.
Ibu Susan : Tuh si abing.
Ibu Mila : Hampura! (sambil menangis).
Ibu Maya :
Heueuh sarua urang ge. Euleuh eni, hayu ka uwa. Eumh embungeun (ke anak Mila).
Ibu Mila : Hayang wae ka bayi
Ibu Susan :
Iyeuna embung diragap.
Ibu Mila : Andi yeuh ka kirim
Ibu Maya : Naon?
Ibu Susan : Sarua
siga urang areror.
Ibu Maya : Ari sia gableg hp teh areror, anggur nu
aing hp butut oge eror. Hahaha
Andi :
Tina naona iyeu teh.
Ibu Mila : Tina pengaturana we diubek-ubek.
Ibu Susan : Nu
abi mineung tibeubeut iyeu mah.
Ibu Maya : Ari
sugan abi oge kunaon kitu, sinyal kabur wae kitu ceukeng teh.
Ibu Susan :
Tadina mah rek meuli eta abi teh, bakat ku pusing.
Ibu Maya :
Blackberry?
Ibu Susan : Lain,
meuli kartu m3 bakat ku keseul meni.
Ibu Maya :
Diganti?
Ibu Susan :
Heueuh, ngan loba teuing beulieun kamari teh lieur.
Syifa : Emam... emam.
Ibu Susan : Teh
hayang emam senah teh, jeung kecap teh.
Deuis : Enya (sambil berjalan untuk
mengambil nasi)
Ibu Maya :
Didieu ifa duduk !
Syifa :
Eueut mamah.
Ibu Susan : Teh
jeung eueutna senah teh, teu apal aya tukang tahu si euis mun aya tukang tahu
pegat ceukeng teh.
Ibu Maya : Jeung
naon eni mamna?
Deuis :
Belut.
Ibu Mila : Si
ieu mah beubeunangan keneh jeung kecap da dahar teh.
Ibu Maya : Da
heueuhnya, barudak teh jeung uyah jeung kecap, mun jeung daging mah tara ieu.
Kecuali lamun dihuapan model barudak oge.
Ibu Mila :
Jeung endog we ceplok. Endogna kecapan.
Ibu Susan : Mil
si eros mah nyiram teh jagjag we.
Ibu Mila : Hah?
Ibu Susan : Si
eros nyiram.
Ibu Mila : Oh. Keur nyiram? Paingan tadi si aana uo.
Ibu Maya : Oh,
salaki meureun.
Ibu Susan :
Pindah meureun.
Ibu Mila : Paingan ceuk aing teh lalaki-lalaki
kunaon.
Ibu Maya : Si
Aana?
Ibu Mila : Heueuh, bieu isuk-isuk.
Ibu Maya : Si
anjir hahaha si erosna mah teu naha teu nihi.
Ibu Susan :
Heueuh si erosna mah may, urang mah mun bret hujan di jejeket teh ti bret
hujan, tepi ka balik teh eta ngaran tiris. Da si eros mah tara di jejeket,
lempeng we ngaladangan hujan gede oge.
Ibu Mila : Sok
ripuh mun pindah ka lalakina mah.
Ibu Susan : Sok ripuh alahbatan.
Ibu Maya : Si emulnya nu kitu teh, sok ngarujak
gening.
Ibu Susan : Tapi
tara tulukam-teleukeum. Tapi teuing mun di kamar mah. Kieu tah mil mun nyiram
jadi sok pindah. Ieu teh bau hangseur kieu , timana kitu ieu teh ti cai
molongo?
Ibu Maya : Da di luar oge atuh, si ojak paragina.
Ibu Susan : Tuh Empur, ngala lauk pur. Ayaan mang ade?
Mang Ade : Aya we ngeureuyeuh tapi ka kantin heula.
Ibu Maya : Balik ti kantin langsung ngala lauk.
Ibu Susan : Heueuh, duit teh beakeun ku sorangannya.
Ibu Mila : Oh, si Eros teh keur nyiram nyah?
Ibu Susan : Heueuh, jagjag puguh.
Ibu Mila : Paingan basa eta nyokot si Andi tea
kaditu, naon senah cek si Aa teh budak
senah rudet wae pamajikan ngaringkuk, niram meureun adian deui meureun.
Ibu Maya : Lain ngaringkuk, basa rek kuriak teh
mareuhmeuh.
Ibu Susan : Heueuh, da kapanggihna mah geus anggeus.
Ibu Mila : Leuheung keur masakna teu ieu.
Ibu Susan : Heueuh da geus anggeus, geus beres.
Ibu Maya : Jeung da model ayeuna oge teu bua teu bau.
Ibu Susan : Da
teu nanaon.
Ibu Mila : Si Aa bieu keur mandi sugan teh karogok
ku sikat gigi.
Ibu Susan : Tutupan we si ajina tutupan (ke Deuis).
Ibu Mila : Heueuhnya lamun lalakina mah sok rada
ripuh.
ANALISIS
1.
Faktor
Penentu Tindak Komunikatif
a.
Siapa berbahasa dengan siapa?
Yang
berbahasa dalam pertuturan di atas adalah Ibu Maya, Ibu Susan, Ibu Mila, Andi,
Syifa dan Deuis, karena dalam komunikasi tersebut mereka bernteraki satu sama
lain.
b.
Untuk
tujuan apa?
Tujuan
pertuturan di atas adalah bercengkrama dengan saudara karena percakapan
tersebut dilakukan ketika Ibu Maya mengunjungi rumah Ibu Susan dan bertemu
dengan Ibu Mila yang rumah orangtuanya dekat dengan Ibu Susan dan baru datang
dari Wanaraja.
c.
Dalam
situasi apa?
Pertuturan tersebut dilakukan dalam situasi
yang santai dan tidak formal seperti halnya situasi di Rumah dalam kehidupan
sehari-hari.
d.
Dalam
konteks apa?
Dalam pertuturan tersebut ada perasaan haru ketika Bu Maya bertemu dengan Bu Mila
karena mereka sudah lama tak bertemu, tetapi tak lama kemudian keharuan itu
berubah menjadi kegembiraan karena bisa bercengkrama dan berbagi cerita satu
sama lain.
e.
Jalur yang mana?
Pertuturann
tersebut dilakukan dengan jalur lisan karena dilakukan secara langsung.
f.
Media apa?
Media
yang digunakan pada pertuturan tersebut adalah media tatap muka karena penutur
dan lawan tutur melakukan pertuturan secara langsung tanpa alat perantara
apapun.
g.
Dalam peristiwa apa?
Pertuturan
tersebut dilakukan dalam peristiwa bercakap-cakap layaknya seperti perbincangan
dalam kehidupan sehari-hari dengan adanya interaksi satu sama lain dan tidak
dilakukan secara satu arah.
2.
Deiksis
a.
Deiksis orang
Deiksis
orang yang terdapat pada percakapan tersebut adalah urang, sia, abi, teh, Aa,
aing
·
Urang, abi, aing termasuk deiksis orang
karena merupakan kata ganti orang pertama yang acuannya tidak tetap.
·
Sia termasuk deiksis orang karena
merupakan kata ganti orang kedua yang acuannya tidak tetap atau bisa kepada
siapa saja.
·
Teh berasal dari kata teteh yang
termasuk deiksis orang karena merupakan kata sapaan pengganti kepada seorang
perempuan yang lebih dewasa seperti pada pertuturan tersebut meskipun merujuk pada Deuis (anak Bu Susan
yang mempunyai adik) tetapi tidak dijelskan dengan teh Deuis sehingga acuannya
tidak tetap.
·
Aa termasuk deiksis orang karena
merupakan kata sapaan pengganti kepada
laki-laki yang lebih dewasa seperti pada pertuturan tersebut meskipun merujuk
kepada kakanya Bu Maya dan Bu Mila namun tidak disertakan namanya sehingga
termasuk ke dalam deiksis.
b.
Deiksis waktu
Deiksis
waktu yang terdapat pada percakapan tersebut adalah tadi, kamari, basa eta,
bieu, ayeuna, isuk-isuk.
·
Tadi termasuk deiksis waktu karena
merupakan pengungkapan jarak waktu yang bisa saja tadi itu mengacu kepada tadi
siang, tadi sore atau tadi pagi sehingga acuannya tidak tetap.
·
Kamari termasuk deiksis waktu karena
pengungkapan jarak waktu sehari sebelum hari sekarang, misalnya jika sekarang
hari Rabu maka kemarin hari selasa dan jika sekarang hari Kamis maka kemarin
adalah hari Rabu, sehingga acuannya tidak tetap.
·
Basa eta termasuk deiksis waktu karena
merupakan pengungkapan jarak waktu lampau atau waktu yang sudah terjadi dan
acuannya tidak tetap.
·
Bieu termasuk deiksis waktu karena
merupakan pengungkapan jarak waktu yang sudah terjadi namun belum lama.
·
Ayeuna termasuk deiksis waktu karena
merupakan pengungkapan jarak waktu misalnya dalam bahasa Indonesia ayeuna dalah
sekarang. Sekarang itu acuannya tidak tetap karena sekarang itu bisa saja
mengacu sekarang pukul berapa atau hari apa.
·
Isuk-isuk termasuk deiksis waktu karena merupakan
pengungkapan jarak waktu yang acuannya tidak tetap karena isuk-isuk sama dengan
pagi-pagi yang bisa saja hari apa dan pukul berapa.
c.
Deiksis tempat
Deiksisi
tempat yang terdapat pada percakapan yaitu didieu, kamar, kantin, diluar.
·
Didieu termasuk deiksis tempat yang
berkaitan dengan ruang dekat dengan pembicara (termasuk yang dekat dengan
pendengar) yang acuannya tidak tetap.
·
Kamar termasuk deiksis tempat yang
berkaitan dengan ruang dan acuannya tidak tetap karena bisa saja kamar itu
kamar mandi, kamar tidur dan tidak tentu kamar yang bagian mana dan sebelah
mana ataupun milik siapa.
·
Kantin termasuk deiksis tempat yang
berkaitan dengan ruyang dan acuannya
idak tetap karena bisa saja kantin itu kantin sekolah, kantin perguruan tinggi
ataupun kantin lainnya.
·
Diluar termasuk deiksis tempat karena
acuannya tidak tetap, bisa saja diluar rumah, di luar kamar dan sebagainya.
3.
Praanggapan
· Ibu
Maya : Naon?
Ibu
Susan : Sarua siga urang areror.
Ibu
Maya : Ari sia gableg hp teh areror,
anggur nu aing hp butut oge eror. Hahaha
pertuturan tersebut termasuk praanggapan karena
tanpa Ibu Susan menjelaskan tentang HP,
Ibu Maya sudah mengetahui bahwa yang
eror itu HP. Itu menujukkan bahwa ada pengetahuan yang sama antara Ibu Susan
dan Ibu Maya.
· Ibu
Susan : Teh hayang emam senah teh,
jeung kecap teh.
Deuis :
Enya (sambil berjalan untuk mengambil nasi).
Dalam
pertuturan tersebut ada pengetahuan bersama antara Ibu Susan dan anaknya
(Deuis) , meskipun Ibu Susan tidak menjelaskan hanya berkata seperti itu, namun
anaknya mengetahui secara tersirat bahwa Ibunya menyuruhnya untuk mengambil
nasi untuk adiknya.
· Ibu
Mila : Oh. Keur nyiram? Paingan tadi
si aana uo.
Ibu
Maya : Oh, salaki meureun.
Ibu
Susan : Pindah meureun.
Ada pengetahuan yang sama antara ketiga
penutur tersebut ditunjukan dengan “paingan si aana uo” kemudian Ibu Maya dan
Ibu Susan menjawab dengan serentak, itu menunjukkan mereka saling mengerti bahwa seorang istri
yang sedang ngidam bisa menular kepada suaminya.
· Ibu
Mila : Leuheung keur
masakna teu ieu.
Ibu
Susan : Heueuh da geus
anggeus, geus beres.
Ada
pengetahuan yang sama seperti yang dikatakan oleh Bu Mila “keur masakna teu
ieu” , meskipun tidak jelas dan tersirat Bu Susan langsung mengerti pernyataan dari Ibu Mila bahwa sedang masaknya
tidak apa-apa meskipun hamil tapi tetap bisa memasak karena biasanya ibu hamil
identik dengan tidak ingin melakukan apa-apa dan hanya berbaring saja. Bu Susan pun menjawab
“heueuh, da geus anggeus geus beres” itu memberikan makna iya karena pada waktu Eros hamil itu ia
sudah selesai membangun rumahnya sehingga tak perlu lagi memask yang banyak.
·
Ibu Mila :
Sok ripuh mun pindah ka lalakina mah.
Ibu
Susan : Sok ripuh alahbatan.
Ada
pengetahuan yang sama antara Ibu Mila dan Ibu Susan, meskipun Ibu Mila tidak
menjelaskan namun Ibu Susan sudah mengerti bahwa yang dimaksud adalah yang
ngidam berpindah kepada suaminya akan lebih parah dibandingkan dengan istrinya
sendiri yang ngidam sehingga Ibu Susan pun menjawab akan sangat parah.
4.
Implikatur
Percakapan
·
Ibu Maya : si Aana?
Ibu
Mila : heueuh, bieu isuk-isuk
Dalam
pertuturan tersebut ada keterkaitan antara “ si Aana?” dengan “heueuh, bieu
isuk-isuk”, secar literal tidak bisa dipahami namun secara tersirat bisa
dipahami bahwa Aa yang ditanyakan oleh Ibu Maya muntah-muntah pada waktu
pagi-pagi.
·
Ibu Susan : Heueuh si Erosna mah may, urang mah mun bret hujan di jejeket
teh ti bret hujan, tepi ka balik teh eta ngaran tiris. Da si eros mah tara di
jejeket, lempeng we ngaladangan hujan gede oge.
Ibu Mila :
Sok ripuh mun pindah ka lalakina mah.
Dalam
pertuturan tersebut ada keterkaitan antara yang diujarkan oleh Ibu Susan dan
Ibu Mila, secara literal tidak bisa dipahami namun secara tersirat bisa
dipahami bahwa Eros yang sedang dibicarakan oleh mereka meskipun sedang hamil
tetap bisa melakukan aktifitas seperti biasanya yaitu berjualan karena
ngidamnya itu berpindah kepada suaminya yang sering muntah-muntah.
·
Ibu Susan : tapi
tara tulukam-telekem, kieu tah mil mun nyiram jadi sok pindah. Ieu teh bau
hangseur kieu, timana kitu ieu teh ti cai molongo?
Ibu Maya : da di luar oge atuh, si Ojak
paragina.
Dalam pertuturan tersebut ada
keterkaitan antara yang diujarkan oleh Ibu Maya “si Ojak paragina” dengan yang
diujarkan oleh Ibu Susan. Keterkaitan tersebut tidak bisa dipahami secara
literal, namun secara tersirat bisa dipahami bahwa bukan hanya di kamar mandi bau pesing tersebut,
tetapi di luar rumahnya (yang sedang mereka tempati) sering kali digunakan Ojak
untuk buang air kecil sehingga bau pesingpun tercium.
·
Ibu Maya : Balik ti kantin langsung
ngala lauk.
Ibu Susan : Heueuh, duit teh beakeun ku
sorangannya.
Ada keterkaitan antara “Balik ti kantin
langsung ngala lauk” dengan “Heueuh, duit teh beakeun ku sorangannya”. Secara
literal tidak bisa dipahami karena tidak disebutkan dalam pertuturan tersebut,
namun secara tersirat dipahami karena Mang Ade yang sedang dibicarakannnya
mempunyai dua pekerjaan yaitu di Kantin bagendit untuk menarik para pengunjung
wisata Situ Bagendit untuk berlayar dengan rakitnya, setelah itu ia menangkap
ikan sehingga dengan kedua pekerjaan tersebut Mang Ade akan lebih cepat dengan
menghasilkan uang yang banyak.
·
Ibu Mila : Oh, si Eros teh keur nyiram nyah?
Ibu
Susan : Heueuh, jagjag puguh.
Ada keterkaitan antara “Oh, si Eros teh
keur nyiram nyah?” dengan “Heueuh, jagjag puguh” . secara literal tidak bisa
dipahami karena tidak disebutkan dalam pertuturan
tersebut, namun secara tersirat bisa
dipahami karena meskipun Eros sedang hamil muda tetap sehat dan melakukan
aktifitas sehingga terlihat seperti orang yang
tidak hamil muda.
· Ibu
Susan : Si Eros nyiram.
Ibu Mila :
Oh. Keur nyiram? Paingan tadi si aana uo.
Ada keterkaitan antara “si Eros nyiram”
dengan “paingan tadi si Aana uo”. Secara literal tidak bisa dipahami karena
tidak bisa disebutkan dalam pertuturan tersebut, namun secara tersirat bisa
dipahami bahwa suaminya Eros mntah-muntah karena tertular oleh Eros (istrinya)
yang sedang hamil muda.
·
Ibu Maya : Si Emulnya nu kitu teh, sok ngarujak
geningan.
Ibu Susan : Tapi tara
tulukam-teuleukeum, tapi teuing mun di kamar mah.
Ada keterkaitan antara “si Emulnya nu
kitu teh, sok ngarujak geningan” dengan “Tapi tara tulukam-teuleukeum, tapi
teuing mun di kamar mah” secara literal tidak bisa dipahami karena tidak
disebutkan dalam pertuturan tersebut, namun secara tersirat dipahami karena
pada waktu dahulu Emul yang istrinya sedang ngidam dan menular kepadanya
sehingga ia sering memakan rujak namun tak terlihat sering “tulukam-teleukeum”
atau bersender yang mengakibatkan ngidam dari istrinya pindah kepada suaminya.
5.
Prinsip
Kerja Sama
a.
Maksim kuantitas
·
Andi : Tina naona iyeu teh?
Ibu Mila : Tina
pengaturana we diubek-ubek.
Pertuturan tersebut termasuk maksim
kuantitas karena peserta tutur yaitu Bu Mila memberikan kontribusi yang
secukupnya dan tidak berlebihan sesuai dengan kebutuhan dari pertanyaan yang
diajukan oleh Andi.
·
Ibu Maya : Jeung naon eni mamna?
Deuis :
Belut.
Pertuturan
tersebut merupakan maksim kuantitas karena peserta tutur yaitu Deuis memberikan
kontribusi atau jawaban tidak berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan lawan
tuturnya yaitu Ibu Maya.
·
Ibu Susan : Teh hayang emam senah teh,
jeung kecap teh.
Deuis :
Enya.
Pertuturan tersebut
merupakan maksim kuantitas karena peserta tutur yaitu Deuis memberikan
kontribusi atau jawaban yang tidak berebihan dan sesuai dengan kebutuhan lawan
tuturnya yaitu Ibu Susan yang menyuruhnya untuk mengambil nasi.
b.
Maksim kualitas
Dalam
pertuturan di atas tidak terdapat maksim kualitas karena tidak ada hal yang
diungkapkan dengan data dan fakta.
c.
Maksim Relevansi
·
Ibu Mila : Oh, si Eros teh keur nyiram nyah?
Ibu Susan :
Heueuh, jagjag puguh.
Pertuturan tersebut memberikan
kontribusi yang relevan terhadap masalah pertuturan. Sepintas jawaban Ibu Susan
tidak berhubungan, namun bila disimak baik-baik jawaban Ibu Susan
mengimplikasikan atau menyiratkan bahwa meskipun sedang ngidam namun tetap
sehat dan beraktifitas.
· Ibu
Susan : Si eros nyiram.
Ibu
Mila : Oh. Keur nyiram? Paingan
tadi si Aana uo.
Pertuturan
tersebut memberikan kontribusi yang relevan terhadap masalah pertuturan.
Sepintas jawaban Ibu Mila tidak berhubungan, namun bila disimak baik-baik
jawaban Ibu Mila mengimplikasikan atau menyiratkan bahwa ia melihat kakaknya
atau Aa sedang muntah-muntah dan itu
menandakan bahwa istri kakaknya sedang ngidam dan reaksi ngidamnya menular
terhadap kakaknya itu.
·
Ibu Maya : Balik ti kantin langsung
ngala lauk.
Ibu
Susan : Heueuh, duit teh beakeun ku sorangannya.
Pertuturan
tersebut memberikan kontibusi yang relevan terhadap masalah pertuturan.
Sepintas jawaban Ibu Susan tidak berhubungan, namun bila disimak baik-baik jawaban Ibu Susan menyiratkan atau
mengimplikasikan bahwa Orang yang sedang dibicarakannya mempunyai dua pekerjaan
di kantin Situ Bagendit untuk menarik penumpang dengan rakitnya dan menangkap
ikan sehingga akan menghasilkan uang lebih banyak.
·
Ibu
Maya : si Aana?
Ibu
Mila : heueuh, bieu isuk-isuk
Pertuturan tersebut memberikan
kontribusi yang relevan dalam masalah pertuturan.
Sepintas jawaban Ibu Mila tidak berhubungan namun apabila disimak secara
baik-baik jawaban Ibu Mila menyiratkan atau mengimplikasikan bahwa kakanya tadi
pagi-pagi muntah-muntah.
·
Ibu Susan : tapi tara tulukam-telekem, kieu tah mil mun
nyiram jadi sok pindah. Ieu teh bau hangseur kieu, timana kitu ieu teh ti
cai molongo?
Ibu
Maya : da di luar oge atuh, si Ojak paragina
Pertuturan tersebut memberikan
kontribusi yang relevan dalam masalah pertuturan. Sepintas jawaban Ibu Maya
tidak berhubungan, namun apabila disimak baik-baik menyiratkan atau
mengimplikasikan bahwa diluar juga bau
pesing karena selalu digunakan oleh Ojak (adiknya Bu Maya) untuk buang air
kecil.
d.
Maksim Cara
Dalam pertuturan tersebut
tidak terdapat maksim cara karena kebanyakan bersifat ambigu sehingga
sulit di tafsirkan maknanya, berlebih-lebihan dan tidak runtut.
C.
simpulan
Kesantunan berbahasa bersentral pada jarak sosial, yang mana sekaligus
mengatur tata krama berbahasa kita. Santun berarti tidak mengancam wajah, tidak
menyatakan hal-hal yang bermuatan ancaman terhadap harga diri seseorang, atau
tidak mencoreng wajah seseorang maupun wajah diri
sendiri. Kesantunan tidak bisa ditentukan oleh pangkat atau jabatan tetapi ditentukan oleh level budaya (Pranowo
2009: 33). Begitu pula seperti dalam pertuturan di atas peserta tutur tidak mempunyai pangkat atau jabatan pendidikannya pun rendah,
sehingga kesantunan mereka dalam
berbahasa tidak terlalu kasar dan tidak
terlalu santun karena mereka tidak menggunakan kata-kata binatang yang
ditujukan kepada lawan tuturnya
namun mereka menggunakan kata pengganti untuk dirinya sendiri maupun
untuk orang lain yang kurang santun . Kebiasaan berbahasa mereka yang
kurang santun dikarenakan terpengaruh oleh cara berbahasa dalam
lingkunganya.
No comments:
Post a Comment