SEMANTIK
JENIS MAKNA
1. Makna
Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang
dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun.
Contoh: Kata kuda memiliki
makna konseptual ’sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’.
Makna asosiatif adalah makna yang
dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu
dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Contoh: kata melati berasosiasi dengan
sesuatu yang suci atau kesucian.
2. Makna
Idiomatikal dan Peribahasa
Idiom adalah satuan ujaran yang
maknanya tidak dapat ”diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara
leksikal maupun secara gramatikal. Ada dua macam dalam bentuk bahasa
Indonesia yaitu idiom penuh dan idiom sebagian.
a.
Idiom penuh
adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan kesatuan
makna. Contoh: meja hijau adalah idiom penuh, karena kesemuanya memiliki
kesatuan makna, tidak akan berarti yang sama jika diartikan secara leksikal
atau per kata.
b.
Idiom sebagian
adalah idiom yang masih memiliki makna leksikalnya sendiri. Contoh: daftar
hitam, pada kata daftar masih berarti sama dengan daftar atau susunan,
sedangkan dengan kata hitam, daftar hitam berarti daftar yang berisi nama-nama
orang yang dicurigai atau dianggap bersalah.
Berbeda
dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau
dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya ”asosiasi” antara makna asli
dengan maknanya sebagai peribahasa. Contoh : seperti air jatuh di daun talas.
Orang tahu daun talas, dan orang tahu bagaimana keadaan air yang jatuh di daun
talas. Tetesan air yang jatuh di daun talas tersebut segera jatuh ke tanah,
tidak ada yang bertahan . berdasarkan kenyataan ini, orang dapat menerka makna
peribahasa (lebih cepat perumpamaan), seperti
air jatuh di daun talas, yakni menasihati seseorang yang tidak acuh. Nasihat berlalu tanpa bekas,
nasihat tidak dipedulikan.
3. Makna kias
Dalam kehidupan sehari-hari,
penggunaan istilah arti kiasan digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya.
Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang
tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti
denotatif) disebut mempunyai arti kiasan. Contoh : puteri malam dalam
arti ’bulan’, raja siang dalam arti ’matahari’.
4. Makna Lokusi, Ilokusi dan Perlokusi
Makna lokusi adalah makna seperti yang dinyatakan
dalam ujaran, makna harfiah, atau makna apa adanya. Sedangkan yang dimaksud
dengan makna ilokusi adalah makna seperti yang dipahami oleh pendengar.
Sebaliknya, makna perlokusi adalah makna yang seperti yang diinginkan oleh
penutur. Contoh : kata “Rumahmu bagus” atau “Rumahmu bersih”. Kawan bicara mendengar
ujaran itu (lokusi), ia berusaha memahami kandungannya (ilokusi), akibatnya
(perlokusi). Yakni kawan bicara akan gembira sebab mendapat pujian, tetapi
kalau ternyata rumah itu kotor, maka si kawan bicara akan merah mukanya sebab
kalimat itu merupakan penghinaan baginya.
No comments:
Post a Comment